Kabar Internasional
Ditunjuk Gantikan Kotak Kosong, Tukang Sapu Ini Malah Menang Telak di Pilkada Lawan Partai Presiden
Seorang perempuan yang berprofesi sebagai tukang bersih-bersih menang telak setelah sebelumnya tak berniat mengikuti kontestasi politik di daerahnya.
TRIBUNPALU.COM - Sebuah peristiwa menarik terjadi saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Rusia.
Tepatnya di Povalikhino, daerah kumpulan dari sembilan dusun yang bisa dijangkau dengan berkendara selama 9 jam dari Moskwa.
Seorang perempuan yang berprofesi sebagai tukang bersih-bersih menang telak setelah sebelumnya tak berniat mengikuti kontestasi politik di daerahnya.
Uniknya, perempuan bernama Marina Udgodskaya itu sengaja ditempatkan oleh atasannya yang tak mau menang telak melawan kotak kosong.
Ternyata, Marina Udgoskaya justru menang telak di daerah pemilihan itu.
Dikutip dari BBC, dia mendapatkan suara dua kali lebih banyak dari atasan yang dulunya menjabat sebagai pemimpin dewan desa.
Marina Udgodskaya pun tak menyangka dengan hasil itu dan memutuskan akan mengambil peran sebagai pemimpin daerah.
• Kata Najwa Shihab soal Wawancara Bangku Kosong tentang Terawan: Pak Terawan Bisa Menjawab Kapan Saja
Ia tak pernah punya niat untuk ikut pemilu kepala daerah di kawasan berpenduduk 400 jiwa itu.
Sebab, ia dimajukan oleh bosnya yang tergabung dengan partai Presiden Vladimir Putin, Rusia Bersatu.
Beberapa orang yakin, kemenangan Marina Udgodskaya terjadi karena partai Putin sangat tidak populer di kawasan tersebut.
Sementara sebagian lainnya mengatakan, pengabaian daerah pedesaan menimbulkan ketidakpercayaan penduduk desa terhadap pemerintah pusat.
Meski tak berpengalaman tinggi, ia membuat program prioritas dengan mambangun fasilitas bermain untuk anak-anak.
Ia akan membangun kolam renang untuk anak-anak di desa itu.
Marina Udgoskaya juga telah menunjuk dua mentor untuk menjalankan pemerintahan di Povalikhino.
Sampai akhir bulan ini, Marina Udgodskaya masih aktif menjalankan pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih, sebelum akhirnya duduk sebagai kepala daerah Povalikhino.
• Mutia Ayu Tulis Puisi Romantis di Hari Ulang Tahun Mendiang Glenn Fredly
Rusia Kewalahan Perangi Covid-19: Susah Sekali Menyembunyikan Jenazah
Presiden Rusia, Vladimir Putin sempat mengklaim telah berhasil menguasai penyebaran penyakit Covid-19 pada akhir Maret lalu.
Namun pada pertengahan bulan Mei, Rusia menjadi negara nomor tiga dengan jumlah kasus penyebaran virus corona tertinggi di dunia.
Di ibu kota Moskow, wali kota setempat mengatakan jumlah kasus sebenarnya mungkin melebihi 300 ribu kasus.
Jumlah kematian sejauh ini yang dilaporkan kurang dari 3 ribu jiwa, meski laporan ini tetap dipertanyakan berbagai pihak terkait kebenaran angka kematian di Rusia.
Sebab, angka kematian di Moskow saja selama bulan April sepertinya sudah naik hampir 20 persen dari biasanya.
• Daftar 10 Negara dengan Kasus Virus Corona Terbanyak di Asia, Indonesia Duduki Peringkat 9
Diberitakan ABC News, seakan mengelak dari bahaya dan situasi kacau, Rusia justru yakin dapat mengirimkan bantuan peralatan medis besar-besaran ke Bergamo, saat Italia mencatat kematian mencapai ribuan orang.
Tak lama setelah itu, beberapa dokter di Italia mengatakan sebagian peralatan yang dikirim oleh Rusia itu tidak berguna dan pengiriman itu hanyalah untuk menarik perhatian media, begitu artikel dalam harian Italia 'La Stampa'.
Setelah terjadi kebakaran di rumah sakit di Kota St Petersburg, pada Selasa (12/5/2020), penyelidikan terus berlanjut untuk melihat apakah banyak peralatan buatan Rusia yang tidak efektif dan tak layak pakai.
Penyeledikian itu dilakukan oleh kantor berita Reuters yang menemukan banyak dari ventilator di berbagai rumah sakit di Rusia dibuat pada tahun 1990-an sehingga kemungkinan sudah tidak lagi efektif untuk digunakan.
• Polri Belum Izinkan Liga Dilanjutkan 1 Oktober, PSSI Berharap Bisa Digelar November, Ini Penyebabnya
Namun, masalahnya penanganan Covid-19 di Rusia bukan hanya pada keterbatasan ventilator tetapi juga alat perlindungan diri (APD) yang tak memadai.
Seorang dokter Rusia, Anastasiya Vasilyeva ditahan bersama rekan sejawatnya, saat dia mengirimkan APD ke rumah sakit di Okulovka, di Rusia Barat.
Sejak itu ia berulang kali membuat pesan di Twitter, mengatakan bahwa banyak dokter dan perawat yang meninggal karena Covid-19.
Ia juga menuduh para pejabat menolak memberikan keterangan mengenai penyebab dari kematian mereka sebenarnya kepada publik.
"Negara sama sekali tidak memedulikan mereka, pihak rumah sakit juga berbohong," kata tulis Anastasiya Vasilyeva.
• Jenazah Covid-19 Hilang setelah Terlantar di Jalanan Ekuador, Keluarga: Jasad Pamanku Entah di Mana
Dr Nourzhanov, seorang pengamat politik di Australia mengatakan, media Barat telah menuduh Rusia sengaja menurunkan angka kematian dan telah dianggap sebagai 'berita bohong' atau 'fake news' oleh Rusia.
Membantah pernyataan itu, pakar politik Rusia dari University of New South Wales, Stephen Fortescue mengatakan kecil kemungkinannya bagi Rusia untuk sengaja menutupi angka kematian di sana.
"Susah sekali menyembunyikan jenazah orang," kata Stephen Fortescue.
Sebab jika memang terbukti sengaja menurunkan angka kematian, kemungkinan akan berbahaya bagi elektabilitas Vladimir Putin.
"Juga mungkin lebih berbahaya bagi kepopuleran Putin, jika dia ketahuan berbohong. Inilah hal yang dulu membuat runtuhnya Uni Soviet," lanjutnya.

Presiden Vladimir Putin tampak berdiam di rumahnya yang terletak di pinggiran kota Moskow setelah terlibat kontak dengan seorang dokter yang kemudian positif terkena virus corona.
Vladimir Putin mulai jarang terlihat di depan publik.
Pihak Kremlin juga membantah jika Vladimir Putin bekerja secara sembunyi-sembunyi sembari menunggu pandemi berlalu.
Akibatnya, menurut keyakinan Dr Nourzhanov, banyak warga Rusia merasa Vladimir Putin tampak tidak peduli dengan keadaan yang ada.
Pekan ini, Vladimir Putin mengumumkan "masa tanpa bekerja" di Rusia akan berakhir, yang artinya bisnis boleh dibuka kembali.
Namun, banyak warga yang menganggap pengumuman ini terlalu cepat, karena Rusia masih mencatat 11 ribu kasus baru.
• Misteri Angka Kematian Covid-19 yang Rendah di India, Laporkan Lebih Banyak Jumlah Kematian di Rumah
Dmitry Gudkov sebagai politisi oposisi mengatakan, Presiden Vladimir Putin sengaja menyerahkan keputusan kepada gubernur regional agar pemerintah pusat tidak banyak disalahkan.
"Dengan orang-orang (gubernur regional) ini berkuasa, tidak ada yang berubah," kata Dmitry Gudkov.
"Semuanya akan tetap sama, khususnya jumlah yang sakit yang terus meningkat," lanjutnya.
Namun, Presiden Vladimir Putin tetap bertekad kuat menyatakan negerinya bisa kembali bekerja normal dan memastikan penyebaran Covid-19 bisa diperlambat.
"Kita tidak boleh kalah dan menyebabkan terjadinya gelombang baru pandemi," kata Vladimir Putin.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)