OPINI
Kesaktian Pancasila: Menyatukan Bangsa Lawan Darurat Hipertensi dan Diabetes
Data Riskesdas tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 33,4 % penduduk dewasa menderita hipertensi, sementara 10,6 % hidup dengan diabetes.
Faktanya, kesenjangan layanan masih terasa: warga perkotaan lebih mudah mendapat edukasi dan obat hipertensi, sementara di banyak desa alat tensi darah pun langka.
Di sinilah semangat “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” (Sila Kelima) harus diterjemahkan menjadi kebijakan nyata: obat murah, edukasi gizi sampai ke pelosok, sertaposyandu yang hidup kembali.
Gotong-Royong Lawan Faktor Risiko
Penyakit kronis ini tidak lahir dari ruang hampa. Pola makan tinggi gula, garam, lemak dan kurang aktivitas fisik, merokok, dan stres menjadi bahan bakar utamanya.
Selama pandemi COVID-19 kita belajar bahwa gotong-royong merupakan nilai luhur Pancasila yang mampu menurunkan angka penularan lewat gerakan masker dan vaksinasi massal.
Semangat serupa perlu dihidupkan kembali untuk “Gerakan Kurangi Garam, Bergerak 30 Menit Sehari, dan Kontrol Tekanan Darah”.
Aksi kolektif sederhana seperti memasang alat tensi darah di balai RW, menggelar Senam Pagi Pancasila di halaman masjid, hingga lomba masak rendah garam di hari kemerdekaan bisa menjadi wujud nyata kesaktian gotong-royong melawan penyakit tak menular.
Melawan Hoaks dan Ketidaksetaraan Informasi
Musuh lain yang diam - diam merongrong kesehatan adalah hoaks medis: mulai dari klaim “obat herbal bisa menyembuhkan semua penyakit” hingga narasi konspirasi tentang obat antihipertensi.
Survei Kemenkominfo pada tahun 2024 mencatat sebesar 37 % warga Indonesia masih percaya informasi kesehatan dari pesan berantai WhatsApp. Ini menandakan perang melawan disinformasi belum selesai.
Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan kita akan pentingnya kejujuran dan kebenaran; Sila Keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan menuntut keputusan berbasis ilmu pengetahuan.
Maka kesaktian kita hari ini juga berarti berani memutus rantai hoaks, mengedepankan edukasi berbasis bukti ilmiah, dan mengajak tenaga kesehatan berperan sebagai komunikator publik di media sosial.
Peran Generasi Muda dan Komunitas Lokal
Bonus demografi 2030-an hanya akan menjadi berkah jika generasi mudanya sehat.
Riset BKKBN 2025 menunjukkan 35,5 % remaja putri mengalami anemia benih masalah hipertensi dan diabetes di masa depan.
| Bahasa Inggris: Tiket Masuk Dunia Global bagi Generasi Muda Indonesia |
|
|---|
| Bus Trans Palu: Ketika Roda Tak Berputar, Uang Rakyat Jangan Terus Dialirkan |
|
|---|
| Transformasi Sosial dalam Festival Sastra |
|
|---|
| Mereka Ingin Hidup Sehat Lebih Lama: Trend Longevity sebagai Tantangan dan Harapan |
|
|---|
| Strategi Penguatan Pembinaan dan Pengawasan Tertib Penggunaan Frekuensi Radio Nelayan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.