Sulteng Hari Ini
Pengamat Untad Soroti KLB Demokrat: Antara Kepemimpinan dan Kepentingan
Upaya kudeta di tubuh Partai Demokrat dipicu masalah kepemimpinan, yakni cara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam memimpin dan mengelola partai.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU- Pengamat politik pemerintahan Universitas Tadulako, Asrifai A Arabe memberikan analisisnya soal kisruh Partai Demokrat yang melibatkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Ia menuturkan, keterlibatan Moeldoko dalam kisruh Partai Demokrat dapat dilihat dari dua perspektif, yakni dari sisi internal dan eksternal.
Menurut Asrifai, dari sisi internal, upaya kudeta di tubuh Partai Demokrat dipicu masalah kepemimpinan, yakni cara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam memimpin dan mengelola partai.
"Bisa jadi ada masalah dalam kepemimpinan AHY, khususnya dalam membangun soliditas kader," ujarnya, Senin (8/3/2021).
Baca juga: Selama Dua Bulan Polres Sigi Tangkap 19 Tersangka Narkotika, 4 Orang adalah Perempuan
Baca juga: Kerusakan Capai Rp6,9 Triliun, Wabup Sigi Instruksikan Percepat Rehab Rekon Pascabencana
Baca juga: 300 Personel Polres Banggai Disuntik Vaksin COVID-19, Kapolres: Ayo Dukung Program Vaksinasi
Baca juga: Terlibat KLB dan Ungkap Iming-iming Rp 100 Juta, Gerald Piter Runtuthomas Masih Diakui Kubu AHY?
Lebih lanjut, Asrifai menyoroti kabar kader Demokrat di beberapa daerah ramai-ramai diusulkan dipecat usai hadiri Kongres luar biasa (KLB).
Seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Sulteng mengusulkan pemecatan 14 kadernya ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Hal ini disampaikan Ketua Badan Pembinaan Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) DPD Demokrat Sulteng Abdul Rasid Pusadan.

“Mereka mencederai nama partai dan soliditas kami di Sulteng. Makanya mereka kami usulkan dipecat ke DPP,” kata Rasid, dikutip Sabtu (6/3/2021).
Namun menurut Asrifai, ini adalah pendekatan partai demi meningkatkan kinerja, yakni dengan memberikan penghargaan atau hukuman kepada kadernya.
Dalam manajemen kepemimpinan, cara ini dikenal dengan istilah stick and carrot.
"Pemecatan terhadap pengurus dan kader yang ikut dalam KLB sebagai praktek kepemimpinan yang menerapkan model stick and carrot," ucapnya.
Baca juga: KSP Moeldoko Jadi Ketum Demokrat Versi KLB, PKS: Warisan Buruk bagi Kepemimpinan Pak Jokowi
Baca juga: Mau Bagikan Status WhatsApp ke Instagram Story? Begini Cara Mudah Melakukannya
Baca juga: Soal Belajar Daring, Dosen Pertanian Untad: Banyak Mahasiswaku Pulang Kampung
Masalah lain dalam internal, sambung Asrifai, ada problem kader yang tidak siap dan bisa nyaman berada dalam posisi sebagai partai penyeimbang atau sebagai oposisi.
"Beberapa kader mungkin ingin menjadi bagian dari kekuasaan. Apalagi partai Demokrat pernah menjadi partai penguasa. Mereka membandingkan manfaat dan kenyamanan saat berada sebagai partai yang berkuasa dengan kondisi saat ini sebagai oposisi," ujar Asrifai.
Sementara dari sisi eksternal, bagi Asrifai, dibalik pelaksanaan KLB terdapat kepentingan mengingat partai mudah dimasuki pihak luar.
"Bisa jadi ada agenda pihak luar yang berkepentingan, atau karena ambisi personal Moeldoko melihat peluang. Sepak terjang Moeldoko terhadap partai lain sebelum ke Demokrat bisa ditracking. Sekarang bagaimana arus dan kekuatannya saat ini dengan sebelumnya," pungkasnya. (*)