Parigi Moutong Hari Ini

Warga Demo di Bulog Ongka Parimo, Protes Beras Bantuan Tak Layak Konsumsi

Orator aksi, Nasar T Pakaya, menyebut beras bantuan yang disalurkan busuk, hambar, dan tidak pantas dimakan manusia.

|
Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Sejumlah warga mendatangi Gudang Bulog Ongka, Kecamatan Malino, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Selasa (19/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIMO -  Sejumlah warga mendatangi Gudang Bulog Ongka, Kecamatan Malino, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Selasa (19/8/2025).

Mereka memprotes beras bantuan yang dinilai tidak layak dikonsumsi.

Orator aksi, Nasar T Pakaya, menyebut beras bantuan yang disalurkan busuk, hambar, dan tidak pantas dimakan manusia.

“Pemerintah memberikan beras yang sangat tidak layak. Bagaimana mungkin pejabat makan enak, sementara rakyat hanya dapat beras jelek,” ujar Nasar di depan massa.

Menurutnya, warga sebelumnya sudah menyurati bupati, gubernur, DPR, hingga Kepala Bulog untuk hadir dan melihat langsung kualitas beras bantuan.

“Kami undang mereka masak dan makan bersama dengan lauk yang sama. Tapi sampai hari ini tidak ada yang hadir,” tegasnya.

Baca juga: Warga Demo di Bulog Ongka Parimo, Protes Beras Bantuan Tak Layak Konsumsi

Nasar menambahkan, jika perwakilan tidak datang, warga mengancam menyegel kantor Bulog Ongka sebagai bentuk protes.

“Untuk apa ada Bulog kalau hanya menyalurkan beras busuk. Ini bukan soal bersyukur atau tidak, tapi soal prinsip keadilan,” ujarnya.

Dalam aksinya, warga juga menunjukkan langsung beras bantuan yang mereka terima.

Pihak Bulog di lokasi menjelaskan bahwa beras yang dibagikan merupakan jenis medium, bukan premium, sesuai aturan pemerintah.

“Kalau ada beras yang ditemukan tidak layak, silakan koordinasi dengan aparat desa lalu dikonfirmasi ke Bulog,” kata salah satu perwakilan Bulog.

Namun warga menolak alasan itu. Mereka menilai kualitas beras tidak layak dikonsumsi.

“Orang makan bisa sakit perut. Itu beras hanya layak untuk ayam,” teriak warga lainnya.

Perwakilan Bulog juga menjelaskan, beras bantuan tersebut merupakan beras impor dari Myanmar, bukan stok lama.

“Kami hanya bertugas menyimpan, memelihara, dan menyalurkan. Mekanisme penyaluran ada di pemerintah,” jelasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Kejari Palu Dalami Kasus Dugaan Korupsi Dilingkup Pemerintah Kota Palu

Sementara Nasar menegaskan, protes terkait kualitas beras bantuan sebenarnya sudah disampaikan sejak tahun lalu.

“Seharusnya Bulog mensortir dulu sebelum disalurkan ke masyarakat,” pungkasnya.

Perbandingan Kualitas Beras Impor Myanmar dan SPHP

Beras impor dari Myanmar memiliki kualitas yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beras SPHP.

Salah satu jenis beras unggulan Myanmar adalah Paw San Hmwe, yang terkenal karena aromanya yang harum, teksturnya yang pulen, serta kemampuannya untuk memanjang hingga tiga kali lipat saat dimasak.

Beras ini sering dibandingkan dengan beras premium dari negara lain seperti Jasmine dari Thailand atau Basmati dari India, dan bahkan pernah mendapat penghargaan sebagai salah satu beras terbaik dunia.

Selain itu, kadar broken-nya (beras patah) rendah, sekitar 5 persen, yang merupakan standar kualitas tinggi dalam perdagangan beras.

Sementara itu, beras SPHP adalah program pemerintah Indonesia yang bertujuan menstabilkan pasokan dan harga beras di pasaran.

SPHP diklaim memiliki kualitas setara dengan beras premium, namun dijual dengan harga lebih murah, sehingga bisa dijangkau masyarakat luas.

Di lapangan, banyak konsumen dan pedagang menilai bahwa beras SPHP sebenarnya lebih mendekati kualitas medium daripada premium. Meskipun demikian, masyarakat umumnya tetap puas karena rasanya cukup enak dan harganya terjangkau. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved