Virus Corona

Kekurangan APD, Perawat di Kediri Bentuk Grup WhatsApp untuk Memantau Pasien Corona di Ruang Isolasi

Cerita seorang perawat di Kediri yang harus pantau pasien corona leat Whats App karena kekurangan APD.

Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Seputar virus corona 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi virus corona atau Covid-19 telah mewabah hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Ini membuat sejumlah kota di Indonesia ditetapkan sebagai zona merah pandemi Corona.

Satu di antaranya adalah Kota Kediri yang terletak di Provinsi Jawa Timur.

Kondisi ini membuat  banyak hiruk pikuk penanganan wabah pandemi Corona di RSUD Gambiran 2 yang merupakan rumah sakit rujukan pasien Covid 19.

Di tengah hiruk pikuk penanganan pandemi Corona, ada tenaga medis yang bekerja dalam senyap.

Dengan memakai pakaian perlindungan diri sejumlah petugas medis RSUD Gambiran 2 Kota Kediri mempertaruhkan keselamatannya demi merawat pasien penyakit menular.

Pasien Covid-19 Semakin Bertambah, Ketua IDI: Kebutuhan APD untuk Tenaga Medis Masih Sangat Banyak

Tangani Covid-19, Pemerintah Diminta Alokasikan Anggaran Infrastruktur untuk APD Tenaga Medis

Minarsih (47), salah satu perawat ruang isolasi menyebutkan, tidak semua perawat mau ditempatkan di ruang isolasi karena resikonya yang tinggi.

Sejak wabah corona melanda Kota Kediri, RSUD Gambiran membentuk tim dan sarana perawatan pasien yang terpapar penyakit. Minarsih salah satunya anggota tim.

Sebelum wabah merebak, Minarsih bertugas di bagian Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI).

Selanjutnya dipindahkan ke bagian isolasi pasien penyakit menular untuk membantu penanggulangan Covid-19.

Banyak rekannya yang menolak tugas tersebut, namun Minarsih justru menerima. Sebagai seorang perawat, dia mengaku tak boleh menolak tugas kemanusiaan apapun resikonya, termasuk kemungkinan terpapar virus mematikan dari pasien yang dirawatnya.

Menurut Minarsih, tugas yang diemban ini tak sebanding dengan penderitaan dan ketakutan pasien yang terindikasi Corona.

“Setiap kali pasien dimasukkan ruang isolasi, wajah mereka sangat tegang dan depresi. Bahkan ada yang nyaris bunuh diri karena stres,” ungkapnya, Jumat (3/4/2020).

Sehingga peran Minarsih dan tenaga medis di ruang isolasi sangat dibutuhkan. Setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.

Namun ironisnya, tugas berat itu tak diimbangi dengan pemenuhan alat perlindungan diri (APD) yang mereka pakai.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved