Terkini Internasional
Donald Trump Lolos Pemakzulan; Enggan Jabat Tangan Ketua DPR AS dan Aksi Pelosi Robek Teks Pidatonya
Situasi panas saat Donald Trump lolos dari pemakzulan; kecewa dengan hasilnya, Ketua DPR AS terang-terangan robek teks pidato sang Presiden.
Ia juga menganggap, Donald Trump tetap menjadi ancaman bagi demokrasi AS.
"Dia akan tetap menjadi ancaman bagi demokrasi Amerika. Dia akan menganggap dirinya di atas hukum dan mengubah hasil pemilihan sesuai keinginannya," kata Nancy Pelosi seperti dikutip AFP via Kompas.com.
• Bukti Pemakzulan Trump Telah Dirilis Oleh DPR AS, Bagaimana Isinya?
Terkait alasan Nancy Pelosi merobek kertas salinan teks pidato itu, ia pun mengaku reaksi tersebut sebagai ungkapan rasa kecewanya.
Saat diwawancarai Fox News, dia mengatakan bahwa dia tidak menemukan satu pun kebenaran dalam pidato itu, dan memutuskan menyobeknya.
Dia kemudian merilis pernyataan tertulisnya, di mana dia menuding pidato kenegaraan yang disampaikan Trump tak menampilkan kebenaran.
"Manifesto melenceng dari lembar demi lembar seharusnya direspons aksi nyata dari mereka yang ingin mendapat kebenaran dari Presiden," jelasnya.
Hubungan keduanya memburuk sejak Pelosi mengumumkan pemakzulan Trump dalam sidang DPR AS yang digelar pada 18 Desember 2019.
Tonton videonya di sini:
Tak Hanya Donald Trump, 3 Presiden Amerika Ini Juga Pernah Menghadapi Pemakzulan
Donald Trump resmi dimakzulkan oleh House of Representatives (HOR) atau DPR AS yang menggelar voting di Gedung Capitol, Washington DC pada Rabu malam (18/12/2019) waktu setempat.
Berdasarkan voting yang dilakukan, mayoritas anggota DPR Amerika Serikat yang didominasi Partai Demokrat itu menyetujui pemakzulan Donald Trump.
Dilansir dari theguardian.com, voting itu digelar terhadap dua dakwaan pemakzulan yang dijeratkan kepada Doanld Trump.
TONTON JUGA:
DPR Amerika menggelar voting sebanyak dua kali yaitu voting pertama untuk dakwaan penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam dakwan ini, Donald Trump didakwa atas 'tindak kejahatan dan pelanggaran hukum tinggi' dengan menyalahgunakan kekuasaan untuk menekan Ukraina agar mengumumkan penyelidikan yang mediskreditkan rival politiknya.