Sulteng Hari Ini

Hari Ini, Dinas Kesehatan Sulteng Distribusikan 4.000 Obat Demam Keong ke Poso dan Sigi

Penanganan Demam Keong membutuhkan kolaborasi berbaga pihak, termasuk Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup.

Editor: mahyuddin
TRIBUNPALU.COM/NUR SALEHA
Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah I Komang Adi Sujendra - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Kesehatan menerima 4.000 tablet obat Schistosomiasis atau Demam Keong dari Kementerian Kesehatan. 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Kesehatan menerima 4.000 tablet obat Schistosomiasis atau Demam Keong dari Kementerian Kesehatan.

Obat itu untuk pengobatan penderita Demam Keong di Kabupaten Poso dan Sigi.

Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi Sudjendra mengatakan, peningkatan kasus Demam Keong signifikan di Kabupaten Poso dan Sigi setahun terakhir

Terdapat peningkatan kasus dari 0,22 persen menjadi 1,4 persen.

"Kemenkes akan menambah obat di pertengan 2023 dengan jumlah lebih banyak. Obat-obatan ini kami distribusikan hari ini," kata I Komang Adi Sudjendra via WhatsApp, Minggu (5/2/2023).

Dokter spesialis penyakit dalam itu menyebutkan, penanganan Demam Keong membutuhkan kolaborasi berbaga pihak, termasuk Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup.

Baca juga: Kasus Demam Keong di Kabupaten Poso Meningkat 1,58 Persen

Apa itu Demam Keong?

Demam Keong adalah penyakit yang disebabkan cacing parasit yang hidup di air tawar, dan biasanya terjadi di daerah dengan iklim subtropis dan tropis.

Penyakit ini sering ditemukan di Afrika, Mesir, Amerika Selatan.Filipina, Laos, Indonesia Timur, Irak, Iran, Arab Saudi, Yaman dan Cina Selatan.

Di Indonesia, penyakit in hanya ada di Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Napu dan Bada.

Infeksi di daerah endemis ini sering terjadi anak usia sekolah, petani dan penangkap ikan.

Pada anak yang terinfeksi penyakit ini dapat mengakibatkan kelainan pertumbuhan dan kelemahan kognitif.

Schistosomiasis disebut sebagai Demam Keong karena bentuk infektif cacing ini dikenal dengan serkaria yang muncul dari siput.

Ketika kulit manusia masuk ke dalam air, mereka dapat terinfeksi larva parasit ini.

Kemudian, larva berkembang menjadi cacing dewasa yang hidup dalam darah manusia.

Baca juga: FAKTA Penyakit Kaki Gajah, Sebabkan Cacat Permanen Meski Parasit Sudah Hilang

Schistosomiasis dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, sistem saraf, dan otak.

Kerusakan organ tergantung dengan spesies parasit yang hidup dalam tubuh.

Tidak hanya menyerang manusia, beberapa jenis schistosomiasis dapat menginfeksi burung dan kerbau.

Gejala

Seseorang yang terinfeksi parasit Schistosoma dapat mengalami ruam atau merasakan gatal pada kulit.

Akan muncul gejala berbeda setelah 1 sampai 2 bulan terinfeksi, seperti demam, menggigil, batuk, dan nyeri otot.

Gejala penyakit ini dikarenakan adanya reaksi tubuh terhadap larva dari cacing, bukan karena cacing itu sendiri.

Ketika parasit telah tumbuh menjadi cacing dewasa dan berkembang biak, larva yang dihasilkan dapat berpindah ke usus, hati, atau kandung kemih yang dapat menyebabkan peradangan.

Jika infeksi terjadi selama bertahun-tahun, parasit dapat menyebabkan kerusakan pada hati, usus, paru-paru, dan kandung kemih.

Meski jarang terjadi, larva yang hidup di otak atau sumsum tulang belakang dapat menyebabkan kejang, kelumpuhan, atau peradangan pada sumsum tulang belakang.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved