Harga Bitcoin Melonjak 2,6 Persen, Ethereum dan Altcoin Ikut Mengalami Kenaikan
Altcoin utama seperti Ethereum juga mengalami kenaikan signifikan, sebesar 7,2%, diikuti oleh XRP (4,7%) dan Solana (5,2%) dalam periode yang sama.
TRIBUNPALU.COM - Harga Bitcoin kembali menunjukkan penguatan setelah sebelumnya mengalami fluktuasi. Pada 12 Desember 2024, harga Bitcoin diperdagangkan sekitar US$ 100.000, mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen dalam 24 jam terakhir.
Altcoin utama seperti Ethereum juga mengalami kenaikan signifikan, sebesar 7,2 persen, diikuti oleh XRP (4,7 persen) dan Solana (5,2 % ) dalam periode yang sama.
Kenaikan harga Bitcoin ini seiring dengan meningkatnya Fear and Greed Index pasar kripto yang mencapai 76 dari 100, mencerminkan dominasi sentimen optimisme atau "greed."
Jika tren ini berlanjut, Bitcoin berpotensi melampaui level psikologis US$ 104.000, memecahkan rekor tertinggi yang tercatat minggu lalu.
Baca juga: Tips Hemat Merayakan Tahun Baru 2025 Tanpa Menguras Dompet
Kenaikan harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh sentimen positif dari data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk November 2024 yang tercatat pada angka 315,493, naik 2,7 % dibandingkan bulan Oktober yang sebesar 2,6 % . Kenaikan ini mencerminkan peningkatan harga barang dan jasa konsumsi masyarakat.
Data CPI tersebut juga memicu spekulasi tentang kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve dalam pertemuan FOMC mendatang.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menganggap data CPI ini sebagai kabar baik bagi pasar kripto. "Data CPI yang sesuai dengan ekspektasi memberikan dorongan positif, terutama dengan harapan kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari Federal Reserve," ujar Oscar, dikutip pada Sabtu (14/12/2024).
Oscar juga menyatakan bahwa kenaikan harga Bitcoin mencerminkan semakin tingginya minat institusional terhadap aset kripto.
Ia menyebut bahwa investor institusional kini semakin menyadari pentingnya Bitcoin dalam portofolio mereka, yang menandakan pergeseran pandangan terhadap pasar keuangan tradisional.
Baca juga: Langkah Mudah Mengecek Data Kartu Keluarga Secara Online
Oscar menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai teknologi blockchain. "Saat lebih banyak orang memahami manfaat Bitcoin dan blockchain, adopsi akan meningkat dengan sendirinya," jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa potensi pemotongan suku bunga oleh The Fed dapat mendukung tren kenaikan aset berisiko seperti Bitcoin. Namun, ia mengingatkan untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar. "Fear and Greed Index yang tinggi menunjukkan optimisme, namun aksi jual dapat terjadi seiring dengan meningkatnya kepercayaan pasar," katanya.
Oscar lebih lanjut menyebutkan bahwa regulasi yang mendukung pertumbuhan aset digital sangat penting. Menurutnya, regulasi yang jelas dan proaktif akan menciptakan ekosistem yang sehat bagi perkembangan aset kripto, baik di Indonesia maupun secara global.
Dengan momentum positif saat ini dan kebijakan moneter global yang mendukung, Bitcoin memiliki peluang besar untuk mencetak rekor baru dalam waktu dekat. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Strategi DCA, Cara Aman Menabung Kripto untuk Investasi Jangka Panjang |
![]() |
---|
Perdagangan Derivatif Kripto Tembus Rp10,29 Kuadriliun, Bitcoin, PEPE dan Solana Jadi Favorit |
![]() |
---|
Robert Kiyosaki Ramalkan Kejatuhan Pasar Terbesar pada Februari 2025 |
![]() |
---|
Harga Bitcoin Tembus Rp 1,2 Miliar, Dampak Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS |
![]() |
---|
Dampak Pemilu AS 2024 terhadap Tren Dunia Kripto, Mengapa Ini Penting untuk Arah Pasar? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.