Banggai Hari Ini
Festival Sastra Banggai 2022 Hadirkan Puluhan Penulis dan Seniman, Berikut Profilnya
Festival Sastra Banggai (FSB) keenam ini dimulai sejak tanggal 24 sampai 27 November 2022, di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: mahyuddin
Menjadi penulis yang bisa menyampaikan perasaan, perjuangan dan krisis memiliki daya tarik sendiri yang kuat-terutama untuk mereka yang dekat atau setidaknya beririkan dengan isu yang si penulis angkat dalam karyanya.
Terus produktif menulis, pada 2018, ia bersama dengan sang kekasih, Weslly Johannes menerbitkan kumpulan puisi mereka yang berjudul Cara-Cara Tidak Kreatif untuk Mencintai.
Di buku tersebut, lewat tulisan berbentuk puisi, Theoresia dan Weslly saling merespon karya puisi satu sama lain dan tentu berhasil menghasilkan konten romantis, menyentuh, serta mudah dinikmati dengan interpretasi masing-masing pembaca.
# Weslly Johanes percaya bahwa kata itu bunyi, kata itu peristiwa, dan kata adalah perbuatan.
Ketika remaja ia pernah menemukan sebuah kutipan yang tertulis di dalam buku harian bapaknya, "Tulislah yang tidak baik di tepi pantai, tempat ombak memukul."
Sejak itulah, kecintaanya kepada kalimat-kalimat bagus yang tidak dapat dibendung lagi. Puisinya pernah diterbitkan di dalam buku Biarkan Katong Bakalai, antologi puisi penyair Maluku pada 2013.
Satu cerita pendeknya mengenai pengalaman menghadapi konflik kemanusiaan di Maluku juga diterbitkan di buku Carita Orang Basudara oleh Yayasan Paramadina.
Buku itu telah diterbirkan ulang dalam Bahasa Inggris oleh Monash University.
Bersama Theoresia Rumthe, ia menerbitkan 2 buku puisinya, Tempat Paling Liar di Muka Bumi, dan Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai.
Buku puisi Bahaya-Bahaya yang Indah merupakan debut tunggalnya pada 2019.
# AS Rosyid, penulis kelahiran Lombok, 1991 silam. Sejak akhir tahun 2017 memulai tradisi menulis esai di berbagai media online, di seputar isu agama, budaya, kemanusiaan dan etika bumi.
Juga menerbitkan buku, di antaranya novelet berjudul "Gerimis di Atas Kertas" dan kumpulan esai berjudul "Sihir, Ganja, Miras, Buku dan Islam".
Gemar mengoleksi buku sebagai pustaka. la menemukan kenikmatan ketika membaca buku sejarah, filsafat dan spiritualisme.
Setelah menikah, ia tinggal di Kota Mataram, Lombok, NTB.
Sehari-hari ia mengajar sosiologi dan literasi di sebuah sekolah riset. Pesantren Alam Sayang Ibu namanya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Festival-Sastra-Banggai-2022.jpg)