Kolaborasi Apik Angkat Air di Gua Suruh, Putus Kekeringan dan Tingkatkan Kesejahteraan Desa Pucung

Air dari Gua Suruh kini tercatat menghidupi 442 KK (kepala keluarga) atau sekitar 4 ribuan warga yang berada di enam dusun di Desa Pucung.

|
Penulis: Imam Saputro | Editor: Imam Saputro
KMPA Giri Bahama/Joko Sulistyo
Warga gotong royong mengangkut material ke area mulut Gua Suruh dalam upaya pengangkatan air di Gua Suruh pada 2012. 

Selain itu, kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung juga naik.

“Sekarang kalau butuh air itu tinggal putar keran, kalau dulu, malam hari sebelum tidur harus mikir mau ambil air dimana, siang jam 2an juga sudah mikir sore mau ambil air dimana yang masih ada air, kerja jadi kurang fokus,” terang Suyadi.

Di desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan peternak, aliran air dari perut Gua Suruh sangat membantu untuk mendukung mata pencarian mereka.

Efeknya, secara ekonomi pendapatan warga desa dari pertanian dan peternakan cenderung naik yang berujung pada peningkatan kesejahteraan.

Selain itu, ketiadaan air di musim kemarau juga kerap memaksa warga desa untuk membeli air dengan nominal yang tidak murah.

Suyadi ditemani sang cucu ketika memperlihatkan gambar penampang Gua Suruh terkait pemanfaatan air untuk Desa Pucung
Suyadi ditemani sang cucu ketika memperlihatkan gambar penampang Gua Suruh terkait pemanfaatan air untuk Desa Pucung (TribunSolo/Imam Saputro)

“ Kalau beli satu tangki ya kira-kira 200an ribu lebih, kan uang segitu bisa dimanfaatkan untuk hal lain,” terang dia.

Jika dihitung dalam satuan volume air, air dibeli dengan harga Rp 50.000/m3, maka dengan pengangkatan air dari Gua Suruh, air hanya “dibeli” di Rp3.000/m3, atau ada penghematan 1.300 persen.

Dari sisi kesehatan juga berdampak, warga bisa membersihkan diri seusai buang air kecil (BAK) ataupun buang air besar (BAB) secara lebih higienis.

“Ketika puncak musim kering, pas tidak ada air ya peper (membersihkan dengan daun) kalau habis BAB,” kata Suyadi.

Air merupakan kebutuhan pokok, jika itu sudah terpenuhi, maka masyarakat bisa fokus untuk kegiatan ekonomi lain. 

Menurutnya, kesejahteraan warga Desa Pucung kini secara langsung maupun tidak langsung meningkat dengan lancarnya aliran air dari Gua Suruh.

Air dari Gua Suruh kini tercatat menghidupi 442 KK (kepala keluarga) atau sekitar 4 ribuan warga yang berada di enam dusun di Desa Pucung yakni Dusun Pule, Brengkut, Gundi, Kangkung, Turi dan Mijil.

Perjuangan Panjang Angkat Air Gua Suruh, Kolaborasi Banyak Pihak

Penemuan air di Gua Suruh tak lepas dari keprihatinan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) Giri Bahama, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang pada tahun 1999 melakukan eksplorasi gua di kawasan Karst Gunung Sewu, termasuk di Desa Pucung.

Salah satu pendiri KMPA Giri Bahama, Arif Jauhari mengatakan penemuan pertama air di Gua Suruh terjadi pada tahun 2000.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved