Sigi Hari Ini

KRI Salurkan Bantuan untuk Lansia Pelita Hati, Dukung Peringatan Maulid Nabi di Sigi

Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh Ketua KRI, Ali Riziq, kepada pengurus Komunitas Lansia Pelita Hati. 

|
Andika/TribunPalu
PEDULI SOSIAL - Komunitas Rizal Intjenae (KRI) kembali menunjukkan kepedulian sosialnya dengan menyalurkan bantuan dana kepada Komunitas Lansia Pelita Hati, Kamis (18/9/2025) 

Sejarah dan Asal-Usul

Meskipun Nabi Muhammad saw lahir pada abad ke-6, peringatan Maulid Nabi tidak langsung dilakukan pada masa awal Islam. 

Perayaan ini mulai dikenal secara luas pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir (abad ke-10).

Namun, peringatan Maulid Nabi yang lebih terorganisir dan meriah, seperti yang dikenal sekarang, diperkenalkan oleh Sultan Al-Muzaffar Abu Said Kukburi pada abad ke-13 di Kota Irbil, dekat Mosul, Irak.

Pada awalnya, perayaan ini sempat menimbulkan perdebatan di kalangan ulama.

Ada sebagian yang berpendapat bahwa Maulid Nabi tidak ada di zaman Rasulullah saw. dan para sahabat.

Namun, banyak ulama besar, termasuk Imam Suyuti, mendukungnya sebagai tradisi yang baik (bid'ah hasanah) karena bertujuan untuk mengingatkan umat akan ajaran dan akhlak Nabi Muhammad saw.

Tradisi Perayaan

Tradisi perayaan Maulid Nabi sangat beragam di berbagai negara dan daerah, tetapi umumnya mencakup beberapa kegiatan utama:

Pembacaan Sirah Nabawiyah: Umat Islam berkumpul untuk mendengarkan kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad saw mulai dari kelahirannya, perjuangannya menyebarkan Islam, hingga wafatnya.

Pembacaan Shalawat: Peringatan Maulid Nabi identik dengan pembacaan shalawat. Ini adalah cara umat Islam untuk memuji dan mendoakan Nabi Muhammad saw sebagai bentuk penghormatan.

Ceramah Agama: Acara ini sering diisi dengan ceramah dari para ulama yang menyampaikan pesan-pesan moral, meneladani akhlak Nabi, dan mengajak umat untuk kembali kepada ajaran Islam yang damai.

Berbagi Makanan: Di banyak tempat, perayaan Maulid Nabi juga dimeriahkan dengan pembagian makanan. 

Di Indonesia, tradisi ini dikenal dengan berbagai nama, seperti "Nasi Ulam" di Jakarta, "Nasi Jaha" di Manado, atau "Bungo Lado" di Sumatera Barat.

Pawai dan Arak-Arakan: Di beberapa daerah, masyarakat mengadakan pawai atau arak-arakan yang dihias dengan berbagai ornamen Islami, menambah semaraknya suasana perayaan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved