KKB Papua

Cerita Petinggi KKB Papua Putuskan Insaf Kembali ke NKRI, Langsung Temui SBY di Ruang Kerjanya

Kelompok separatis di Papua terus melakukan berbagai cara untuk menebar teror di Bumi Cendrawasih.

Handover
Foto ilustrasi KKB Papua 

TRIBUNPALU.COM - Kelompok separatis di Papua terus melakukan berbagai cara untuk menebar teror di Bumi Cendrawasih.

Berbagai fasilitas umum dirusak KKB Papua. Mereka bahkan tak segan-segan melakukan penyerangan terhadap warga sipil.

Rangkaian aksi teror itu mereka lakukan dengan dalih ingin memerdekakan Papua.

Namun, dibalik semua tindakan yang dilakukan, sosok yang satu ini justru melakukan hal sebaliknya.

Padahal figur ini menduduki posisi sangat strategis dalam struktur organisasi TPNPB-OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka).

Baca juga: Lumpuhkan KKB Papua, Jenderal Bintang Dua Kirim 450 Prajurit TNI: Ini Tugas Negara

Dialah Nicholas Simion Messet, mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) TPNPB-OPM.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, sosok yang dulunya berkelana dari satu negara ke negara lain itu, tiba-tiba menyatakan kembali ke NKRI.

Nicholas Simion Messet menyatakan ia tak mau lagi menjadi Menlu dan hidup di luar negeri.

Lebih baik ia kembali ke Indonesia dan mengabdi di negara ini demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

Keputusannya untuk kembali ke NKRI itu, katanya, setelah ia mendapatkan banyak masukan selama menunaikan tugasnya sebagai Menlu ala TPNPB-OPM.

Ikhwal keputusannya itu, ungkap Nich Messet, demikian ia biasa disapa, berawal dari perjumpaannya dengan sejumlah diplomat di luar negeri.

Dalam setiap pertemuan, para pihak itu menyatakan kepadanya bahwa percuma ia berjuang untuk mengibarkan bintang kejora di Papua.

Sebab semua itu akan sia-sia adanya. Perjuangan tersebut tak akan membuahkan hasil, karena dunia internasional tahu Papua itu merupakan bagian dari wilayah NKRI.

Hingga suatu waktu, ungkap Cinch Messet, ia menjumpai seorang ahli nujum yang sangat tersohor di luar negeri.

Pada saat itu, katanya, ahli nujum itu menyampaikan kepadanya tentang perjuangan yang sia-sia untuk memerdekakan Papua.

Sejak itulah ia sadar akan kekhilafannya dan langsung menyatakan tekad untuk kembali ke pangkuan NKRI.

Makanya pada tahun 2007 silam, katanya, ia berhenti dari jabatannya sebagai Menlu TPNPB_OPM dan langsung menemui Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di ruang kerjanya.

"Sebagai Menlu TPNPB-OPM, yang saya kerjakan, adalah bergerak dari satu negara ke negara lainnya untuk menggalang dukungan," ungkap Nich Messet.

Baca juga: Tumpas KKB Papua, 450 Prajurit TNI dari Kalimantan Diterjunkan, Jenderal Bintang 2 Beri Pesan Khusus

Bertahun-tahun, katanya, ia hidup di luar negeri untuk pekerjaan itu, yakni menggalang dukungan untuk Papua merdeka.

Akan tetapi, katanya, semua upaya yang dilakukan, sia-sia. Tak satu negara pun di Eropa yang merespon perjuangannya.

Bahkan umumnya meminta agar dirinya kembali ke Papua & bekerja membangun daerah itu di bawah pemerintahan Indonesia.

Nich Messet mengatakan, selama menjadi Menlu TPNPB-OPM, ia tak pernah mendapatkan uang dari Papua.

Justeru sebaliknya, ia yang mengeluarkan uang pribadi untuk membiayai seluruh perjuangan sesuai rencana TPNPB-OPM.

Bahkan suatu ketika, tutur Nich, ia membawa pesawat yang di dalamnya sarat dengan senjata api.

"Dulu, saya pernah menyelundupkan senjata api dengan menggunakan pesawat udara. Pesawat itu saya piloti sendiri, dan didalamnya penuh dengan senjata api," tuturnya.

Apa yang dilakukan itu, katanya, hanya untuk membantu perjuangan TPNPB-OPM mewujudkan Papua merdeka.

Ternyata, katanya, apa yang dilakukan itu merupakan tindakan yang salah. Oleh karena itu, beberapa tahun kemudian ia pun putuskan untuk kembali ke NKRI.

Bercita-Cita Jadi Pilot

Pada bagian lain, Nich Messet mengungkapkan, bahwa semasa kecil ia bercita-cita jadi pilot.

Setelah beranjak remaja, ia masih tetap dengan keputusannya yakni ingin menjadi pilot. Makanya pada tahun 1971, ia melamar menjadi pilot.

Awalnya yang mendaftarkan diri sebanyak 161 orang di seluruh dunia. Dari jumlah itu yang terpilih hanyak 50 orang.

Dari 50 peserta yang dinyatakan lolos, katanya, diseleksi lagi hingga ditetapkan sebanyak 30 orang.

Dari 30 orang itu, diseleksi lagi sehingga yang dinyatakan lolos hanya 13 peserta.

Pengumuman kelulusannya disampaikan pada 23 Desember 1971. Ternyata dari 13 peserta tersebut, satu di antaranya adalah dirinya.

Bahkan sesuai hasil perengkingan, ia tercatat pada nomor urut satu dari seleksi tersebut.

Berdasarkan hasil tes itulah, sehingga pada 1 Maret 1972, ia dikirim ke Sweeden (Swedia) untuk sekolah pilot.

Berbekal pendidikannya sebagai pilot itulah ia akhirnya nekat menyelundupkan senjata api dengan pesawat terbang ke Papua.

Lantas, apa yang mendorongnya hingga bergabung ke TPNPB-OPM?

Sebagaimana dalam video yang viral di medsos itu, Nich Messet menuturkan, bahwa pada tahun 1975-1982, ia bergabung ke West Papua Organization.

Saat itu, katanya, kampanye tentang Papua merdeka, sangat kencang, sehingga ia pun tertarik untuk bergabung.

OPM itu, katanya, didirikan oleh Permenas Ferry Owou. OPM dibentuk di Manokoari pada 28 Juli 1965.

OPM dibentuk setelah bendera bintang kejora berkibar di Papua sejak 19 Oktober 1961.

Saat itu, katanya, secara internasional sejumlah negara di dunia, termasuk Nigeri, ramai-ramai memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.

Apalagi saat itu, Belanda juga menjanjikan kemerdekaan ke Papua tahun 1970.

Hampir pada saat yang sama, Presiden Soekarno dalam Trikora (Tri Komando Rakyat) juga menyatakan bahwa gagalkan bendera negara Papua.

Atas pernyataan yang menyebutkan Papua sebagai negara itulah, kemudian ditafsirkan sebagai Papua telah menjadi negara, yang akhirnya direbut dan dijajah Indonesia.

Dikatakannya, semua yang diperjuangkan TPNPB-OPM termasuk KKB saat ini, adalah hal yang sia-sia.

Karena negara-negara di dunia mengakui bahwa Papua merupakan bagian dari wilayah NKRI.

Lantas, apa yang harus dilakukan agar KKB (TPNPB-OPM) dapat menghentikan tindakannya?

Mudahkah mewujudkan Papua damai, sementara saat ini dendam demikian membara dalam sanubari para panglima KKB?

Adakah pihak yang bisa meredam pergerakan KKB, agar bisa menghentikan semua tindakan kejam demi kedamaian Papua?

Hal ini tentu bukan pekerjaan mudah. Apalagi telah menelan banyak korban jiwa.

Akan tetapi jika semuanya dilakukan mulai sekarang, maka tak ada yang mustahil bila suatu hari nanti kedamaian di Papua akan terwujud.(*)


(Sumber: Pos-Kupang.com)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved