Studi Pada Kerusakan Paru-paru Jenazah Pasien Covid-19 Tunjukkan Penyebab Terjadinya Long Covid

Selama pandemi virus corona, ada sebuah fenomena atau sindrom yang disebut "Long Covid," di mana pasien masih merasakan gejala pasca-infeksi Covid-19.

statnews.com
ILUSTRASI paru-paru pasien Covid-19. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi virus corona Covid-19 telah berlangsung selama hampir satu tahun setelah kasus pertama teridentifikasi di China pada Desember 2019.

Dalam kurun waktu tersebut, tabir misteri yang melingkupi penyakit Covid-19 mulai sedikit demi sedikit terbuka, termasuk fenomena yang dikenal sebagai "Long Covid."

Sebuah penelitian terhadap paru-paru orang yang meninggal dunia karena Covid-19 telah menemukan kerusakan paru-paru persisten dan ekstensif dalam banyak kasus.

Hal ini dapat membantu para dokter untuk memahami apa yang ada di balik sindrom atau fenomena "Long Covid."

ILUSTRASI paru-paru pasien Covid-19.
ILUSTRASI paru-paru pasien Covid-19. (statnews.com)

Baca juga: Indonesia Calonkan Diri Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032, Jokowi akan Kunjungi Markas IOC di Swiss

Baca juga: Di Tengah Sengitnya Pilpres AS 2020, Amerika Serikat Resmi Keluar dari Paris Agreement

Baca juga: Jerinx Dituntut 3 Tahun Penjara, Nora Alexandra Ingatkan Suami untuk Selalu Sabar: Seng Legowo

Long Covid adalah kondisi di mana pasien masih menderita gejala yang berkelanjutan selama berbulan-bulan, bahkan setelah dinyatakan sembuh.

Para ilmuwan yang mengadakan penelitian ini mengatakan, mereka juga menemukan beberapa karakteristik unik SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Karakteristik itu kemungkinan bisa menjelaskan mengapa virus ini dapat menyebabkan kerusakan semacam itu di paru-paru pasien Covid-19.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa Covid-19 bukan hanya penyakit yang disebabkan oleh kematian sel yang terinfeksi virus, tetapi kemungkinan juga merupakan konsekuensi dari sel-sel abnormal yang masih bertahan di dalam paru-paru," kata Mauro Giacca, seorang profesor di King's College, London yang ikut memimpin studi ini.

Tim peneliti menganalisis sampel jaringan dari paru-paru, jantung, hati, dan ginjal dari 41 pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Trieste Italia antara Februari dan April 2020.

Dalam sebuah wawancara telepon, Mauro Giacca mengatakan, sementara tim peneliti tidak menemukan tanda-tanda infeksi virus atau peradangan berkepanjangan pada organ lain.

Akan tetapi, mereka menemukan "kerusakan yang sangat besar pada anatomi paru-paru", dengan jaringan sehat "yang hampir seluruhnya digantikan oleh jaringan parut atau keloid (scar tissue)."

Baca juga: Pilpres AS 2020 Berlangsung Panas, Simak Daftar Kekayaan Joe Biden dan Donald Trump

Baca juga: Studi: 130.000 Kematian akibat Covid-19 Bisa Dicegah Jika Pemerintah AS Bertindak Lebih Cepat

Baca juga: Studi Terbaru Sebut Orang yang Sembuh dari Covid-19 Bakal Kebal dari Infeksi Corona Selama 5 Bulan

KERUSAKAN MASIF

"Bisa dibayangkan dengan baik bahwa salah satu alasan mengapa ada kasus Covid-19 yang berkepanjangan (long Covid) adalah kerusakan parah pada paru-paru (jaringannya)," katanya kepada Reuters.

"Bahkan jika seseorang sembuh dari Covid-19, skala kerusakan yang ditimbulkan masih bisa sangat besar," lanjutnya.

Bukti yang berkembang dari seluruh dunia menunjukkan, sebagian kecil orang yang pernah menderita Covid-19 dan pulih dari infeksi awal dapat mengalami berbagai gejala.

Seperti kelelahan, kabut otak, dan sesak napas.

Kondisi tersebut sering disebut dengan "Long Covid."

Mauro Giacca mengatakan, hampir 90 persen dari 41 pasien meninggal dunia yang diteliti ini memiliki beberapa karakteristik unik untuk Covid-19 dibandingkan dengan jenis pneumonia lainnya.

Salah satunya adalah bahwa pasien mengalami pembekuan darah yang ekstensif di arteri dan vena paru-paru.

Ada juga karakter lain yang menunjukkan beberapa sel paru-paru berukuran besar secara tidak normal dan memiliki banyak inti - hasil fusi sel yang berbeda menjadi sel-sel besar tunggal dalam proses yang dikenal sebagai sinkitia.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet eBioMedicine itu juga menemukan, virus corona jenis baru ini sendiri bertahan di berbagai jenis sel.

“Adanya sel-sel terinfeksi ini dapat menyebabkan perubahan struktural utama yang terlihat di paru-paru, yang dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan dan akhirnya dapat menjelaskan 'Long Covid',” kata Giacca.

SUMBER: REUTERS VIA CHANNEL NEWS ASIA

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved