Kisah Rusmito, Kakek Tunanetra di Aceh Bekerja Mengangkuti Tandan Kelapa Sawit, Pantang Minta-Minta
Kisah kakek Rusmito berusia 61 tahun yang tetap bekerja meskipun tuna netra, sebut lebih baik ngutang daripada meminta-minta.
Pemandangan peminta-minta mendatangi rumah Rasmito yang tak lain penyandang tuna netra sering terjadi dan tetap dilayani kakek tiga anak ini.
Menurutnya dengan meminta-minta apalagi keliling Kota Subulussalam memang bisa menghasilkan hingga jutaan tapi bagi Rasmito hal tersebut tidak patut dia lakukan karena masih dapat bekerja dengan jerih payah.
Lebih jauh dikatakan, sejak usia kecil dia sudah mulai melakoni pekerjaan berat seperti mengambil kayu bakar untuk dijual kepada warga.
Rasmito juga lihai dalam membuat pagar dan menggali parit.

Rasmito bahkan mengaku jangankan meminta-minta bantuan kepada warga, upah dia kerja saja tidak ia minta jika belum diberikan yang menyuruhnya.
Kalau dibayar, kata Rasmito dia akan menerima tapi jika belum maka kakek empat cucu ini tidak mau meminta.
Begitu pula bila ada warga memberi bantuan kepadanya tetap diterima.
Kakek Rasmito hanya anti untuk meminta-minta sekalipun kondisi ekonomi keluarganya serba keterbatasan.
Sebab, di samping matanya yang tidak dapat melihat, sang istri juga mengalami kekurangan.
Sebelah mata istri kakek Rasmito juga tidak dapat melihat. Namun, keluarga Rasmito tetap keukeuh bekerja keras tanpa membebani orang lain.
• Curhat Tobiin Pedagang Es di Bekasi, 15 Tahun Sembunyikan Profesi agar Keluarga di Tegal Tak malu
• Boyong 4 Piala dan Jadi Film Terbaik Oscar 2020, Ini 5 Fakta Unik tentang Film Parasite
• Ahli dari Harvard Tuding Pemerintah Indonesia Tak Bisa Deteksi Virus Corona, Kemenkes Buka Suara
“Dia memang pekerja keras, mandiri. Bekerja dengan tangan dan kakinya bahkan pekerjaan berat sekalipun,” kata Molek kepala Desa Cipare-Pare kepada Serambinews.com
Pekerjaan yang dilakoni kakek Rasmito bukan ringan dia melakukan hal-hal berat seperti memanjat pohon pinang atau pohon kelapa, memikul TBS kelapa sawit, menggali parit, membuat pagar atau mengasah parang (golok).
Dan kala Serambinews.com menyambangi kediamannya, Rasmito juga ternyata sudah ke kebun anaknya untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
“Bapak ke kebun anak saya, ada kegiatan mendodos (memanen TBS atau buah kelapa sawit-red), dia ikut bantu,” Lejeh, istri kakek Rasmito.

Benar saja, Rasmito yang ditemui di kebun yang berada di belakang rumah anaknya sedang bekerja memikul TBS kelapa sawit.