Palu Hari Ini

Fasilitas Hiperbarik Pertama di Sulteng Hadir di RS Bhayangkara Palu

Terapi ini dinilai mampu mempercepat pemulihan pasien, termasuk penderita diabetes dan stroke.

Penulis: Zulfadli | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Rumah Sakit Bhayangkara Palu kini menghadirkan fasilitas terapi hiperbarik yang dapat dimanfaatkan masyarakat dengan berbagai kondisi medis. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Zulfadli

TRIBUNPALU.COM, PALU - Rumah Sakit Bhayangkara Palu kini menghadirkan fasilitas terapi hiperbarik yang dapat dimanfaatkan masyarakat dengan berbagai kondisi medis.

Terapi ini dinilai mampu mempercepat pemulihan pasien, termasuk penderita diabetes dan stroke.

Karumkit RS Bhayangkara Palu, AKBP dr. Judy Dermawan, menjelaskan bahwa terapi hiperbarik awalnya digunakan oleh TNI Angkatan Laut sejak 1954 untuk menjaga kesehatan kru kapal selam. 

Namun, seiring perkembangan, manfaatnya terbukti luas bagi masyarakat umum.

“Penderita diabetes mellitus yang mengalami luka tidak kunjung sembuh bahkan terancam amputasi bisa terbantu dengan terapi ini, karena jaringan tubuh bisa kembali sehat dan tumbuh,” jelas Judy.

Baca juga: Durian Sulteng Terancam Penyakit Bangkalan, Kadis TPH: Petani Sudah Beralih ke Cokelat

Ia menambahkan, pasien stroke juga sangat terbantu dengan terapi hiperbarik. Jika pemulihan hanya mengandalkan obat, biasanya membutuhkan waktu 2–3 bulan.

“Dengan tambahan terapi hiperbarik, sekitar tiga minggu pasien sudah menunjukkan perbaikan lebih cepat,” katanya.

Secara medis, kata dr. Judy, terapi ini bekerja dengan memanfaatkan oksigen murni bertekanan tinggi yang masuk langsung ke sel tubuh, tidak hanya melalui hemoglobin. 

Hal ini dibuktikan melalui berbagai percobaan, termasuk penggunaan hewan uji dalam chamber hiperbarik.

“Artinya, oksigen tetap bisa masuk ke dalam sel tubuh secara difusi tanpa bergantung pada hemoglobin,” ujarnya.

Fasilitas hiperbarik RS Bhayangkara Palu mampu menampung hingga 11 pasien dalam sekali terapi. 

Saat ini, rumah sakit tersebut menjadi satu-satunya di Sulawesi Tengah yang memiliki layanan tersebut.

Baca juga: LPPM Untad Klarifikasi Penarikan Mahasiswa KKN di Luar Daerah: Belum Ada Persetujuan dari Desa

Menurut Judy, terapi hiperbarik juga relevan untuk penanganan pasien COVID-19. Ia menjelaskan, masalah utama COVID-19 adalah penurunan kadar oksigen dalam darah.

Dengan hiperbarik, pasien bisa menghirup oksigen murni 100 persen sehingga kadar oksigen dalam tubuh cepat stabil.

Meski manfaatnya luas, terapi ini belum ditanggung BPJS Kesehatan.

“BPJS masih belum menanggung terapi hiperbarik, terutama karena dianggap lebih banyak terkait penyelaman atau kecantikan. Padahal manfaatnya sangat luas, termasuk medis,” jelas Judy.

Untuk biaya, satu sesi terapi berkisar Rp500 ribu per orang. 

Namun tersedia pula paket 10 kali dengan harga Rp5 juta ditambah bonus hingga 12 kali terapi.

Selain mempercepat penyembuhan, terapi ini juga diyakini bermanfaat bagi kesehatan kulit dan vitalitas pria.

“Dengan terapi ini, kualitas hidup bisa lebih baik,” pungkas Judy. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved