Dibongkar Mensesneg, Ini Inti Pembicaraan Dua Jam Prabowo-Jokowi di Kartanegara

Teka-teki isi pembicaraan Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Kartanegara akhirnya terungkap.

|
Editor: Lisna Ali
Handover
Teka-teki isi pembicaraan Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Kartanegara akhirnya terungkap. 

TRIBUNPALU.COM - Teka-teki isi pembicaraan Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Kartanegara akhirnya terungkap.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi memastikan bahwa pertemuan santai tersebut merupakan ajang tukar pikiran dan masukan mengenai masalah-masalah kebangsaan serta langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nasional di masa transisi.

"Yang pertama memang silaturahmi di antara dua pemimpin Presiden ke-7 dan Presiden ke-8," ujar Prasetyo usai menghadiri upacara HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (5/10/2025).

Pertemuan bersejarah itu terjadi saat Presiden ke-7, Jokowi, menyambangi kediaman Presiden Prabowo di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Prasetyo, yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, menjelaskan bahwa pertemuan itu berlangsung sekitar dua jam dalam suasana yang santai dan akrab sambil makan siang.

Baca juga: Bukan Kaleng-kaleng, Segini Harga Cincin Mewah yang Dipakai El Rumi Lamar Syifa Hadju di Swiss

"Kebetulan Pak Presiden ke-7, Pak Jokowi, ada di Jakarta. Sudah, janjian ketemu waktunya makan siang,” jelas Prasetyo.

Prasetyo memastikan bahwa silaturahmi tersebut tidak hanya sekadar pertemuan basa-basi, melainkan mengandung substansi penting.

"Tentu banyak hal yang dipercakapkan mengenai masalah-masalah kebangsaan," ungkap alumnus UGM itu.

Selain membahas persoalan kebangsaan, Jokowi juga memberikan masukan langsung kepada Prabowo terkait langkah-langkah pemerintah ke depan.

"Termasuk memberikan masukan ke depan sebaiknya seperti apa untuk beberapa hal,” tambah Prasetyo.

Diskusi antara dua presiden ini berjalan penuh keakraban, dengan fokus utama pada menjaga stabilitas nasional di masa transisi kepemimpinan.

Sebelumnya, ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, telah mengonfirmasi kunjungan tersebut.

Syarif menyebut bahwa Jokowi dan Prabowo bertemu secara empat mata dan berlangsung selama hampir dua jam, yakni dari pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB.

Baca juga: Pembalap Tewas di Kejuaraan Balap Motor Kapolres Banggai 2025, Cek Penjelasan Panitia

Pengamat Nilai Tak Baik untuk Demokrasi

Pengamat politik sekaligus Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya bahwa pertemuan dua pemimpin nasional tersebut tidak baik untuk demokrasi di Indonesia.

Penilaian Yunarto didasari pada dugaan bahwa topik yang dibicarakan kedua tokoh cenderung bersifat politis praktis alih-alih masalah kebangsaan yang lebih besar.

Ia berpendapat bahwa pertemuan antara presiden dan mantan presiden seharusnya memiliki level diskusi yang berbeda, yakni membahas masukan-masukan terkait hal yang lebih besar.

"Tapi apakah ini baik untuk demokrasi? Menurut saya nggak juga. Saya berharap sebetulnya pertemuan presiden dan mantan presiden levelnya beda," kata Yunarto.

Yunarto menduga bahwa kunjungan Jokowi ke kediaman Prabowo merupakan upaya untuk memperlihatkan bahwa ia masih memiliki pengaruh politik yang signifikan di Kabinet Merah Putih.

Dugaan yang lebih detail, Yunarto mengaitkan pertemuan ini dengan laporan terkait kondisi internal Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

PSI, partai yang saat ini diketuai oleh putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, baru saja mengalami perubahan kepengurusan.

Yunarto mencurigai pertemuan tersebut menjadi wujud laporan atas bergabungnya beberapa elite dari Partai NasDem ke PSI.

Dua tokoh yang disebut pindah dari NasDem ke PSI adalah Ahmad Ali dan Bestari Barus.

"Orang tetap mengkaitkan PSI ini kan partai Jokowi,” ujar Yunarto, menjelaskan mengapa isu PSI menjadi bagian dari dugaan perbincangan.

Ia juga menyinggung adanya kemiripan dengan pertemuan Prabowo dan Jokowi sebelumnya pada Juli 2025, yang bertepatan dengan Kongres PSI di Solo.

Yunarto mengkritik keras, karena khawatir agenda utama pertemuan tersebut hanyalah politik kekuasaan semata, bukan urusan negara.

Walaupun demikian, Yunarto menduga bahwa jika ditanyakan langsung, jawaban yang akan terlontar dari Prabowo atau Jokowi terkait isi pertemuan hanya bersifat normatif.

Dari sisi politik, Yunarto menduga pertemuan kali ini diinisiasi oleh Jokowi, meski ada kemungkinan dilihat sebagai kunjungan balasan.

Kunjungan balasan tersebut merujuk pada lawatan Prabowo ke kediaman Jokowi di Solo pada Juli 2025 lalu.

Saat kunjungan balasan itu, Prabowo bahkan sempat memberikan sambutan pada penutupan Kongres PSI, menegaskan keterkaitan waktu antara pertemuan kedua pemimpin dengan isu PSI.(*)

Artikel telah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved