Sulteng Hari Ini

503 Kelompok Tani Hutan Sulteng Dongkrak Nilai Transaksi Ekonomi hingga Rp20 Miliar

Posisi ini bersaing dengan provinsi besar seperti Jawa Timur, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

|
Penulis: Zulfadli | Editor: Fadhila Amalia
Zulfadli/TribunPalu.com
CAPAIAN EKONOMI - Sebanyak 503 Kelompok Tani Hutan (KTH) di Provinsi Sulawesi Tengah berhasil mencatatkan capaian ekonomi signifikan dengan total Nilai Transaksi Ekonomi (NTE) mencapai Rp20.077.859.114 per 2 Oktober 2025. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Zulfadli

TRIBUNPALU.COM, PALU – Sebanyak 503 Kelompok Tani Hutan (KTH) di Provinsi Sulawesi Tengah berhasil mencatatkan capaian ekonomi signifikan dengan total Nilai Transaksi Ekonomi (NTE) mencapai Rp20.077.859.114 per 2 Oktober 2025.

Data tersebut disampaikan dalam Talkshow Penyuluh Kehutanan bertajuk “Nilai Transaksi Ekonomi KTH: Dari Hutan untuk Kehidupan” yang digelar Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Kehutanan bersama Komisi IV DPR RI di Hotel Aston Palu, Senin (6/10/2025).

Baca juga: Kapolres Morowali Imbau Masyarakat Segera Lapor Jika Kehilangan Kendaraan

Capaian tersebut tidak hanya melampaui target NTE Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp18,5 miliar, tetapi juga menempatkan Sulteng di peringkat kelima nasional dengan tingkat realisasi mencapai 110 persen. 

Posisi ini bersaing dengan provinsi besar seperti Jawa Timur, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Dari total 503 KTH yang ada, tercatat 439 KTH berstatus pemula, 62 KTH madya, dan dua KTH utama. Dari jumlah itu, sebanyak 146 KTH atau 29,03 persen telah menginput nilai transaksi ekonominya.

Baca juga: Rektor Untika Luwuk Lantik Wakil Rektor III

Adapun lima produk unggulan kehutanan di Sulawesi Tengah yang menyumbang NTE tertinggi meliputi:
 • Nira senilai Rp9.749.494.800
 • Tanaman pangan hasil agroforestry Rp5.154.000.000
 • Buah-buahan dan biji-bijian Rp1.870.820.614
 • Minyak atsiri dan bumbu-bumbuan Rp1.651.730.000
 • Getah, kulit kayu, daun, dan gubal gaharu Rp1.183.000.000

Kepala BP2SDM, Indra Exploitasia, mengatakan capaian tersebut menunjukkan keberhasilan pembinaan kelompok tani hutan dalam mengelola sumber daya alam secara produktif dan berkelanjutan.

“Target kami ke depan adalah terus meningkatkan nilai transaksi ekonomi dari KTH serta memperkuat peran penyuluh yang mendampingi mereka di lapangan,” ujar Indra.

Indra menambahkan, BP2SDM juga tengah memperkuat kapasitas penyuluh kehutanan melalui uji kompetensi yang dilakukan dua kali setiap tahun. Langkah ini diharapkan mampu menjaga kesinambungan peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, Muhammad Neng, mengungkapkan bahwa capaian NTE KTH Sulteng saat ini merupakan hasil kerja keras penyuluh dan sinergi berkelanjutan yang dibangun sejak 2023.

“NTE sejak saya masuk di Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, 6 Juni 2023, itu hanya Rp1,5 miliar,” ujar Neng.

Ia menjelaskan, sejak awal pihaknya melihat potensi besar yang dimiliki kelompok tani hutan di Sulteng. 

Baca juga: Ramli Dilantik Jadi Wakil Rektor III Untika Luwuk, Lengkapi Struktur Kelembagaan Universitas

Karena itu, Dinas Kehutanan mulai mengintensifkan rapat koordinasi bulanan serta mendorong peningkatan kinerja penyuluh di lapangan.

“Saya melihat dan mempelajari data serta kekuatan penyuluh kita bahwa ini bisa ditingkatkan karena komoditinya ada. Kami menggenjot rakor setiap bulan dan menggenjot kinerja penyuluh sehingga pada Desember 2024 kami mendapatkan apresiasi dari BP2SDM, peringkat lima, dengan transaksi KTH Rp17 miliar lebih,” jelasnya.

Neng menambahkan, pihaknya kemudian menargetkan peningkatan sebesar 12,5 persen untuk tahun 2025, dengan proyeksi capaian sekitar Rp19 miliar. Namun, realisasi yang dicapai justru melebihi ekspektasi.

Baca juga: Harga HP Realme Terbaru Oktober: Realme 14, Realme GT 7, Realme P3 Ultra, Realme C75

“Dari angka itu kami menargetkan Rp19 miliar lebih untuk 2025, tapi ternyata saat ini sudah mencapai Rp20 miliar lebih seperti yang dipaparkan,” ujarnya.

Menurutnya, potensi ekonomi kehutanan di Sulawesi Tengah masih sangat besar. Jika digabungkan dengan nilai ekonomi dari kelompok perhutanan sosial, totalnya bisa mencapai Rp50 hingga Rp60 miliar.

“Kalau kita akumulasikan nanti dengan nilai ekonomi dari kelompok perhutanan sosial, itu bisa tembus Rp50 sampai Rp60 miliar karena scope-nya lebih besar dari KTH,” tutur Neng.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved