5 Arahan Terbaru Joko Widodo dalam Hadapi Pandemi Covid-19, termasuk Evaluasi PSBB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan terbaru dalam menghadapi pandemi virus corona covid-19 di Indonesia.
TRIBUNPALU.COM - Wabah virus corona Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pemerintah masing-masing negara yang terjangkit pun melakukan langkah dan upaya untuk menghadapi virus bernama ilmiah SARS-CoV-2 tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja memberikan arahan terbaru dalam menghadapi pandemi virus corona covid-19 di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas (ratas) yang digelar melalui telekonferensi, Senin (4/5/2020).
Dilansir rilis presidenri.go.id, ada lima arahan terbaru Presiden Jokowi.
1. Evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Jokowi mengungkapkan terkait evaluasi penerapan PSBB yang hingga kini telah diterapkan di 4 provinsi dan 12 kabupaten/kota.
“Saya ingin memastikan bahwa ini betul-betul diterapkan secara ketat dan efektif dan saya melihat beberapa kabupaten dan kota telah melewati tahap pertama dan akan masuk ke tahap kedua," ujarnya.
Jokowi menyebut PSBB perlu dievaluasi dari segi penerapannya.
"Mana yang penerapannya terlalu over, terlalu kebablasan, dan mana yang masih kendur. Evaluasi ini penting sehingga kita bisa melakukan perbaikan-perbaikan di kota/kabupaten maupun provinsi yang melakukan PSBB,” jelas Jokowi.
• Viral Karena Sumbangan Isi Sampah, Ferdian Paleka Kini Hilang dari Youtube dan Instagram
• Sebaiknya Tunda Kehamilan di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-19, Ini Penjelasan Kepala BKKBN
• Update Virus Corona Indonesia, Senin, 4 Mei 2020: Catat 395 Kasus Baru, Total 11.587 Kasus Positif
2. Pasang Target Terukur

Arahan kedua Jokowi, ia meminta masing-masing daerah yang melaksanakan PSBB harus memiliki target yang jelas dan terukur.
Seperti berapa jumlah pengujian sampel dan tes PCR (polymerase chain reaction) yang telah dilakukan.
Selain itu mengenai agresifitas pelacakan, dan berapa kontak yang telah ditelusuri setiap hari.
“Betul-betul ini harus dikerjakan. Kemudian juga apakah isolasi yang ketat juga dilakukan, karena saya melihat ada yang sudah positif saja masih bisa lari dari rumah sakit, yang PDP (pasien dalam pengawasan) masih beraktivitas ke sana ke mari," ujarnya.