Perbedaan Antara FOMO & JOMO, Ketahui juga Cara Mengatasinya Agar Berdampak Positif untuk Mental
Berikut ini kami sampaikan perbedaan antara FOMO dan JOMO, kondisi psikis yang harus diperhatikan banyak orang.
Perbedaan Antara FOMO dan JOMO, Ketahui Juga Cara Mengatasinya Agar Berdampak Positif
TRIBUNPALU.COM - Berikut ini kami sampaikan perbedaan antara FOMO dan JOMO, kondisi psikis yang harus diperhatikan banyak orang.
Dilansir dari laman Very Well Mind, FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out.
FOMO memiliki pengertian yaitu rasa takut ketinggalan yang mengacu pada perasaan atau persepsi tentang orang lain yang mempunyai hidup lebih indah dari pada Anda.
Dikatakan dalam artikel tersebut, bahwa FOMO ini melibatkan rasa iri yang mendalam dalam diri seseorang terhadap pencapaian orang lain.
Sifat ini juga akan memengaruhi harga diri seseorang dan sering memburuk dengan hadirnya situs media sosial, seperti Instagram, TikTok, Twitter dan Facebook.
Sedangkan JOMO, kami melansir dari laman Forbes dalam artikelnya yang bertajuk "Is The Joy Of Missing Out The News Self-Care".
Dikatakan jika JOMO memiliki pengertian menghilangkan kebisingan serta melepaskan kekhawatiran seseorang.
Saat Anda sedang mengosongkan pikiran, di situlah hal yang disenangi banyak orang lantaran tidak ada beban yang banyak dipikirkan.
Sikap JOMO alias melepaskan sebuah beban tanpa ingin mengetahuinya bisa Anda gunakan sebagai bentuk self-care.
Perlu Anda ketahui, self-care merupakan salah satu bentuk perawatan diri untuk mensejahterakan diri sendiri.
Ini merupakan sesuatu yang penting bagi kesehatan mental Anda.
Namun kegiatan ini justru sering diabaikan oleh banyak orang.
Jika Anda ingin melakukannya, Anda bisa mencoba dengan teknil JOMO.
Baca juga: Jaga Kesehatan Mental dengan 8 Cara Berikut, Termasuk Menerima Kenyataan Tanpa Rasa Takut

Cara Mengatasi FOMO
1. Memperbanyak Rasa Syukur
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan rasa syukur dapat mengangkat semangat Anda serta semua orang di sekitar Anda.
Kegiatan bersyukur misalnya membuat jurnal rasa syukur, atau sekadar memberi tahu orang lain apa yang Anda hargai tentang mereka.
Sebagian besar orang memang merasa kekurangan dalam segala hal yang dibutuhkan.
Bersyukur akan menghasilkan efek yang positif bagi kesehatan mental dan emosi manusia.
2. Membiasakan Diri Menulis Jurnal
Kegiatan ini bisa dilakukan dnegan cara menuliskan segala kejadian yang menyenangkan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan dikerjakan.
Journaling ini bisa dilakukan untuk konsumsi pribadi, atau juga bisa untuk konsumsi publik melalui unggahan di media sosial.
Namun biasanya, seseorang akan memikirkan 'apakah pengalamannya tersebut bisa mendapatkan validasi dari orang lain'.
Jika masalah tersebut Anda alami, maka Anda bisa mencobanya dengan membuat jurnal secara offline yang bisa dikonsumsi pribadi saja.
Journaling ini juga bisa mengalihkan fokus seseorang dari komentar publik menuju apresiasi pribadi dari hal-hal yang membuat hidup lebih merasa hebat.
Langkah ini bisa membantu seseorang yang ingin keluar dari siklus pergulatan media sosial dan FOMO.
3. Merubah Pola Pikir dan Fokus Kehidupan
Berfokus dengan kekurangan diri sendiri memang sangat menyiksa.
Lebih baik memberikan perhatian yang lebih terhadap kelebihan apa yang Anda miliki.
Di media sosial, memang segala informasi dari aktivitas orang lain bisa diketahui dengan cepat.
Jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan rasa insecure dalam diri.
Cobalah memilih pergaulan yang baik untuk mendukung segala aktivitas Anda.
Jauhi hubungan-hubungan toxic yang cenderung membuat rendah diri dan tidak mendukung.
Baca juga: Mengenal Kesehatan Mental, Ini Faktor Penyebab, Jenis, hingga Mitos dan Fakta terkait Mental Illness
4. Membangun Hubungan Interpersonal yang Nyata
Kesepian merupakan cara otak manusia untuk memikirkan ulang bahwa ia ingin mencari dan meningkatkan hubungan dengan orang lain.
Sayangnya kehadiran media sosial tidka selalu menjadi solusi terbaik.
Padahal media sosial menyuguhkan berbagai teman dari kalangan yang bermacam-macam.
Daripada menjalin hubungan yang banyak dengan orang-orang di media sosial, Anda bisa mencobanya dengan menjalin koneksi dengan orang di dunia nyata.
Mislanya saja berencana untuk hang out dengan teman dekat atau liburan bersama mereka jauh lebih efektif.
Namun apabila Anda tidak memiliki wkatu yang lebih untuk bertemu dnegan mereka, maka media sosial bisa digunakan dengan bijak.
Misalnya mengunggah kebersamaan bersama teman-teman dan menjalin silaturahmi virtual, baik audio maupun visual.
Cara Mengatasi JOMO Menjadi Tindakan Self-care
1. Mengetahui secara jelas tentang prioritas
Anda harus bisa mengetahui tujuan apa dan gambaran besar Anda untuk menentukan apa yang yang harus Anda perbuat.
Apakah akan melanjutkannya, ataupun tidak.
Sebelum mengambil keputusan, Anda harus memprioritaskan diri Anda terlebih dahulu.
Sehingga tidak asal memutuskan, namun ada alasan di balik itu semua.
Deskripsikan secara rinci, keuntungan dan kerugian apa jika Anda mengambil keputusan tersebut.
Baca juga: Jaga Berat Badan dan Kesehatan Mental dengan Olahraga Bersepeda, Apa Saja Manfaatnya?

2. Menjadwalkan sesuatu dengan benar
Cobalah untuk mengatur waktu Anda menjadi lebih efisien.
Caranya, Anda bisa menjadwalkan hal-hal yang benar-benar ingin Anda kerjakan.
Dengan menjadwalkan kegiatan, maka kemungkinan terjadinya akan semakin besar.
Maksudnya, usaha Anda untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan tersbeut semakin meningkat.
Penjadwalan untuk melakukan self-care dengan JOMO ini akan jauh lebih efektif daripada tidak memiliki jadwal harian.
Sehingga Anda bisa mengurangi apa yang harus dilakukan dan mana yang tidak perlu dikerjakan.
3. Mengizinkan diri sendiri dalam setiap pengerjaan
Dalam membentuk self-care, Anda bisa berhenti berlangganan akun media sosial yang memicu adanya FOMO.
Bagi sebagian orang, mengikuti seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam hidupnya di media sosial bisa bekerje dengan baik.
Namun juga ada orang lain yang tidak memiliki kesamaan dalam hal tersebut.
Anda bisa menghabiskan waktu di akhir pekan dengan pekerjaan yang Anda sukai.
Misalnya saja liburan bersama keluarga atau berolahraga bahkan tidur saja sebagai salah satu bentuk self-care.
4. Luangkan waktu tanpa teknologi
Cobalah untuk mematikan notifikasi media sosial yang sering Anda gunakan.
Terutama bagi hal-hal yang memicu adanya FOMO.
Atasi rasa takut bahwa Anda mungkin melewatkan pesan penting.
Daripada membiarkan email Anda terbuka sepanjang hari, jadwalkan waktu untuk check-in dan merespons sepanjang hari.
Saat bepergian, hindari lubang wifi di penerbangan jika Anda bisa.
Sebaliknya, gunakan waktu untuk bertukar pikiran atau membaca atau mengerjakan proyek yang tidak memerlukan akses internet.
(TribunPalu.com/Hakim)