Ada Saksi di Rumah Irjen Ferdy Sambo, Psikolog: Tak Masuk Akal Brigadir J Berani Lakukan Pelecehan
Psikolog meragukan soal Brigadir J berani melakukan pelecehan di rumah Irjen Ferdy Sambo. Sebab untuk melakukan kejahatan, terlalu banyak saksi disana
Brigadir Yosua selalu aktif memberi komentar setiap foto yang dia lihat dipost oleh adiknya.
Brigadir Yosua seyogyanya ingin ikut pulang ke kampung halaman namun ia bertugas.
Saat itu, Brigadir Yosua sedang mendampingi keluarga perwira tinggi Polri tersebut ke Magelang.
Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu ia akan kembali ke Jakarta.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu dikomentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel.
Mereka memperkirakan perjalanan Magelang menunu ke Jakarta sekira 7 jam.
Kemudian, mereka menghubungi Brigadir Yosua untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta.
Namun saat itu Brigadir Yosua tidak bisa dihubungi.
4. Keluarga Dilarang Lihat Jenazah
Kejanggalan lainnya masih berlanjut.
Menurut Samuel, saat jenazah Brigadir Yosua tiba pihak keluarga sempat tidak diizinkan untuk melihat atau membuka pakaian korban.
Kemudian, polisi juga melarang pihak keluarga untuk mendokumentasikan kondisi korban saat pertama kali tiba di rumah duka.
"Awalnya kita dilarang, tapi mamak-nya maksa mau lihat dan pas dilihat saya langsung teriak lihat kondisi anak saya badannya lebam, mata kayak ditusuk dan ada luka tembak," kata Samuel.
Samuel merasa terpukul dengan kondisi anaknya tersebut.
Ia bilang, jika memang ditemukan kesalahan terhadap anaknya, tidak seharusnya diperlakukan dengan hal tersebut.
"Misalnyapun anak saya salah, ya jangan disiksa begitu," pungkasnya.
5. Barang Bukti dan HP
Samuel juga mempertanyakan sejumlah barang bukti di lokasi kejadian dan barang-barang milik pribadi korban tidak kunjung diberikan ke pada pihak keluarga.
"HP anak saya ada 3, sampai sekarang tidak dikembalikan dan mereka bilang tidak menemukan HP," kata Samuel, Selasa (12/7/2022).
Tidak hanya itu, bahkan mereka juga mempertanyakan barang lainya, termasuk pakaian korban yang tidak kunjung diserahkan.
Kemudian, Samuel juga menjelaskan, sejak Senin 11 Juli 2022 malam hingga usai prosesi pemakaman sejumlah HP keluarga inti diduga diretas.
Handphone ibu dan kakak kandung sulung korban tidak dapat digunakan untuk mengakses media sosial, dan WhatsApp.
"Ya terakhir tadi malam masih bisa dipakai, pas pagi sudah tidak bisa lagi," katanya.
6. Nomor keluarga diblokir
Saat itu Brigadir J tidak bisa dihubungi.
Semua kontak di keluarganya telah diblokir.
"Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya di blokir," katanya.
Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir Yosua telah meninggal dunia.
7. Tahu korban meninggal bukan dari polisi
Keluarga Brigadir J mengaku kabar duka kematian tidak mereka terima langsung dari kepolisian, melainkan dari adik kandung korban yang juga bertugas di Mabes Polri.
8. Tak dimintai persetujuan autopsi
Tidak hanya itu, Samuel mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya.
Ia mendapati Brigadir Yosua sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh, dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi.
"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya.
9. Tak dimakamkan dengan upacara kepolisian
Samuel menyayangkan permintaan terakhir istrinya agar sang anak dimakamkan menggunakan upacara kepolisian tak diberikan Polri.
"Padahal sebelumnya ditanya apa permintaan terakhir keluarga dan itu jawaban mamaknya (upacara kepolisian)," kata dia.
Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat, dimakamkan di pemakaman umum kristiani, di Desa Sukamakmur, Rt 8, Simpang Unit 1, Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Senin (11/7/2022).
Dia menyebut tak ada bantuan dari polisi di pemakaman Brigadir J.
(*/ TribunPalu.com / Kompas.com )