Sulteng Hari Ini

Menuju Bandara Internasional: Kota Palu Siap Sambut Penerbangan ke 28 Negara

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan pembebasan lahan seluas minimal 10.000 meter persegi di sisi selatan bandara.

Editor: Fadhila Amalia
Ro Adpim Setdaprov Sulteng
BANDARA MUTIARA SIS ALJUFRI - Pemerintah Kota Palu menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pengembangan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri untuk melayani penerbangan internasional. Dukungan ini disampaikan dalam rapat persiapan yang digelar pada Selasa (16/09/2025) di Ruang Polibu, Kantor Gubernur Sulawesi Tengah. 

Nama Awal dan Peresmian (1954-1957)

Awalnya, bandara ini dikenal dengan nama Lapangan Terbang "Masowu" dari tahun 1954 hingga 1957.

Nama "Masowu" berasal dari bahasa Kaili yang berarti "tanah berdebu," yang menggambarkan kondisi lapangan terbang pada saat itu.

Baca juga: Dinas Perdagangan Sulteng Buka Pasar Murah di Banggai, Subsidi Rp52 Juta

Pada tahun 1957, lapangan terbang ini secara resmi dioperasikan. Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, dalam kunjungannya ke Palu, memberikan nama baru yaitu "Mutiara." Pemberian nama ini didasarkan pada pandangan Soekarno bahwa Kota Palu terlihat indah seperti mutiara dari atas pesawat.

Perkembangan dan Pengelolaan (1963-2014)

Pada tahun 1963, pengelolaan bandara sempat diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten Donggala.

Kemudian, pada 28 Oktober 1964, pengelolaan dan pengawasannya diserahkan kepada Departemen Perhubungan Udara/Direktorat Penerbangan Sipil.

Pada tahun 1985, sebutan "Pelabuhan Udara" diubah menjadi "Bandar Udara."

Status bandara terus meningkat, dari kelas II pada tahun 1995 menjadi kelas I pada tahun 2008.
Perubahan Nama Menjadi SIS Al-Jufri (2014)

Pada 28 Februari 2014, sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 178 Tahun 2014, nama Bandara Mutiara Palu secara resmi diubah menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri.

Penambahan nama SIS Al-Jufri ini untuk menghormati Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri, seorang tokoh besar, ulama, dan pahlawan nasional dari Sulawesi Tengah.

Beliau adalah pendiri organisasi keagamaan Alkhairaat yang berperan penting dalam pendidikan dan dakwah di kawasan timur Indonesia.

Pengembangan dan Rekonstruksi Pasca-Bencana (2020-2024)

Bandara ini mengalami kerusakan signifikan akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu pada tahun 2018.

Pada tahun 2020, dimulailah rehabilitasi dan rekonstruksi besar-besaran yang selesai pada tahun 2023.

Baca juga: Dinas Perdagangan Sulteng Buka Pasar Murah di Banggai, Subsidi Rp52 Juta

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved