Banyak Baliho Puan Terpasang di Yogya, Ketua DPP PDIP DIY: Kita Tidak Memasang
Baliho bergambar Puan Maharani bertebaran di berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
TRIBUNPALU.COM - Baliho bergambar Puan Maharani bertebaran di berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sama seperti yang banyak bertebaran di Solo, Jawa Tengah, baliho Puan bertuliskan 'Kepak Sayang Kebhinekaan'.
Dilansir dari Kompas, baliho tersebut tersebar di berbagai titik seperti di Jalan Wates Km 3, di mana lokasi tersebut merupakan jalur yang menghubungkan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, hingga Kabupaten Kulon Progo.
Jalan ini merupakan lokasi strategis karena banyak dilalui warga Yogyakarta menuju Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA).
Ketua DPP PDI Perjuangan DIY Nuryadi mengaku dirinya tidak mengetahui siapa yang memasang baliho tersebut di lokasi-lokasi strategis di DI Yogyakarta.
Baca juga: Pura-pura Mati Selama 7 Tahun, Guru Ini Nikmati Gaji Buta Hampir Setengah Miliar dari Negara
Baca juga: Anies Baswedan Dijuluki Duta Lebih Bayar, Ade Armando: Patut Diduga Modus Korupsi
Sebab, pihaknya tidak mendapatkan instruksi untuk memasangnya.
"Enggak, jadi kita tidak memasang. Kami tidak diinstruksikan," ucapnya saat dihubungi, Jumat (6/8/2021).
Dirinya juga mengaku selama ini tidak ada komunikasi dengan pimpinan partai atau anggota DPR RI Fraksi PDIP seluruh Indonesia.
"Enggak tahu. Tidak ada komunikasi juga," ungkapnya.
Walaupun tidak turut memasang baliho, menurut, dia sudah menjadi kewajiban kader PDIP untuk ikut serta menjaga baliho yang memuat logo partai beserta foto Ketua DPP PDIP.
Nuryadi mengatakan, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab moral.
"Tanggung jawab moral itu, kita menjaga gambar itu. Iya, kan otomatis kita punya (PDIP) pasti kita jaga, tapi soal pemasangan kita tidak diinstruksikan," kata dia.
"Kita enggak menghitung juga (jumlahnya). Yang jelas apapun atribut yang kaitan dengan PDIP kita jaga," tutupnya.
Gibran Angkat Bicara Soal Baliho Puan di Solo
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka angkat bicara soal terpasangnya banyak baliho Ketua DPP PDIP, Puan Maharani di Solo, Jawa Tengah.
Dilansir dari Tribunnews.com, Gibran mengaku pemasangan baliho bergambar Puan tersebut dilakukan atas instruksi dari PDIP.
"Iya. Itu ada instruksi dari partai," kata Gibran dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Jumat (6/8/2021).
Namun ketika ditanya berapa total jumlah baliho yang dipasang, Gibran enggan menjawab.
"Enggak usah disebutkan (jumlah baliho)," imbuhnya.
Gibran juga tidak mau banyak menanggapi pertanyaan awak media terkait baliho Puan tersebut,
Ia beralasan masih banyak tugas yang harus dikerjakan dan ingin mengurus masalah Covid-19 terlebih dahulu.
"Ngurus Covid sik," katanya.
Diketahui sebelumnya, baliho Ketua DPR RI, Puan Maharani kini banyak terlihat di beberapa kota.
Dalam baliho tersebut terlihat foto Puan dengan kalimat bertuliskan, 'Kepak Sayap Kebhinekaan.'
Tidak Pas Waktunya
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta Ujang Komarudin menilai munculnya baliho-baliho dari politikus belakangan sebagai upaya meningkatkan popularitas dan elektabilitas yang bersangkutan.
Diketahui, ada tiga nama politikus yang belakangan kerap terpampang di baliho.
Mereka antara lain Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, serta Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
Ujang menegaskan munculnya baliho yang menampilkan ketiga politikus tersebut tak lepas dari keinginan berkontestasi di 2024 mendatang.
"Itu bagian dari sosialisasi yang dilakukan untuk kepentingan meningkatkan popularitas dan elektabilitas mereka."
"Kita tahu mereka berkeinginan untuk maju sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024 nanti," ujar Ujang, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (5/8/2021).
"Jadi mereka sudah bergerak pasang baliho dimana. Fenomena memperkenalkan diri sejak dini ke publik. Harapannya publik semakin familier dengan mereka," imbuhnya.
Baca juga: Berita Populer Sulteng: Parimo Belum Punya Alat Tes PCR COVID-19 hingga Jejak Teror MIT di Sigi
Baca juga: Berita Populer Nasional: Denny Siregar Sentil Demokrat hingga Polemik Cat Pesawat Presiden
Meski demikian, Ujang menilai pemasangan baliho untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas tidaklah dilarang.
Hanya saja, dia beranggapan pemasangan baliho itu tidaklah tepat dari segi waktu. Sebab saat ini masyarakat masih terdampak pandemi Covid-19.
"Pemasangannya tak pas waktunya, tak tepat timingnya karena masyarakat sedang susah karena Covid-19."
"Maka pemasangan baliho itu hanya akan mendapat nyinyiran publik, hanya akan mendapat olok-olok rakyat. Karena dianggap tak sensitif atas penderitaan rakyat," jelasnya.
Akan lebih bijak, menurut Ujang, apabila sosialisasi baliho tersebut dihentikan terlebih dahulu.
Dana pemasangan baliho, lanjutnya, juga dinilai lebih baik digunakan untuk membantu masyarakat.
"Seharusnya sosialisasi baliho tersebut di rem dulu, di stop dulu. Rakyat sedang sulit, banyak yang nggak bisa makan dan rakyat juga tak butuh baliho."
"Artinya dana-dana seperti pasang baliho lebih baik digunakan dulu untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19."
"Bantu rakyat dulu, baru sosialisasi. Rakyat mesti diprioritaskan dibandingkan dengan pemasangan baliho," kata Ujang. (*)