Parimo Hari Ini
Cegah Stunting, Tim Teknis Penanggulangan Stunting Parimo: Jangan Racuni Anak dengan Makanan Instan
Ia bahkan menyebut, ada kasus anak yang hampir tidak tertolong karena diberi kopi gula aren meski usianya masih di bawah dua tahun.
Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Fadhila Amalia
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz
TRIBUNPALU.COM, PARIMO – Tim Teknis Penanggulangan Stunting Kabupaten Parigi Moutong, Irdan, mengingatkan orang tua agar lebih cermat dalam memberikan makanan kepada anak.
Peringatan itu ia sampaikan saat sosialisasi stunting di Pantai Arjuna, Desa Tolai Barat, Kecamatan Torue, Senin (30/6/2025).
Baca juga: HUT Bhayangkara, Polda Sulteng Beri Pelayanan Sunatan hingga BBT Gratis Bagi Warga Donggala
Menurutnya, banyak anak terjerumus ke stunting akibat pola makan yang salah sejak usia dini.
“Kalau anak terus dikasih makanan ringan, snack, dan minuman warna-warni, itu bukan cuma mencelakakan, tapi meracuni anak,” tegas Irdan.
Ia bahkan menyebut, ada kasus anak yang hampir tidak tertolong karena diberi kopi gula aren meski usianya masih di bawah dua tahun.
“Itu sama saja pelan-pelan membunuh anak. Minuman seperti itu tidak pantas untuk usia balita,” ujarnya.
Irdan menjelaskan, Stunting bukan penyakit, melainkan kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama dan menghambat pertumbuhan anak.
“Kalau ibu rutin memberi makan yang cukup dan bergizi, anak tidak akan jatuh ke stunting,” katanya.
Ia menekankan pentingnya memberikan makan anak maksimal pukul 08.00 pagi dengan asupan yang mengandung gizi seimbang.
Baca juga: Charles Amin dan Suryawati Hosari Resmi Jabat Presiden Lions Club Palu
“Bukan sekadar kenyang, tapi gizinya harus diperhatikan. Protein, karbohidrat, sayur, dan buah,” jelasnya.
Menurutnya, makanan terbaik untuk anak di bawah usia dua tahun tetap ASI, khususnya pada usia 0–6 bulan.
“Mau sekaya apapun orang tua, susu formula tidak akan mengalahkan ASI. Itu makanan terbaik dan mengandung antibodi,” kata Irdan.
Ia menambahkan, menyusui juga membentuk ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang tidak bisa tergantikan oleh botol susu.
Sosialisasi tersebut juga menjelaskan cara membaca grafik Kartu Menuju Sehat (KMS) agar ibu bisa memantau pertumbuhan anak.
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Anak Amien Rais, Hanafi Rais, Pelaku Kabur hingga Jokowi Diduga Jadi Dalang
“Kalau grafik terus turun sampai garis merah, ibu-ibu harus waspada. Itu tanda anak mengarah ke stunting,” ucap Irdan.
Ia kembali menekankan, semua anak stunting pasti pendek, tapi tidak semua anak pendek bisa dikategorikan stunting.
“BJ Habibie misalnya, tubuhnya kecil. Tapi kalau beliau stunting, tidak mungkin jadi profesor dan wapres,” kata Irdan memberi contoh.
Parigi Moutong, lanjutnya, merupakan salah satu kabupaten yang konsisten menurunkan angka stunting sejak 2019.
Baca juga: Migas Mengalir di Selat Makassar, Donggala Tetap Kering
“Saat itu angkanya di atas 30 persen. Sekarang sudah turun ke 22 persen, dan terakhir kita berhasil menurunkan 6,2 persen,” ujarnya.
"Saya harap para ibu mulai lebih bijak dalam memilih makanan, karena stunting bukan karena miskin, tapi karena pola asuh," pungkasnya.(*)
Parigi Moutong
Sulawesi Tengah
Irdan
Tim Teknis Penanggulangan Stunting
Desa Tolai Barat
Stunting
Kartu Menuju Sehat (KMS)
Bertahun-tahun Pinjam Jamban Tetangga, Warga Desa Gangga Parigi Moutong Kini Punya MCK |
![]() |
---|
Dikukuhkan Jadi Ayah GenRe, Bupati Parigi Mourong Siap Dampingi Remaja dalam Lima Hak Dasar |
![]() |
---|
Pansus DPRD Parimo Keluarkan 10 Rekomendasi, Dorong Evaluasi Proyek hingga Tertib Aset Daerah |
![]() |
---|
Puslitbang Polri Evaluasi Kendaraan Dinas di Polres Parigi Moutong |
![]() |
---|
PLN ULP Parigi Umumkan Pemadaman Listrik Hari Ini Selasa 15 Juli 2025, Cek Lokasi Terdampak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.