OPINI
Belajar dari John F Kennedy
Negara yang pernah mengklaim diri sebagai mercusuar demokrasi kini lebih sering memamerkan kekuatan Militer, ekonomi, dan teknologinya.
Di bawah berbagai administrasi, Amerika Serikat mencampuri urusan dalam negeri negara lain, memicu konflik regional, dan mempertahankan dominasi global atas nama "kepentingan nasional".
Yang lenyap adalah semangat JFK bahwa kekuasaan tanpa kendali etis bukan hanya kehilangan legitimasi, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi perdamaian dunia.
Menjadi negara besar semestinya berarti menjadi teladan, bukan menjadi polisi dunia.
Kekuatan sejati seharusnya digunakan untuk menjaga martabat manusia, bukan menginjaknya.
Dunia Multipolar Butuh Etika Kepemimpinan
Dunia hari ini tidak lagi bipolar. China, Rusia, India, dan negara-negara Global South tumbuh sebagai kekuatan baru.
Era multipolar ini membawa harapan akan keseimbangan global yang lebih adil, namun sekaligus menyimpan potensi konflik baru bila tidak ditopang oleh prinsip-prinsip etis.
Di sinilah warisan Kennedy kembali menemukan relevansinya.
Dunia tidak butuh satu negara yang mendominasi, melainkan pemimpin yang bersedia berbicara damai ketika yang lain sibuk menabuh genderang perang.
Dibutuhkan kepala negara yang memikirkan masa depan umat manusia lebih dari sekadar ambisi partai atau kepentingan korporasi.
Kennedy menunjukkan semuanya. Ia membuktikan bahwa diplomasi bukan kelemahan.
Ia adalah keberanian moral. Ia adalah pilihan untuk mempertahankan kemanusiaan meski dengan risiko kehilangan kekuasaan.
Menghidupkan Etika dalam Kepemimpinan
Bagi Indonesia yang tengah bersiap memasuki babak baru pemerintahan, gagasan etika dalam kepemimpinan menjadi sangat penting.
Di tengah dunia yang penuh tekanan geopolitik dan godaan pragmatisme kekuasaan, kita membutuhkan pemimpin yang mampu bersikap tenang, bijak, dan bermartabat di forum internasional.
OPINI: Pohon Aren – Harta Terpendam dari Hutan Sulawesi |
![]() |
---|
Teruntuk Menteri Bahlil: Jangan Cuma Hadiri Musda Golkar, Tindak Juga Tambang Ilegal di Sulteng |
![]() |
---|
OPINI: Keikhlasan Guru, Cahaya di Tengah Bayang-Bayang Stigma |
![]() |
---|
OPINI: 80 Tahun Kemerdekaan: Saatnya Indonesia Berbenah Dari Dalam |
![]() |
---|
Perubahan Kebijakan RKAB dari Masa Berlaku 3 Tahun ke 1 Tahun: Kepastian Hukum dan Penyesuaian Pasar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.