Parimo Hari Ini

Ketua Kadin Sulteng Sebut Durian Parimo Miliki Potensi Ekspor Rp20 Triliun per Tahun

Moh Nur Dg Rahmatu juga menyebut nilai potensi ekspor jika tiap pohon menghasilkan durian senilai Rp10 juta per musim.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Fadhila Amalia
Handover
Durian Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, memiliki potensi ekspor hingga Rp20 triliun per tahun. Pernyataan itu disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tengah, Moh Nur Dg Rahmatu, Rabu (4/6/2025). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIMO – Durian Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, memiliki potensi ekspor hingga Rp20 triliun per tahun.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tengah, Moh Nur Dg Rahmatu, Rabu (4/6/2025).

Baca juga: Harga Terbaru HP Vivo Juni 2025: iQoo Neo 10, Vivo X200 Ultra, Vivo V50, Vivo Y39, Vivo Y100 5G

Ia menjelaskan peluang besar dari komoditas durian unggulan tersebut dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Dari Ladang ke Dunia”, yang digelar di Auditorium Kantor Bupati Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Dia mengungkapkan produksi Durian di Parigi Moutong saat ini mencapai sekitar 305 ton per tahun.

“Lahan yang digunakan seluas 3.833 hektare dengan 218.000 pohon produktif,” sebutnya.

Moh Nur Dg Rahmatu juga menyebut nilai potensi ekspor jika tiap pohon menghasilkan durian senilai Rp10 juta per musim.

“Dengan potensi itu, nilai ekspor durian Parigi bisa mencapai Rp20 triliun per tahun,” ungkap Nur.

Baca juga: Pemkab Sigi dan Yayasan Sikola Mombine Kolaborasi Buka Workshop Finalisasi RKT 2025

Saat ini, pasar Tiongkok membutuhkan 1,5 juta ton durian per tahun, sementara Indonesia baru bisa memasok sekitar 800 ton durian.

“Ini menunjukkan peluang pasar yang sangat besar bagi kita,” ujarnya.

Menurut data Dinas Pertanian Parigi Moutong, produksi durian terus meningkat rata-rata 8 persen setiap tahun sejak 2020.

Hal ini didukung pembangunan 16 fasilitas packing house dan jaringan distribusi yang makin efisien.

Untuk itu, Nur menekankan pentingnya kerja sama antara petani, asosiasi, pemerintah daerah, dan Kadin.

Baca juga: Soroti Diskon Tarif Listrik yang Batal, Anggota DPR Minta Pemerintah Tak Mudah Beri Janji ke Rakyat

Kolaborasi ini harus dijaga agar potensi besar durian Parigi dapat dikelola secara profesional dan berkelanjutan.

“Kita harus bekerja bersama untuk mewujudkan durian Parigi sebagai primadona ekspor Indonesia ke depan,” tutup Nur.

Selain itu, terang Nur, durian sudah menjadi identitas lokal masyarakat Parigi sejak tahun 1960-an.

Buah yang biasa disebut masyarakat Kaili sebagai Tomadue atau durian gajah ini sangat dikenal dengan ukuran besar dan rasa mirip durian montong.

“Durian bagi masyarakat Parigi bukan sekadar buah, melainkan bagian dari jati diri kita,” kata Nur.

Durian gajah tumbuh di beberapa wilayah, termasuk Desa Pergimpuu, Petapa, Sigenti, dan kawasan atas Kecamatan Ampibabo.

Kawasan ini menjadi sentra produksi durian yang membanggakan para petani setempat.

Baca juga: Wagub Reny Lamadjido Dorong Akselerasi Serapan APBD di Pra-Rapim TEPRA

Durian Parigi makin dikenal luas hingga ke pasar internasional seperti Tiongkok dan Vietnam.

Nur juga berbagi pengalaman mencicipi durian Parigi di Singapura.

Ia menjelaskan durian tersebut memang berasal dari Parigi Moutong.

“Ini bukti durian kita sudah mulai menembus pasar global,” pungkasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved