Permadi Ungkap Dua Penyebab Munculnya Sejumlah Kerajaan Fiktif di Indonesia, Berkaitan dengan Mitos

Spiritualis Permadi mengungkapkan dua hal yang menjadi penyebab munculnya sejumlah kerajaan fiktif di Indonesia.

(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Foto-foto keberadaan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Parung Ponten Kabupaten Tasikmalaya. 

TRIBUNPALU.COM - Di awal tahun 2020 masyarakat Indonesia tengah dihebohkan dengan munculnya sejumlah kerajaan fiktik.

Di antaranya yang hangat diperbincangkan masyarakat yakni Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire hingga yang terbaru King Of The King.

Spiritualis Permadi memberikan pendapatnya tentang fenomena munculnya sejumlah kerajaan fiktif di Indonesia ini.

Menurut Permadi fenomena ini merupakan sebuah pertanda akan terjadinya sebuah perubahan besar di Indonesia.

"Ini merupakan pertanda jaman bahwa akan terjadi perubahan besar di Indonesia yang mendasarkan sangat dahsyat, yaitu terjadi perubahan ketatanegaraan," ujar Permadi dilansir dari Talk Show tvOne.

Perubahan tersebut adalah perubahan ketatangeraan Indonesia dari republik menjadi kerajaan.

"Bentuk republik akan berubah menjadi kerajaan, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, entah lambat entah lama tapi pasti terjadi," sambung Permadi.

Hal yang mendasari keyakinan perubahan ini karena mitos yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia.

Mitos yang dimaksud adalah tentang kepercayaan kembalinya kejayaan Kerajaan besar terdahulu seperti Majapahit hingga Mataram.

"Karena mitos yang dianut bangsa Indonesia adalah selalu merupakan mitos kembalinya kejayaan Majapahit, kembalinya kejayaan Padjajaran, kembalinya kejayaan Mataram," papar Permadi.

Mitos tersebut diyakini masyarakat Indonesia akan benar-benar terjadi.

Ada Kerajaan Baru di Blora, Ganjar Pranowo Sebut Bedanya Keraton Djipang dengan KAS di Purworejo

Setelah Ramai Keraton Agung Segajat & Sunda Empire, Muncul Lagi Kerajaan Bernama Kesultanan Selaco

Politikus senior Partai Gerindra, Permadi
Politikus senior Partai Gerindra, Permadi (Kompas.com/BANAR FIL ARDHI)

"Jadi itu sudah menjadi mitos yang diyakini pasti terjadi," imbuhnya.

Lantaran itu, sejumlah orang yang merasa mendapatkan suatu bisikan tentang mitos tersebut merasa memiliki kewajiban untuk melaksanakan apa yang diperintahkan pimpinan kerajaan terdahulu kepada dirinya.

"Oleh karena itu mereka yang mendapat bisikan menjadi ratu adil, menjadi satria piningit, menjadi imam mahdi atau apapun itu merasa berkewajiban melaksanakan dawuhnya itu," ujarnya.

Menurut Permadi tugas polisi akan sia-sia jika hanya menangkap para pemimpin kerajaan fiktif tersebut tanpa mencari tahu penyebab munculnya,

"Jadi sebenarnya kalau polisi hanya mencari kesalahan kriminalnya itu tidak akan bisa mencari kenapa ini bisa terjadi," tutur Permadi.

Jika hanya seperti itu maka tidak menutup kemungkinan sejumlah kerajaan fiktif akan kembali muncul di Indonesia.

Hal ini lantaran orang-orang yang mendirikan kerajaan tersebut tidak pernah merasa melakukan tindak pidana seperti menipu.

"Mereka tidak takut mereka tidak merasa menipu, mereka merasa kewajiba menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa mereka mendapat dawuh seperti ini," sambung Permadi.

"Oleh karena itu pasti lambat atau cepat terjadi perubahan ketatangeraan, republik akan menjadi kerajaan kembali," imbuhnya.

Permadi lantasa mengungkap dua alasan munculnya kerajaan-kerajaan fiktif di Indonesia.

"Ini ada dua sebab, satu selama ini republik cuma berumur 75 tahun dalam sejarah itu jangkanya pendek sekali."

"Sedangkan ribuan tahun sebelumnya bangsa indonesia itu dikuasai oleh kerajaan, dan pernah mencapai masyarakat adil dan makmur."

"Jadi itu akan menyebabkan kerinduan masyarakat," pungkasnya.

Tonton video selengkapnya:

Berikut dereta kerajaan fiktif yang muncul di Indonesia:

Keraton Agung Sejagat

Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso dan Sang Ratu, Fanni Aminadia.
Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso dan Sang Ratu, Fanni Aminadia. (Dok Istimewa via Kompas.com)

Media sosial tengah dihebohkan dengan kemunculan kerajaan baru di Purworejo, Jawa Tengah.

Sekelompok orang di Purworejo tersebut, menyebut diri mereka sebagai bagian dari Keraton Agung Sejagat (KAS) atau World Empire.

Berdandan layaknya raja dan ratu dengan seperangkat prajurit lengkap, mereka berkumpul di sebuah gedung yang mereka sebut sebagai Dalem Poh Agung.

Gedung tersebut berada di Desa Pogung, Jurutengah, RT 03/RW 01, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.

Mereka mendeklarasikan kerajaan mereka dengan mengundang para wartawan untuk hadir dalam acara tersebut.

Keraton tersebut pun memiliki raja bernama Totok Santosa Hadiningrat yang diakui sebagai pimpinan Keraton Agung Sejagat.

Terinspirasi Kerajaan Brunei Darussalam, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Pesan Kostum di Bantul

Polda Jateng Tolak Penangguhan Ratu Keraton Agung Sejagat, Ini Alasannya

Gubernur Ingin Eks Keraton Agung Sejagat Jadi Desa Wisata: Sayang Kalau Ditiadakan, Sudah Terkenal

Ia pun mengaku bahwa keraton tersebut berdiri sebagai perantara kedamaian di seluruh dunia.
Sekelompok orang di Purworejo tersebut, menyebut diri mereka sebagai bagian dari Keraton Agung Sejagat (KAS) atau World Empire.

"Kita umumkan pada dunia, bahwa Keraton Agung Sejagat sebagai induk daripada seluruh Kingdom State Tribune Koloni yang ada di seluruh dunia ini, menyatakan sebagai juru damai terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia," ungkap Totok Santosa Hadiningrat seperti dikutip TribunPalu.com dari Kompas TV.

Lebih lanjut, ia menyebutkan strategi untuk memberikan perdamaian dunia, yakni dengan memperbaiki sistem dalam skala global.

"Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem bernegara, sistem ekonomi, dan moneter secara global," sambungnya.

Saat ditanya wartawan keraton tersebut bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau bukan, Totok Santosa Hadiningrat mengaku Keraton Agung Sejagat merupakan bagian dari dunia.

Mereka mengaku mempunyai kekuasaan melebihi NKRI dan wilayah kekuasaannya meliputi seluruh dunia.

"Panjenengan (Anda) berarti bagian dari mana? Bagian dari NKRI atau tidak?" tanya pewarta.

"Kita (Keraton Agung Sejagat) bagian dari semuanya," jawab Totok Santosa Hadiningrat.

Sunda Empire

Ki Ageng Ranggasasana, salah satu pejabat Sunda Empire memberikan tanggapan atas munculnya foto Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso bersama pimpinan Sunda Empire, Minggu (19/1/2020) di Yogyakarta.
Ki Ageng Ranggasasana, salah satu pejabat Sunda Empire memberikan tanggapan atas munculnya foto Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso bersama pimpinan Sunda Empire, Minggu (19/1/2020) di Yogyakarta. (Sumber: Kompas TV/Michael)

Asal usul Sunda Empire yang kini menjadi sorotan publik setelah lama tak tersorot keberadaannya di Indonesia.

Sekretaris Jenderal De Heren XVII Sunda Empire Rangga Sasana bahkan menegaskan agar Sunda Empire tidak boleh disamakan dengan sejumlah kerajaan yang muncul saat ini.

Sebab ditegaskannya Sunda Empire telah ada sejak masa Alexander Agung pada tahun 324 sebelum masehi.

"Sunda Empire adalah satu bentuk kekaisaran matahari yang ada sejak Alexander The Great (Alexander Agung)," ungkap Rangga Sasana dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan TV One pada Selasa (21/1/2020) malam.

"Ada sejak zaman sejak 324 tahun sebelum masehi itu sudah ada," tegasnya.

Rangga Sasana menegaskan Sunda Empire yang kini memiliki pemerintahan bernama De Heren XVII itu lahir setelah perang dunia kedua berakhir.

Petinggi Sunda Empire Rangga Sasana Mengaku Jenderal, Mantan Istri: dalam Hati Saya Tertawa, Lucu

Polda Jabar Ungkap Asal Muasal Pendanaan Sunda Empire, Ternyata Anggota Harus Bayar Segini!

Kelahirannya ditandai dengan penjatuhan bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Agustus 1945.

"De Heren XVII adalah panitia 17 sejak perang dunia kedua, sejak bom Hirosima-Nagasaki dihancurkan, maka seluruh pemerintahan bumi dinolkan," ungkap Rangga Sasana.

"Maka sejak saat itu, Kekaisaran Sunda atas pemilik dari sertifikat bumi, alen-dilen, yaitu atas Dinasti Padjajaran Siliwangi meneruskan atas tatanan bumi diberikan kepada Vatikan," tambahnya.

Oleh karena itu, dirinya menegaskan agar semua pihak tidak menyamakan Sunda Empire dengan sejumlah kerajaan yang muncul dalam beberapa pekan belakangan.

"Jadi faktor keadaan Sunda Empire itu jangan disamakan dengan keraton-keraton yang muncul tadi. Ini sebuah sistem tatanan dunia yang ada di internasional," jelasnya.

Keraton Selaco

Foto-foto keberadaan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Parung Ponten Kabupaten Tasikmalaya.
Foto-foto keberadaan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Parung Ponten Kabupaten Tasikmalaya. ((KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA))

Setelah ramai fenomena Keraton Agung Segajat di Purworejo dan Sunda Empire di Bandung, kini muncul sebuah kerajaan di Tasikmalaya bernama Kesultanan Selaco.

Berbeda dari Keraton Agung Segajat dan Sunda Empire di Bandung, keberadaan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Kecamatan Parung Ponteng selama ini bisa berdampingan dengan masyarakat sejak 2004.

Kesultanan ini didirikan oleh Rohidin (40), warga asal Parung Ponteng.

Rohidin mengaku sebagai keturunan kesembilan dari Raja Padjadjaran Surawisesa, dengan gelar Sultan Patra Kusumah VIII.

Setelah Ramai Keraton Agung Segajat & Sunda Empire, Muncul Lagi Kerajaan Bernama Kesultanan Selaco

Keberadaan kesultanan itu telah diketahui sejak lama oleh masyarakat sekitar dan memiliki lokasi pusat kesultanan semacam istana yang berdiri megah sampai saat ini.

Bahkan, Kesultanan Selaco mengklaim telah mendapatkan legalitas fakta sejarah yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2018 sebagai putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah Kerajaan Padjadjaran pada masa kepemimpinan Raja Surawisesa.

"Selacau punya dua literatur leluhur saya yang saya ajukan tahun 2004 sampai akhirnya tahun 2018 keluar putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah yang di kepemimpinan Surawisesa. Fakta sejarah dikeluarkan oleh Lembaga PBB," ujar Rohidin di kediamannya, Jumat (17/1/2020).

Pertama, nomor warisan dan izin pemerintahan kultur. Kedua, izin referensi tentang keprajuritan.

Lisensi yang diberikan yaitu seni dan budaya.

Rohidin menambahkan, Kesultanan Selaco merupakan aplikasi nyata dalam upaya melestarikan warisan leluhurnya sebagai keturunan Kerajaan Padjadjaran era kepemimpinan Surawisesa.

Dirinya mengklaim kesultanan yang dipimpinnya bisa dikatakan berbentuk yayasan dan memiliki kabinet laiknya kerajaan dan mengklaim memiliki batas terirotial.
Wilayahnya selama ini terdiri dari wilayah Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Pangandaran bagian selatan.

"Kalau kami dari kesultanan tentunya NKRI sebagai harga mati. Kami warga negara Indonesia. Kesultanan ini adalah upaya saya untuk melestarikan budayanya saja karena kami sebagai penggiat budaya," ujar Rohidin.

King Of The King

King of The King Mr Dony Pedro (Baju Merah Berpeci)
King of The King Mr Dony Pedro (Baju Merah Berpeci) (Istimewa)

Setelah heboh kemunculan Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat, kini muncul lagi satu 'raja' baru di Indonesia.

Yakni, King of The King di Kota Tangerang.

Spanduknya yang dipasang di kawasan Poris sudah ditertibkan oleh Satpol PP.

Kompas.com mencoba mengontak orang terdekat dari King of The King, yakni Pimpinan Ketua Umum IMD (Indonesia Mercusuar Dunia) Juanda yang tertera dalam baliho tersebut.

Juanda mengklaim King of The King merupakan Raja Diraja dari semua raja di dunia.

"Itu adalah Raja Diraja, nanti beliau lah yang akan melantik dari seluruh presiden dan raja-raja di seluruh dunia," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/1/2020).

Dua Petinggi King of The King di Kaltim Ditetapkan Sebagai Tersangka Dugaan Penipuan

Kerajaan King of The King Janji akan Lunasi Hutang Indonesia, Sebut Miliki Harta Rp 60 Ribu Triliun

Muncul Kerajaan King of The King, Klaim Punya Aset Soekarno, Tugaskan Prabowo Beli Pesawat Tempur

Juanda juga mengklaim, King of The King menduduki dua lembaga keuangan tertinggi dunia.

Pertama adalah UBS atau Union Bank Switzerland dan IMD (Indonesia Mercusuar Dunia).

King of The King yang sering dipanggil Mister Dony Pedro itu disebut-sebut menjabat sebagai Presiden UBS dan memiliki kekayaan Rp 60.000 Triliun di bank tersebut.

Juanda mengatakan, kekayaan tersebut merupakan aset yang ditinggalkan Soekarno dan resmi diserahkan kepada King of The King.

Ada beberapa surat yang diklaim merupakan surat aset peninggalan Soekarno di Bank Swiss.

Dia mengatakan kekayaan tersebut nantinya akan diambil untuk tiga hal utama.

Pertama melunasi utang-utang luar negeri Indonesia, kedua membagikan kepada masyarakat Indonesia, dan ketiga untuk membeli alutsista (Alat Utama Sistem Senjata).

"Dibagikan ke rakyat dari Sabang sampai Merauke per kepala Rp 3 miliar," kata dia.

Dia juga menyebut-nyebut Prabowo Subianto sebagai bagian dari King of The King yang akan bertugas membeli alutsista berupa 3.000 pesawat tempur buatan Eropa.

"Itu akan diinikan (dikerjakan) Pak Prabowo nanti," kata dia.

Kerajaan yang berada di Bandung, Jawa Barat tersebut juga mengaku memiliki Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang asli sebagai bukti perintah Soekarno yang melimpahkan peninggalannya ke Mr Dony Pedro.

Itu juga yang menjadi alasan pemisahan aset Soekarno kata Juanda, yang diserahkan ke Mr Dony Pedro akan diambil dari Bank Swiss pada Maret 2020 mendatang.

"Rp 60.000 triliun akan turun ke BI (Bank Indonesia)," kata dia.

(TribunPalu.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved