BPJS Kesehatan

Kisah Roy, Mahasiswa di Palu yang Berobat Gigi Tanpa Biaya Berkat JKN

Mahasiswa di Palu bernama Roy (25) merasakan langsung manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Editor: Lisna Ali
handover
PROGRAM JKN - Mahasiswa di Palu bernama Roy (25) merasakan langsung manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. 

TRIBUNPALU.COM - Mahasiswa di Palu bernama Roy (25) merasakan langsung manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Sebagai peserta segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas 3, Roy mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang cepat dan mudah untuk mengobati sakit giginya yang parah.

Roy menceritakan bagaimana kemudahan akses pelayanan kesehatan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan membantunya dalam menjalani proses perawatan mulai dari klinik hingga ke rumah sakit rujukan.

Awalnya, Roy mendatangi Klinik Mitra Abadi karena sakit giginya yang tak tertahankan.

“Saya ke klinik karena sudah tidak tahan. Awalnya saya kira cukup ditambal atau diberi obat, ternyata setelah diperiksa, gigi saya memang sudah rusak parah dan harus dicabut. Kata dokter, posisi giginya agak sulit dicabut di klinik karena rahang saya kecil,” cerita Roy saat ditemui pada Rabu (11/6/2025).

Setelah diperiksa, dokter menyarankan agar giginya dicabut di rumah sakit karena posisinya yang sulit dan membutuhkan peralatan lebih lengkap. 

Klinik kemudian membantu Roy untuk mendapatkan surat rujukan ke Rumah Sakit Sis Al Jufri, Palu.

Baca juga: Pemkab Morowali Utara Serahkan Sertifikat Tanah dan Luncurkan Program Jaminan Sosial

Roy merasa lega karena proses rujukan yang ia bayangkan akan rumit ternyata berjalan dengan cepat dan mudah.

“Petugas klinik langsung membantu saya mengurus rujukan. Saya kira harus tunggu lama, tapi ternyata saya bisa langsung lanjut ke rumah sakit sesuai jadwal yang saya terima. Saya merasa sangat terbantu,” lanjut Roy.

Setibanya di Rumah Sakit Sis Al Jufri, Roy diarahkan untuk mendaftar ke poli bedah mulut.

Di sana, dokter spesialis kembali memeriksa kondisi giginya. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati karena gigi Roy sudah dalam kondisi rapuh dan letaknya cukup sulit dijangkau.

“Ternyata gigi saya sudah hampir habis, sisa akar saja. Rahang saya kecil, jadi dokter bilang harus lebih pelan agar tidak melukai gusi atau bagian rahang saya. Prosesnya lebih lama dari pencabutan biasa, tapi saya tetap tenang karena petugas dan dokter di rumah sakit sangat ramah dan sabar,” ujar Roy.

Setelah menjalani proses pencabutan, Roy tidak langsung pulih. Ia diberikan resep obat untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi.

Selama beberapa hari setelah pencabutan, Roy mengaku masih merasa nyeri dan harus mengatur pola makan dengan makanan lunak.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved