Tips Kesehatan

Bahaya Fomo untuk Kesehatan Mental, Ketahui Juga Cara Mengatasinya

Fomo merupakan salah satu sifat manusia yang selalu merasa takut ketinggalan informasi di media sosial yang memiliki dampak buruk bagi mental.

Verywell / Nusha Ashjaee
Fomo merupakan salah satu sifat manusia yang selalu merasa takut ketinggala informasi. 

Bahaya Fomo untuk Kesehatan Mental, Ketahui Makna dan Cara Mengatasinya

TRIBUNPALU.COM - Di masa pandemi Covid-19 tak hanya kesehatan fisik saja yang dijaga, tetapi juga kesehatan mental.

Terutama saat berinteraksi dengan media sosial melalui smartphone.

Dengan segala aktivitas yang dilakukan hanya dari rumah, penggunaan smartphone semakin sering dijumpai.

Mulai dari sekolah, bekerja hingga berbisnis.

Namun sebagai pengguna smartphone, Anda harus memperhatikan waktu yang tepat.

Jangan terlalu berlebihan, hingga menimbulkan rasa keingin tahuan tentang sesuatu informasi melalui media sosial.

Istilah ini biasa dikenal dengan kata Fomo.

Dikutip dari laman Badan Pendidikan Kristen Penabur, kata Fomo telah menjadi perbincangan hangat banyak orang.

Fomo merupakan sifat manusia yang selalu takut ketinggalan sesuatu.

Fomo menjadi satu fenomena nyata yang semakin umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Bahkan Fomo juga bisa menyebabkan stres yang cukup signifikan.

Sifat tersebut bisa memengaruhi semua orang, baik tua maupun muda.

Namun beberapa kalangan memang memiliki risiko yang lebih besar.

Dilansir dari laman Very Well Mind, Fomo merupakan singkatan dari Fear of Missing Out.

Fomo memiliki pengertian yaitu rasa takut ketinggalan yang mengacu pada perasaan atau persepsi tentang orang lain yang mempunyai hidup lebih indah dari pada Anda.

Baca juga: Apa Itu Pomodoro? Kenali Lebih Dekat Cara Mengatur Waktu yang Baik

Dikatakan dalam artikel tersebut, bahwa Fomo ini melibatkan rasa iri yang mendalam dalam diri seseorang terhadap pencapaian orang lain.

Sifat ini juga akan memengaruhi harga diri seseorang dan sering memburuk dengan hadirnya situs media sosial, seperti Instagram, TikTok, Twitter dan Facebook.

Fomo bisa berlaku dalam banyak hal.

Tidak hanya tentang gaya hidup saja, tetapi juga kecerdasan dan perasaan seseorang.

Sehingga ketika melihat orang lain yang memiliki kapasitas lebih dalam hal tersebut, Anda akan merasa kehilangan sesuatu yang besar dalam diri Anda.

Dalam beberapa penelitian sosial, Fomo memiliki dampak yang tidak baik untuk perkembangan mental seseorang.

Fomo mempunyai dampak negatif yang lebih banyak dirasakan oleh seseorang.

Selain meningkatkan perasaan tidak bahagia, Fomo juga bisa menimbulkan ketakutan dan kehilangan sebuah informasi dari media sosial.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Computers and Human Behavior menemukan bahwa Fomo dikaitkan dengan gangguan mengemudi, yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.

Oleh karena itu Fomo memiliki dampak yang cukup serius untuk kehidupan seseorang.

Sebagai orang yang menginginkan segalanya baik-baik saja, maka Anda harus berusaha untuk menghindarinya.

Baca juga: Kenali Diri Sendiri Secara Utuh Agar Bisa Membangun Personal Branding, Simak Caranya Berikut Ini

Instagram merupakan salah satu media sosial yang memiliki jumlah pengguna terbanyak di dunia.
Instagram merupakan salah satu media sosial yang memiliki jumlah pengguna terbanyak di dunia. (Kompas Techno)

Cara Mengatasi Fomo untuk Diri Sendiri

1. Mengubah Fokus

Berfokus dengan kekurangan diri sendiri memang sangat menyiksa.

Lebih baik memberikan perhatian yang lebih terhadap kelebihan apa yang Anda miliki.

Di media sosial, memang segala informasi dari aktivitas orang lain bisa diketahui dengan cepat.

Jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan rasa insecure dalam diri.

Cobalah memilih pergaulan yang baik untuk mendukung segala aktivitas Anda.

Jauhi hubungan-hubungan toxic yang cenderung membuat rendah diri dan tidak mendukung.

2. Melakukan Journaling

Kegiatan ini bisa dilakukan dnegan cara menuliskan segala kejadian yang menyenangkan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan dikerjakan.

Journaling ini bisa dilakukan untuk konsumsi pribadi, atau juga bisa untuk konsumsi publik melalui unggahan di media sosial.

Namun biasanya, seseorang akan memikirkan 'apakah pengalamannya tersebut bisa mendapatkan validasi dari orang lain'.

Jika masalah tersebut Anda alami, maka Anda bisa mencobanya dengan membuat jurnal secara offline yang bisa dikonsumsi pribadi saja.

Journaling ini juga bisa mengalihkan fokus seseorang dari komentar publik menuju apresiasi pribadi dari hal-hal yang membuat hidup lebih merasa hebat.

Langkah ini bisa membantu seseorang yang ingin keluar dari siklus pergulatan media sosial dan Fomo.

3. Mencari Koneksi yang Nyata

Kesepian merupakan cara otak manusia untuk memikirkan ulang bahwa ia ingin mencari dan meningkatkan hubungan dengan orang lain.

Sayangnya kehadiran media sosial tidka selalu menjadi solusi terbaik.

Padahal media sosial menyuguhkan berbagai teman dari kalangan yang bermacam-macam.

Daripada menjalin hubungan yang banyak dengan orang-orang di media sosial, Anda bisa mencobanya dengan menjalin koneksi dengan orang di dunia nyata.

Mislanya saja berencana untuk hang out dengan teman dekat atau liburan bersama mereka jauh lebih efektif.

Namun apabila Anda tidak memiliki wkatu yang lebih untuk bertemu dnegan mereka, maka media sosial bisa digunakan dengan bijak.

Misalnya mengunggah kebersamaan bersama teman-teman dan menjalin silaturahmi virtual, baik audio maupun visual.

Baca juga: Apa Itu Depresi dan Bagaimana Cara Mengatasinya? Berikut Penjelasan Psikolog Analis Widyaningrum

4. Bersyukur

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan rasa syukur dapat mengangkat semangat Anda serta semua orang di sekitar Anda.

Kegiatan bersyukur misalnya membuat jurnal rasa syukur, atau sekadar memberi tahu orang lain apa yang Anda hargai tentang mereka.

Sebagian besar orang memang merasa kekurangan dalam segala hal yang dibutuhkan.

Bersykur akan menghaislkan efek yang positif bagi kesehatan mental dan emosi manusia.

(TribunPalu.com/Hakim)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved