Sulteng Hari Ini

Wagub Sulteng Soroti Pernikahan Dini sebagai Akar Masalah Stunting dan Kematian Ibu

Berdasarkan data Pemutahiran Keluarga 2024, Sulawesi Tengah mencatat 789.377 keluarga, dengan 431.185 pasangan usia subur (PUS) sekitar 54,62%.

|
Penulis: Zulfadli | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
STUNTING SULTENG - Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Reny A Lamadjido menyoroti tingginya angka pernikahan dini sebagai akar masalah Stunting dan kematian ibu-anak. 

Laporan Wartwan TribunPalu.com, Zulfadli

TRIBUNPALU.COM, PALU - Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Reny A Lamadjido menyoroti tingginya angka pernikahan dini sebagai akar masalah Stunting dan kematian ibu-anak.

Berdasarkan data Pemutahiran Keluarga 2024, Sulawesi Tengah mencatat 789.377 keluarga, dengan 431.185 pasangan usia subur (PUS) sekitar 54,62 persen dari total keluarga.

Namun, 0,73 persen perempuan di antaranya masih menikah di usia dini, yang menurut Reny menjadi akar persoalan dalam siklus Stunting, kematian ibu dan bayi, serta kegagalan tumbuh-kembang anak.

Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Reny A Lamadjido menegaskan bahwa tantangan demografi di Sulawesi Tengah hanya bisa diatasi jika seluruh pihak bergerak bersama. 

Baca juga: Token Bobby The Cat Resmi Diluncurkan, Terinspirasi Kucing Presiden Prabowo

Reny A Lamadjido menyampaikan seruan kuat untuk memperluas cakupan dan kualitas layanan keluarga berencana serta mempercepat penurunan Stunting melalui sinergi lintas sektor.

“Tugas BKKBN bukan sekadar mengurus angka, tapi mengatur masa depan reproduksi bangsa. Saya mengucapkan terima kasih kepada BKKBN atas kerja kerasnya, tapi tantangan kita belum selesai,” tegas Wakil Gubernur, Sabtu (12/7/2025).

“Yang penting sempurna dulu pendidikan, gizi, kesiapan rahim, dan mentalnya. Kalau belum, jangan menikah dulu,” tegasnya.

Reny A Lamadjido mengapresiasi capaian Provinsi Sulawesi Tengah pada beberapa indikator pengendalian penduduk. 

Baca juga: Polres Donggala Catat Lonjakan Gangguan Kamtibmas 12 Kasus dalam Sepekan, Pencurian Mendominasi

Di antaranya, angka fertilitas total (TFR) telah turun menjadi 2,26 anak per perempuan, mendekati replacement level.

Median usia kawin pertama perempuan juga terjaga di angka 21 tahun.

Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern (mCPR) mencapai 58,9 persen , dengan 34,5 % di antaranya memilih metode jangka panjang.

Namun, ia menyoroti tingginya unmet need sebesar 13,8 % , yang menunjukkan masih banyak pasangan usia subur yang belum terlayani secara optimal.

“Inilah yang harus kita jawab bersama. bukan cuma urusan BKKBN (Kemendukbangga/BKKBN), tapi lintas sektor. Saya ajak semua mitra kerja untuk terlibat aktif,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved