Fakta-fakta Penolakan Pemakaman Korban Corona di Kab Semarang, Kronologi Sampai Pengakuan Ketua RT

Mulai dari pengakuan dari Ketua RT yang ikut menolak pemakaman perawat di Semarang, hingga pernyataan Humas Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Kabupaten

Editor: Imam Saputro
FOTO ILUSTRASI Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Tegal Alur di Jakarta Barat dan TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur. Jenazah yang dapat dimakamkan di sana, yakni yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan berstatus positif terjangkit virus corona. 

TRIBUNPALU.COM - Deretan fakta penolakan pemakaman perawat korab virus corona di Kabupaten Semarang.

Mulai dari pengakuan dari Ketua RT yang ikut menolak pemakaman perawat di Semarang, hingga pernyataan Humas Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Kabupaten Semarang .

Pemakaman seorang perawat korban virus corona mendapat penolakan oleh warga di Dusun Sewakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kamis (9/4/2020).

Jenazah perawat tersebut akhirnya dipindahkan dari TPU Sewakul, meski sudah ada penjelasan dari tim medis hingga wakil bupati.

Ketua RT bernama Purbo menjadi sorotan dalam peristiwa penolakan jenazah Covid-19 tersebut, karena juga ikut berperan.

Berikut fakta-fakta kejadian tersebut,pengakuan dari Ketua RT yang ikut menolak pemakaman perawat di Semarang, hingga pernyataan Humas Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Kabupaten Semarang yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Aspirasi Warga

Purbo mengaku, warga di wilayah tersebut tak mau jika perawat korban virus corona itu dimakamkan di TPU Sewakul.

Penolakan yang ia sebut aspirasi warga itu tak bisa diabaikannya sebagai Ketua RT.

"Mereka meminta untuk tak dimakamkan di sini," ujarnya, dikutip dari TribunJateng.com, Jumat (10/4/2020).

2. Tanggung Jawab Ketua RT

Masih dikutip dari sumber yang sama, Purbo mengatakan, dirinya mempunyai tanggung jawab sebagai Ketua RT untuk para warga di wilayahnya.

"Karena saya ketua RT, maka saya punya tanggung jawab moral untuk warga di RT saya," jelasnya.

Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19, Ketua RT menyampaikan permintaan maaf.
Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19, Ketua RT menyampaikan permintaan maaf. (KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA)

3. Menyampaikan Aspirasi ke Petugas Pemakaman

Setelah mendapat desakan dari warga untuk menolak proses pemakaman, Purbo menemui petugas pemakaman.

Ia mengaku, saat itu warga panik, karena banyak kendaraan di TPU Sewakul.

"Mereka kepanikan, karena banyak mobil. Saya sudah tidak masalah, tetapi warga punya pendapat mereka sendiri," ungkap dia.

4. Minta Maaf

Purbo lalu meminta maaf atas peristiwa penolakan jenazah Covid-19 di wilayahnya.

Ia juga merasa bersalah terhadap perawat di seluruh Indonesia.

"Saya atas nama pribadi dan juga mewakili masyarakat saya, mohon maaf atas kejadian kemarin."

"Saya juga meminta maaf kepada perawat seluruh Indonesia," imbuh Purbo.

5. Istri Seorang Perawat

Dikutip dari Kompas.com, Purbo awalnya menangis karena istrinya juga seorang perawat.

Ia menegaskan, dirinya hanya meneruskan aspirasi dari warga saja.

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkap Purbo, Jumat.

Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, saat ditemui, Kamis (9/4/2020) sore.
Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, saat ditemui, Kamis (9/4/2020) sore. (Tribun Jateng/Akbar Hari Murti)

6. Ada Makam Keluarga Korban

Ketua RT ini mengaku, dirinya sebenarnya tak tega untuk menolak pemakaman jenazah perawat tersebut.

Menurutnya, perawat yang meninggal karena virus corona ini, juga mempunyai keluarga yang dimakamkan di TPU Sewakul.

"Keluarga almarhumah juga ada yang dimakamkan di Sewakul meski bukan warga kami,"ujar Purbo.

Sementara itu, Ketua RW 08 Dusun Sewakul, Daniel Sugito mengatakan, penolakan pemakaman tersebut sempat dimediasi.

"Tapi warga tetap menghendaki pemakaman dipindah," jelasnya.

Makam Dipindahkan

Humas Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan mengatakan, sebelum adanya aksi penolakan dari warga, pengurus RT awalnya sempat mengizinkan dilakukan pemakaman di TPU Sewakul.

Tapi saat akan dilakukan pemakaman, mendadak warga berubah pikiran dan terjadi aksi penolakan.

"Bahkan sudah dilakukan penggalian makam. Entah dari mana, tiba-tiba ada penolakan oleh sekelompok masyarakat."

"Padahal informasi awal dari RT setempat sudah tidak ada masalah,” kata Alexander, Kamis, dikutip dari Kompas.com.

Sehingga, terpaksa rencana pemakaman jenazah perawat positif corona tersebut dipindahkan ke Bergota, komplek makam keluarga Dr Kariadi Kota Semarang.

Kronologi Video Tangisan Ibu dari Jenazah Perawat Positif Corona yang Ditolak Warga

Kisah penolakan jenazah Covid-19 kembali terulang di Jawa Tengah.

Seorang perempuan berusia 38 tahun dinyatakan positif virus corona dan meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020) siang.

Jenazah perawat di RSUP Kariadi itu rencananya akan dimakamkan di Sewakul, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Ironisnya, rencana pemakamanya batal akibat adanya penolakan warga sekitar padahal liang lahat sudah digali.

Warga di sekitar lokasi menolak pemakaman itu karena dianggap virus pada jenazah masih dapat menular meski sudah dimakamkan.

Meski sudah mendapat penjelasan dari tim medis hingga Wakil Bupati Semarang terkait keamanan dari potensi tertularnya virus tersebut, warga diketahui tetap bersikukuh melakukan penolakan.

Viral Warga Semarang Tolak Pemakaman Perawat Positif Corona, Ketua RT: Saya Harus Teruskan Aspirasi

Tak tinggal diam, pihak keluarga pun memohon kepada warga agar jenazah perawat tersebut boleh dimakamkan di TPU tersebut.

Sayangnya, warga tetap tak mengindahkan permohonan keluarga.

Penolakan ini dipicu dari seseorang yang berperan di wilayah tersebut, yakni Ketua RT 6 Dusun Sewakul yang bernama Purbo.

Akibat kondisi itu, akhirnya pemakaman jenazah perawat tersebut dipindahkan ke TPU Bergota, Semarang.

Muncul Penolakan Pemakaman Jenazah Korban Corona, Dokter Tegaskan Virus Tidak Menyebar dalam Tanah

Video penolakan pemakaman itu pun menjadi viral di media sosial.

Satu di antaranya adalah video isak tangis ibu yang diunggah oleh akun Facebook Agus Ratna Safitri.

Akun tersebut mengunggah dua video dan satu foto saat terjadinya penolakan warga.

Dalam video yang pertama, tampak sang ibu dari jenazah perawat Covid-19 itu menangis dan berulang kali memohon kepada para petinggi di desa tersebut.

"Ya Allah maafkan kesalahan anakku," mohon sang ibu.

Warga yang peduli pun berusaha menenangkannya, tetapi permohonan ibu tersebut tak berhasil meluluhkan penolakan warga.

Diunggahan selanjutnya, Agus Ratna Safitri juga mengungkapkan kronologi kejadian penolakan jenazah anggota keluarganya tersebut.

"Kronologi saat saudara kami gugur,rencana mau di makamkan di susukan (tempat tinggal beliau). Setelah berembug, jenazah akan di kebumikan di Suwakul (sebelah ayah almarhumah). Warga Suwakul sudah menerima dan sudah proses penggalian. Setelah jenazah sampai di tempat pemakaman Suwakul, ada oknum yg memprovokatori agar tidak di makamkan di Suwakul," tulis Agus Ratna Safitri di unggahannya, Kamis (9/4/2020).

Fakta Penolakan Pemakaman Perawat Positif Covid-19 di Semarang, Makam Akhirnya Dipindah

Setelah kejadian ini viral, diketahui Purbo telah meminta maaf di hadapan pengurus DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Dikutip dari Kompas.com, Purbo mengatakan, penolakan pemakaman di TPU Sewakul tersebut adalah aspirasi masyarakat yang berada di lokasi, termasuk beberapa ketua RT lain.

"Mereka mengatakan, Pak jangan di sini, jangan dimakamkan di Sewakul," ujarnya, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jawa Tengah, menirukan warga.

Karena desakan warga, akhirnya aspirasi tersebut diteruskannya ke petugas pemakaman.

Dia beralasan, sebagai ketua RT tidak mungkin mengabaikan aspirasi warga.

Viral Penolakan Warga Terkait Pemakaman PDP Corona, Ambulans Diusir hingga Jenazah Kembali ke RS

Sambungnya, terjadinya penolakan pemakaman ini, karena adanya kesalahan informasi sehingga menyebabkan ketidaksetujuan dari warga.

"Keluarga almarhumah juga ada yang dimakamkan di Sewakul meski bukan warga kami," katanya.

Purbo mengaku, istrinya juga seorang perawat, dalam hatinya dia menangis karena adanya penolakan pemakaman jenazah tersebut.

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

Video Tenaga Medis Teriaki Warga saat Bawa Jenazah Covid-19: Jangan Lempar Batu, Kita Juga Manusia!

Atas kejadian itu, di hadapan Ketua DPW PPNI Jawa Tengah, Edy Wuryanto, Purbo menyampaikan permintaan maafnya.

"Atas nama pribadi dan warga saya minta maaf adanya kejadian kemarin itu. Saya minta maaf kepada perawat, warga Ungaran, dan pada seluruh masyarakat Indonesia," ungkapnya.

Sementara Ketua RW 08 Dusun Sewakul, Daniel Sugito mengatakan, penolakan pemakaman tersebut sempat dimediasi.

Bahkan dokter juga memberi penjelasan hingga Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha datang ke lokasi.

"Tapi warga tetap menghendaki pemakaman dipindah," ujarnya.

(TribunPalu.com/Tribunnews.com,TribunJateng.com/Akbar Hari Mukti, Kompas.com, Kontributor Ungaran/Dian Ade Permana)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved