OPINI

OPINI: Nilai-Nilai Ulil Albab sebagai Paradigma Baru Administrasi Publik Islami

Salah satu konsep penting dalam Al-Qur‟an yang merepresentasikan idealisme kepemimpinan dan tata kelola publik adalah ulil albab.

|
Editor: Fadhila Amalia
Handover
Administrasi publik Islami menuntut fondasi nilai yang tidak hanya rasional dan teknokratis, tetapi juga spiritual dan etis. Salah satu konsep penting dalam Al-Qur'an yang merepresentasikan idealisme kepemimpinan dan tata kelola publik adalah ulil albab. 

Oleh : Dr Sjakir Lobud, S Ag M Pd

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Datokarama Palu

TRIBUNPALU.COM - Administrasi publik Islami menuntut fondasi nilai yang tidak hanya rasional dan teknokratis, tetapi juga spiritual dan etis.

Salah satu konsep penting dalam Al-Qur'an yang merepresentasikan idealisme kepemimpinan dan tata kelola publik adalah ulil albab.

Artikel ini mengkaji nilai-nilai ulil albab sebagai paradigma baru dalam membangun administrasi publik Islami yang berorientasi pada integritas, hikmah, dan kemaslahatan.

Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi kepustakaan, artikel ini menemukan bahwa nilai-nilai ulil albab meliputi berpikir mendalam, berilmu, spiritualitas tinggi, dan akhlak mulia, yang relevan untuk membentuk kepemimpinan publik yang adil, jujur, dan bertanggung jawab. 

Nilai-nilai ini dapat menjadi kerangka etik dan normatif dalam pembaruan birokrasi Islami.

Administrasi publik modern sering kali berfokus pada efisiensi, akuntabilitas, dan efektivitas, namun acapkali mengesampingkan dimensi etik dan spiritual.

Dalam konteks negara-negara mayoritas Muslim, administrasi publik yang ideal semestinya tidak hanya rasional, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai Islam.

Salah satu konsep Al-Qur‟an yang dapat dijadikan paradigma normatif dan etis adalah ulil albab, yaitu sekelompok manusia yang dikarakterisasi dengan kedalaman berpikir, kesalehan, dan kematangan moral.

Ulil albab disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur‟an sebagai sosok yang tidak hanya memiliki ilmu, tetapi juga kebijaksanaan dan kesadaran spiritual.

Dalam konteks administrasi publik, nilai-nilai ini sangat relevan untuk membangun tata kelola yang
berkeadilan, amanah, dan berorientasi pada kemaslahatan.

Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai ulil albab dan merekonstruksinya sebagai
paradigma baru dalam administrasi publik Islami.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka (library research). Sumber data diperoleh dari: 1. Al-Qur‟an dan tafsir (khususnya ayat-ayat tentang ulil albab), 2. Literatur administrasi publik Islami, 3.

Referensi akademik dan jurnal ilmiah yang relevan.

Data dianalisis dengan metode hermeneutika tematik, yaitu penafsiran tematik terhadap makna ayat-ayat tentang ulil albab serta integrasinya dengan prinsip-prinsip administrasi publik.

A. Konsep Ulil Albab dalam Al-Qur‟an

Istilah ulil albab muncul lebih dari 15 kali dalam Al-Qur‟an. Di antaranya dalam Surah Ali Imran [3]: 190-191, Az-Zumar [39]: 9, dan Al-Baqarah [2]: 269.

Ciri-ciri ulil albab menurut ayat-ayat tersebut meliputi:

1. Berpikir mendalam dan reflektif,

2. Mengaitkan ilmu dan iman,

3. Mengambil pelajaran dari fenomena alam dan social,

4. Menjunjung
tinggi hikmah (kebijaksanaan),

5. Berakhlak dan berorientasi pada kebaikan umum.

Menurut tafsir al Quran oleh Al-Qurthubi (w. 671 H), dalam Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an,
beliau menyebut: “Ulil Albab adalah orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami dalildalil syar‟i dan ciptaan Allah, lalu mengamalkannya.”

Demikian pula menurut Ibn Katsir (w. 774 H), dalam Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, dijelaskan bahwa Ulil Albab sebagai: “Orang-orang yang memiliki akal sempurna yang memahami nasihat dan peringatan Al-Qur‟an.”

B. Karakteristik Ulil Albab dalam Pandangan Ulama

Berdasarkan tafsir dan kajian ulama, Ulil Albab memiliki empat ciri yaitu sebagai berikut:

1. Menggunakan akal untuk merenungi ayat kauniyah dan qauliyah
Memikirkan ciptaan Allah (alam semesta) dan ayat-ayat Al-Qur‟an (QS. Ali Imran: 190-191).
2. Selalu mengingat Allah dalam segala keadaan Zikir hati, lisan, dan amal (QS. Ar-Ra‟d: 28).
3. Mengambil pelajaran dari sejarah dan kejadian hidup Tidak sekadar menghafal ilmu, tapi menginternalisasi hikmah (QS. Yusuf: 111).
4. Mengaitkan ilmu dengan amal saleh Ilmunya tidak berhenti pada konsep, tapi melahirkan ketakwaan (QS. Az-Zumar:9

C. Relevansi Nilai Ulil Albab dalam Administrasi Publik

Nilai-nilai ulil albab memiliki signifikansi penting dalam pembaruan administrasi publik Islami sebagai upaya untuk mereformasi sistem tata kelola pemerintahan agar selaras dengan nilai-nilai Islam, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip modernitas seperti efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. Tujuan utamanya adalah menciptakan sistem administrasi yang tidak hanya profesional dan efektif, tetapi juga bermoral dan berkeadilan, sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid, amanah, keadilan, dan maslahat.

D. Nilai Ulil Albab dalam Paradigma Baru Administrasi Publik Islami

Dapat dirumuskan dengan menghubungkan karakter Ulil Albab dengan prinsip-prinsip tata kelola publik dalam perspektif Islam yang meliputi :

1. Ulil Albab sebagai Fondasi Etik dan Spiritualitas

Nilai Ulil Albab: Menggabungkan akal sehat, hati yang bersih, zikir, dan tafakkur. 

Implikasi dalam administrasi publik: Menciptakan birokrat yang tidak sekadar profesional secara teknis, tetapi juga memiliki kesadaran moral dan ketakwaan dalam mengelola urusan publik. Contoh: Keputusan publik selalu mempertimbangkan kemaslahatan umat dan menjauhi praktik korupsi.

2. Ulil Albab sebagai Pendorong Inovasi dan Reformasi

Nilai Ulil Albab: Berpikir kritis, reflektif, dan mampu mengambil hikmah dari fenomena
sosial.

Implikasi dalam administrasi publik Islami: Melahirkan pejabat publik yang adaptif terhadap perubahan dan inovatif dalam melayani masyarakat. Selaras dengan paradigma New Public Service (NPS) yang berorientasi pada pelayanan dan partisipasi masyarakat, tetapi ditambah dengan nilai ketauhidan.

3. Ulil Albab sebagai Pilar Akuntabilitas dan Amanah
Nilai Ulil Albab: Ilmu yang diamalkan, pengambilan keputusan berbasis zikir dan
tafakkur.

Implikasi dalam administrasi publik: Memunculkan budaya transparansi, tanggung
jawab, dan anti-penyalahgunaan jabatan. 

Menjalankan konsep hisbah dalam Islam: mengawasi dan memperbaiki urusan publik
untuk mencegah kerusakan.

4. Integrasi Nilai Ulil Albab dalam Paradigma Baru Administrasi Publik Islami

Paradigma baru administrasi publik Islami → “Spiritual Governance” Memadukan efisiensi, pelayanan prima, partisipasi publik, dan akhlak mulia.

Kesimpulan Integratif: 1. Ulil Albab membentuk birokrat berilmu, berzikir, dan beramal
saleh yang mampu:

a.Mengambil keputusan berdasarkan hikmah dan maslahat,
b.Menjadikan pelayanan publik sebagai ibadah, c. Menjamin akuntabilitas dan transparansi berbasis iman.

Sebagai kesimpula adalah bahwa Nilai-nilai ulil albab dalam Al-Qur‟an menawarkan kerangka konseptual yang sangat kaya bagi pengembangan paradigma baru administrasi publik Islami.

Nilai Ulil Albab adalah roh dari paradigma baru administrasi publik Islami, karena ia memastikan tata kelola publik tidak hanya profesional secara manajerial tetapi juga berkarakter spiritual, etis, dan berorientasi pada
kemaslahatan umat.

Integrasi antara ilmu, iman, dan akhlak sebagaimana tercermin dalam karakter ulil albab menjadi dasar penting untuk membentuk birokrasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga amanah dan berorientasi pada kemaslahatan.

Paradigma ini menuntut pembinaan ASN dan pemimpin publik yang tidak hanya kompeten secara
teknis, tetapi juga berakhlak dan berwawasan Qur‟ani.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved