Parigi Moutong Hari Ini

DPRD Nilai Konflik Relokasi Pasar Sentral Parigi Akibat Minim Diskusi dengan Pedagang

Ia mengatakan, kepala pasar seharusnya rutin memperbarui data pedagang agar proses penataan lebih terarah dan tidak menimbulkan gesekan.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Parigi Moutong, Irawati, menilai polemik relokasi pedagang Pasar Sentral Parigi terjadi akibat kurangnya komunikasi antara pengelola pasar dan pedagang. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIMO – Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Parigi Moutong, Irawati, menilai polemik relokasi pedagang Pasar Sentral Parigi terjadi akibat kurangnya komunikasi antara pengelola pasar dan pedagang.

Ia mengatakan, kepala pasar seharusnya rutin memperbarui data pedagang agar proses penataan lebih terarah dan tidak menimbulkan gesekan.

“Kalau datanya diperbarui tiap bulan, akan terlihat jumlah pedagang aktif, baik harian, mingguan, maupun bulanan,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kota Palu dan Maros Wakili Sulawesi Raih Penghargaan Nasional di Rakornas TPAKD 2025

Menurutnya, data tersebut penting sebagai dasar dalam penyusunan desain penataan (by design) agar setiap pedagang menempati lokasi sesuai jenis dagangannya.

“Saya pernah lihat pasar yang tertata rapi, sayur di satu tempat, ikan di satu tempat, buah pun di tempat tersendiri. Jadi pembeli juga nyaman,” kata Irawati.

Ia menyarankan agar kepala pasar membuat kartu bagi setiap pedagang untuk membedakan jenis dan kategori dagangan.

Dengan cara itu, kata dia, pengelola pasar dapat menghindari perselisihan yang sering muncul akibat tumpang tindih tempat jualan.

Baca juga: Gempa M 7,4 Kembali Guncang Filipina, Delapan Orang Tewas

“Biasa itu yang bikin ribut karena ada pedagang datang tiba-tiba, padahal tempat itu sudah ada yang tempati,” ujarnya.

Irawati juga meminta kepala pasar lebih aktif mendengarkan keluhan pedagang sebelum mengambil keputusan pemindahan.

“Kalau kepala pasar tanya langsung ke pedagang, pasti tahu apa yang mereka keluhkan dan bisa cari solusi,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya membangun hubungan dialogis antara pemerintah dan pedagang agar tercipta suasana pasar yang kondusif.

“Pemerintah harus dengar juga keluh kesah pedagang. Mereka cari uang, kita di kantor juga cari uang,” kata dia.

Menurutnya, relokasi tidak seharusnya membuat pedagang resah jika sejak awal dilakukan melalui diskusi bersama.

Baca juga: Polisi Tahan 5 Pelaku Pencabulan Remaja 13 Tahun di Banggai Kepulauan, Termasuk Ibu Korban

“Kalau sama-sama senang, saya jamin tidak akan ribut. Tapi kalau tidak ada komunikasi, ya pasti muncul masalah,” tegasnya.

Irawati berharap pertemuan seperti RDP bisa dijadikan ruang untuk mencari solusi bersama, bukan sekadar mendengar keluhan.

Ia menilai penataan pasar yang ideal harus mengedepankan prinsip keadilan dan kenyamanan bagi semua pihak.

“Kalau ada masalah, harus dicarikan solusi yang bikin pedagang senang dan pemerintah juga senang,” katanya.

RDP tersebut juga dihadiri oleh Kepala Pasar Sentral Modern Parigi, Rozi Tagunu, serta perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Parigi Moutong.

Diskusi berlangsung terbuka, dengan sejumlah pedagang menyampaikan langsung keberatan atas rencana relokasi yang dinilai tanpa musyawarah.

“Seharusnya jika ada keluhan, kita carikan solusinya. Dan solusinya itu harus sama-sama senang,” pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved