Sulteng Hari Ini

Baru 266 Ribu Merchant Gunakan QRIS, BI Sulteng Dorong Pemerataan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Editor: Regina Goldie
Zulfadli/TribunPalu.com
Deputi Kepala Perwakilan BI Sulteng, Glenn Nathaniel Pandelaki, menyebutkan jumlah merchant yang melayani pembayaran digital tersebut baru sekitar 266 ribu. 

TRIBUNPALU.COM, PALU – Deputi Kepala Perwakilan BI Sulteng, Glenn Nathaniel Pandelaki, menyebutkan jumlah merchant yang melayani pembayaran digital tersebut baru sekitar 266 ribu.

Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayahnya untuk menyediakan metode pembayaran non-tunai menggunakan QRIS.

Sementara jumlah pengguna QRIS di Sulawesi Tengah saat ini telah mencapai 357 ribu orang. 

“Ini penting untuk mengedukasi UMKM dan penyedia jasa keuangan agar menyediakan metode pembayaran QRIS. Kalau masyarakat ingin bertransaksi dengan QRIS tapi merchant tidak menyediakan, manfaatnya tidak maksimal,” ujarnya usai pembukaan Pekan QRIS Nasional (PQN) 2025 di Aula Kasiromu BI Sulteng, Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu Senin (11/8/2025).

Glenn Nathaniel Pandelaki menjelaskan, QRIS mulai diimplementasikan secara nasional pada 2020. 

Baca juga: Kapolres Parigi Moutong Sebut Bakal Gelar Gerakan Pangan Murah Tahap Dua di Sejumlah Polsek

Melalui PQN 2025, BI berupaya memperluas edukasi dan membangun ekosistem pembayaran digital yang inklusif di Sulawesi Tengah.

Ia memaparkan, tingkat inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 76 persen, sedangkan literasi keuangan berada di angka 66 persen. 

Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat cukup banyak yang telah menggunakan layanan perbankan maupun QRIS.

Baca juga: PLN Rampungkan SUTT, Listrik di Morowali Utara Kini Lebih Stabil

“Tantangannya adalah bagaimana QRIS bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat. Selain itu, perlu mitigasi risiko, terutama terkait keamanan data dan potensi kegiatan keuangan ilegal,” jelasnya.

Menurut Glenn Nathaniel Pandelaki, keberhasilan ekosistem pembayaran digital sangat bergantung pada dua faktor utama, yakni ketersediaan infrastruktur seperti jaringan internet, serta kesiapan sumber daya manusia (SDM).

“Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan melek digital, bukan hanya untuk belanja online, tetapi juga bijak bertransaksi, memahami risiko, melindungi diri, dan tahu cara menyelesaikan masalah jika terjadi kendala,” pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved