Manfaat Daun Kelor Bantu Pemulihan Penderita TBC

TRIBUNPALU.COM - Daun Kelor (Moringa oleifera), tanaman herbal yang dikenal luas di Indonesia, kini semakin mendapat perhatian karena potensi manfaatnya dalam membantu pemulihan penderita tuberkulosis ( TBC ). 

Daun kelor (Moringa oleifera) tersebar luas di Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa Daun Kelor mengandung berbagai zat gizi dan senyawa aktif yang dapat mendukung sistem imun dan mempercepat proses penyembuhan penderita TBC.

TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan menyerang paru-paru serta organ tubuh lainnya.

Meskipun pengobatan utama tetap menggunakan antibiotik yang diresepkan dokter, konsumsi makanan bergizi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan.

Daun Kelor mengandung protein, vitamin A, C, dan E, serta mineral penting seperti zat besi dan kalsium. 

Baca juga: Manfaat Daun Kelor Bantu Ringankan Gejala Lupus

Kandungan antioksidan dan antiradang dalam Daun Kelor berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh, yang sangat dibutuhkan oleh penderita TBC.

Selain itu, beberapa studi laboratorium mengindikasikan bahwa ekstrak Daun Kelor memiliki sifat antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri.

Meskipun belum terbukti secara klinis terhadap Mycobacterium tuberculosis, temuan ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut.

Perlu digaris bawahi, Daun Kelor bukanlah pengganti obat TBC. “Penggunaan Daun Kelor hanya bersifat suportif.

Pasien tetap harus mengikuti pengobatan medis secara penuh untuk memastikan bakteri penyebab TBC benar-benar hilang dari tubuh.

Baca juga: GOR Buol Jadi Proyek Strategis Pemkab, Rencana Luas Lahan 2 Hektar

Daun Kelor menjadi salah satu sayuran yang direkomendasikan untuk meningkatkan asupan nutrisi penderita.

Dengan potensi manfaat yang dimilikinya, Daun Kelor dapat menjadi alternatif alami yang mendukung upaya pengobatan TBC, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi.

Namun, masyarakat diimbau untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum menjadikan Daun Kelor sebagai bagian dari terapi pendamping. (*)