Palu Hari Ini

Pembina Mangrovers Sebut Ekosistem Mangrove Dorong Anak Muda Jadi Berpikir Kritis

Pemateri dalam sharing session itu yaitu Neni Muhidin dari perwakilan Nemu buku dan Hamza Tjakunu selaku pembina mangrovers.

Penulis: Supriyanto | Editor: Fadhila Amalia
Ucok/TribunPalu.com
Mahasiswa Kota Palu bersama Komunitas Mangrovers mengikuti "Sharing Session" pada kegiatan penanaman mangrove dan clean up, Sabtu (24/5/2025). Mahasiswa Palu itu terdiri dari Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) FKIP Universitas Tadulako dan Universitas Abdul Azis Lamadjido (Azlam). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Supriyanto Ucok.

TRIBUNPALU.COM, PALU - Mahasiswa Kota Palu bersama Komunitas Mangrovers mengikuti "Sharing Session" pada kegiatan penanaman mangrove dan clean up, Sabtu (24/5/2025).

Mahasiswa Palu itu terdiri dari Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) FKIP Universitas Tadulako dan Universitas Abdul Azis Lamadjido (Azlam).

Baca juga: Duga Kematian Ryan Nugraha Tak Wajar, Keluarga Laporkan Oknum Polisi ke Polres Banggai Kepulauan

Diketahui, Sharing session merupakan agenda utama pada kegiatan penanaman mangrove itu.

Sementara, pemateri dalam sharing session itu yaitu Neni Muhidin dari perwakilan Nemu buku dan Hamza Tjakunu selaku pembina mangrovers.

Kegiatan ini berlangsung di area konservasi mangrove pantai dupa, Jl RE Martadinata, Kelurahan Layana, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.

Baca juga: Aksi Premanisme Bersenjata di Bahodopi Sulteng Viral, Dua Pelaku Diamankan Polisi

Dalam sharing session itu, para pemateri membahas soal bencana alam 2018 silam dan kaitannya dengan penanaman mangrove.

Dan juga membahas tentang kecocokan penanaman mangrove, kegunaan mangrove, struktur tumbuhan mangrove, dan jenis jenis mangrove.

Perwakilan Nemu buku, Neni Muhidin dalam diskusi itu menjelaskan bahwa pembahasan kali ini merupakan wujud dari pendidikan yang bermakna.

"Kemampuan bercerita seorang pendidik sangat penting dalam membuat pembelajaran, khususnya biologi, menjadi menarik dan bermakna," ucapnya.

Neni Muhidin mengatakan ketika pelajaran bisa dihubungkan dengan kehidupan nyata, tempat asal, atau pengalaman pribadi siswa, maka pengetahuan menjadi lebih hidup dan mudah dipahami.

Tanpa kita sadari, kemampuan menghadirkan cerita atau konteks yang dekat dengan siswa, ilmu akan terasa jauh dan membosankan," kata Neni Muhidin.

Baca juga: PT Pratama Azzahra Jaya Morowali Klarifikasi Soal Isu Penahanan Ijazah Asli Karyawan

Oleh karena itu, Neni Muhidin mengatakan jika guru mampu mengaitkan materi dengan kisah-kisah yang relevan dan menyenangkan, siswa akan lebih antusias belajar dan merasa terhubung secara emosional, sehingga tidak ada lagi keinginan untuk bolos atau merasa malas belajar.

Lebih lanjut, pembina mangrovers Hamza tjakunu menjelaskan bahw pengetahuan yang tampak sederhana sering kali merupakan hasil dari proses panjang, mendalam, dan kompleks yang tidak terlihat oleh mata.

"Seperti halnya seseorang yang ahli dalam menciptakan sesuatu yang tampak mudah dibuat, namun sejatinya membutuhkan pengalaman dan keahlian bertahun-tahun," ucapnya.

Baca juga: Dinilai Tak Transparan soal Ijazah Jokowi, Roy Suryo Laporkan Penyidik Bareskrim Polri ke Kompolnas

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved