Sulteng Hari Ini

Stevi Papuling : Perempuan di Morowali dan Morut Dibunuh Pembangunan Tak Berpihak

Menurutnya, perempuan di Morowali dan Morowali Utara tidak mendapatkan kesejahteraan,

|
Penulis: Supriyanto | Editor: Regina Goldie
SUPRIYANTO/TRIBUNPALU.COM
Perwakilan dari Perempuan Mahardika Palu, Stevi Papuling menyebut bahwa perempuan di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (Morut) dirampas hak hidupnya oleh perusahaan diwilayah tersebut. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Supriyanto Ucok

TRIBUNPALU.COM, PALU - Perwakilan dari Perempuan Mahardika Palu, Stevi Papuling menyebut bahwa perempuan di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (Morut) dirampas hak hidupnya oleh perusahaan diwilayah tersebut.

Pernyataan itu ia sampaikan didepan Gubernur Sulteng, Anwar Hafid dan Wali Kota Palu serta anggota DPRD Sulteng lainnya saat bermediasi di halaman kantor DPRD Sulteng Jl Sam Ratulangi, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah Senin (1/9/2025).

Menurutnya, perempuan di Morowali dan Morowali Utara tidak mendapatkan kesejahteraan karena dirusak oleh pembangunan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Sulawesi Tengah Selasa 2 September 2025, BMKG: Palu dan Toli-toli Hujan Ringan

"Bayangkan, setiap tahunnya, 4 kali perempuan menerima kekerasan, kita semua tahu air merupakan sumber utama penghidupan manusia tapi itu semua dirusak dan perempuan di sana (Morowali dan Morowali Utara) merasakan itu," ucap Stevi didepan massa aksi dan para pemimpin daerah.

Ia juga menegaskan bahwa pemimpin daerah adalah orang yang bertanggung jawab atas kejadian yang merampas hak hidup masyarakat di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara.

"Di depan kita, ada pemimpin yang memebrikan izin pertambangan di sana dengan dalih akan mensejahterakan rakyat, tapi mana buktinya, padahal yang mensejahterakan rakyat adalah buruh dan orang-orang lokal bukan perusahaan," tegas Stevi dengan lantang.

Baca juga: 30 Agenda Diselesaikan, DPRD Donggala Tutup Masa Sidang II dan Mulai Sidang III

Stevi juga meminta kepada pemerintah untuk bertanggung jawab atas aksi kekerasan aparat kepolisian yang menyebabkan kematian salah seorang pemuda bernama Erfalldi dalam aksi penolakan tambang di Kabupaten Parigi Moutong beberapa tahun silam.

"Saya menolak lupa atas kejadian yang menyebabkan kematian Erfaldi, namun pelaku hanya diberi sanksi yang tidak sebanding," jelas Stevi.

Pantauan TribunPalu.com, aksi itu berlangsung damai.

Baca juga: Polres Morowali Bongkar Peredaran Sabu 1 Kg di Bahodopi Sulteng, Disembunyikan dalam Boneka

Beberapa pejabat menemui massa aksi seperti Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid dan Imelda Liliana Muhidin, anggota DPRD Sulteng, Gubernur Sulteng, Anwar Hafid dan Mantan Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura.

Aksi itu dinyatakan selesai pada pukul 15.20 Wita dengan ditandatanginya berita acara diterimanya sejumlah tuntutan massa aksi oleh pihak DPRD Sulteng dan perwakilan mahasiswa dan masyarakat Kota Palu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved