Sigi Hari Ini

Mahasiswa Unisa Palu Latih Warga Sigi Olah Bubuk Daun Kelor untuk Cegah Stunting

Kondisi tersebut mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu.

Penulis: Zulfadli | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Angka Stunting di Kabupaten Sigi masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sigi, prevalensi Stunting di daerah itu mencapai 32,9 persen, jauh di atas target nasional sebesar 14 persen. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Zulfadli

TRIBUNPALU.COM, SIGI - Angka Stunting di Kabupaten Sigi masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sigi, prevalensi Stunting di daerah itu mencapai 32,9 persen, jauh di atas target nasional sebesar 14 persen.

Kondisi tersebut mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu menghadirkan solusi berbasis kearifan lokal.

Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk BEM Berdampak, para mahasiswa melatih warga Desa Walatana, Kecamatan Dolo Selatan, mengolah daun kelor menjadi bubuk bernilai gizi tinggi.

Baca juga: BREAKING NEWS: Suami Istri di Sindue Tombusabora Donggala Dibekuk Edarkan 8 Paket Sabu

Pelatihan digelar di Posyandu Desa Walatana, Selasa (4/11/2025), dengan melibatkan warga dan kader posyandu setempat. 

Peserta mendapat pendampingan mulai dari pemilahan daun kelor segar, pencucian, proses blanching, pengeringan, penggilingan dengan mesin khusus, hingga pengemasan.

Ketua Tim PKM BEM Berdampak Unisa Palu, Jumardin, mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang didukung Kemendikbudristek RI.

Baca juga: Dinas PUPR Banggai Alokasikan Ratusan Miliar untuk Infrastruktur di 2026

“Program ini dinamakan pemberdayaan masyarakat BEM Berdampak yang beranggotakan 20 mahasiswa dari berbagai fakultas di Unisa Palu, mulai dari pertanian, kedokteran, ekonomi, agama, hingga perikanan,” ujarnya.

Menurut Jumardin, pelatihan ini tidak hanya fokus pada peningkatan gizi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga desa.

“Selain mencegah Stunting, kegiatan ini juga bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Desa Walatana,” tambahnya.

Ia menjelaskan, program PKM berlangsung selama enam bulan. Sejak September lalu, tim sudah melakukan sosialisasi dan pengujian materi sebelum masuk pada pelatihan praktik secara langsung.

Baca juga: Ekonomi Sulteng Tumbuh 7,95 Persen, Kemenkeu Nilai Fiskal Daerah Tetap Kuat dan Adaptif

“Kelor ini sangat mudah tumbuh di Desa Walatana dan belum terkontaminasi pestisida. Jadi potensinya besar untuk dikembangkan,” jelas Jumardin.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved