Logo Halal Kemenag Jadi Polemik, Ustaz Adi Hidayat: Tidak Boleh Ambigu karena Dampaknya Besar
Logo halal yang diterbitkan Kementrian Agama sedang menjadi polemik di tengah masyarakat.
Misal, bisa ditulis saja dengan tulisan bahasa arab yang terang yakni 'halal'.
Kemudian dibahasa Indonesiakan menjadi halal.
"Atau kalau paling singkat yang sudah ada saja yang sudah familiar di mata masyarakat sudah 32 tahun familiar dengan itu.
Jika ada peralihan kewenangan dari MUI ke BPJH, sekarang tinggal dinganti namnaya dari MUI jadi BPJH, jadi lebih simpel dan mudah di pahami," jelas Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat kemudian mengusulkan agar MUI dan Kementerian agama duduk bersama untuk menyelesaikan polemik logo halal ini.
"Kemenag dan MUI duduk bersama, dari sana lalu menyampaikan konferensi pers, diterangkan ke masyarakat," ujarnya.
"Sehingga tujuan akhirnya masyarakat mendapat kepastian bukan tafsiran kebingunan apalagi harus memikirkan tentang filososi yang rumit dan bergeser dari tujuan utamanya," kata Ustaz Adi Hidayat.
Filosofi logo halal baru versi Kemenag
Diketahui, logo baru halal dari BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Kementerian Agama bakal menggantikan label halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang selama ini dikenal di tanah air.
Ketentuan mengenai logo baru tersebut tertuang dalam surat Keputusan Kepala BPJPH Nomor 40 Tahun 2022 tentang Penetapan Label Halal.
Surat ini ditandatangani Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham pada 10 Februari 2022.
Surat keputusan itu merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Dilansir oleh laman Kemenag, mengenai filosofi atau arti label halal Indonesia, Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham menyebut mengadaptasi nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Kompak Kecewa dengan Indonesia: Pernyataan Mereka Terlalu Lemah!
Bentuk dan corak yang digunakan merupakan artefak-artefak budaya yang memiliki ciri khas yang unik berkarakter kuat dan merepresentasikan Halal Indonesia.
"Bentuk Label Halal Indonesia terdiri atas dua objek, yaitu bentuk Gunungan dan motif Surjan atau Lurik Gunungan pada wayang kulit yang berbentuk limas, lancip ke atas. Ini melambangkan kehidupan manusia," kata Aqil.