Virus Corona

Isolasi 14 Hari tak Cukup,Ilmuwan:Virus Corona Bisa Bertahan di Tubuh sampai 5 Pekan usai Terinfeksi

Temuan baru terkait virus corona atau Covid-19 telah dipublikasikan oleh para ilmuwan di Lancet minggu ini, virus bisa bertahan hingga 5 pekan.

Editor: Imam Saputro
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi RSUP Sanglah Denpasar, Bali, menggelar simulasi terkait penanganan virus corona, Rabu (12/2/2020) - Temuan baru terkait virus corona atau Covid-19 telah dipublikasikan oleh para ilmuwan di Lancet minggu ini, virus bisa bertahan hingga 5 pekan. 

Virus Corona Masih Menyebar di Australia saat Musim Panas, tak Mempan Diredakan Suhu Tinggi?

Penyebaran virus corona jenis baru COVID-19 semakin meluas.

Kini, virus corona telah menyebar ke semua benua di dunia, kecuali Antartika.

Di Benua Australia, angka kasus virus corona per Jumat (13/3/2020) hari ini mencapai 156 kasus, berdasarkan data live update worldometers.info.

Sementara, 26 orang dinyatakan sembuh dan tiga orang tewas.

Rela Keluar Duit Lebih, Apa Saja Cara Kaum Jetset di Eropa untuk Lindungi Diri dari Virus Corona?

Virus Corona COVID-19 Merebak, Jadwal MotoGP 2020 Dipadatkan, Ada 9 Seri dalam 12 Pekan

Virus corona sempat diberitakan di laman Kompas.com, memiliki sifat yang sensitif terhadap suhu tinggi

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, suhu panas dapat mempengaruhi perilaku virus.

Dengan demikian, laju penyebaran virus corona COVID-19 di negara-negara yang beriklim hangat dapat diperlambat.

Sementara itu, virus corona COVID-19 memang memiliki gejala yang sangat mirip dengan flu dan pilek.

Yakni, demam, batuk, dan terkadang disertai infeksi paru-paru.

Flu dan pilek memang biasa datang secara musiman, mereda pada musim panas dan kembali lagi pada musim dingin tiap tahunnya.

Sehingga banyak orang yang juga ikut optimis, penyebaran virus corona COVID-19 bakal berkurang seiring datangnya musim semi di mana iklim dunia menghangat.

Menelusuri Kasus Virus Corona COVID-19 Pertama di Dunia, Diduga Terpapar pada 17 November 2019

Namun, menilik adanya kasus virus corona jenis baru di Australia, benarkah iklim atau cuaca yang menghangat dapat mengurangi penyebaran virus?

Dikutip TribunPalu.com dari laman Business Insider, menurut para ahli, kita tidak bisa mengandalkan gagasan bahwa virus corona COVID-19 akan mereda pada musim semi dan musim panas.

"Jawaban singkatnya adalah, ketika kita mengharapkan adanya penurunan penyebaran COVID-19 pada cuaca yang lebih hangat dan basah, dan penutupan sekolah-sekolah di wilayah beriklim sedang di belahan Bumi utara, tak ada alasan untuk berharap penurunan ini saja bisa memperlambat penyebaran virus secara signifikan," kata epidemiologis dari Harvard University, Marc Lipsitch.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved