Terkini Internasional

Hal-hal Seputar Kebakaran Semak di Australia, 3 Orang Tewas, Ratusan Koala Diperkirakan Mati

Wilayah pantai timur Australia (termasuk Sydney) bersiap menghadapi ancaman kebakaran semak terburuk di negara itu.

news.sky.com
Kebakaran semak di New South Wales, Australia. 

TRIBUNPALU.COM - Kebakaran melanda sejumlah wilayah di New South Wales dan Queensland, Australia sejak Jumat (8/11/2019).

Saat ini, kebakaran semak kali ini jauh lebih besar ketimbang kebakaran yang terjadi sebelumnya.

Mengutip laman BBC, wilayah pantai timur Australia (termasuk Sydney) bersiap menghadapi ancaman kebakaran semak terburuk di negara itu.

Lebih dari 60 titik kebakaran tersebar di New South Wales.

Kebakaran diprediksi akan semakin hebat dengan kondisi yang catastrophic alias dapat berubah menjadi bencana pada Selasa (12/11/2019).

Pihak berwenang memperingatkan kebakaran juga akan semakin meluas dan menyebar dengan cepat.

Viral Video Pria Aniaya Anjing Kecil di Thailand, Pukuli dengan Helm dan Bakar Bulunya

3 Pearl dari Bubble Tea Tersangkut di Tenggorokan dan Picu Asma, Gadis 19 Tahun di Cina Tewas

Sebab, prakiraan cuaca menunjukkan adanya temperatur yang tinggi dan embusan angin yang kuat.

Sementara itu, ribuan orang tinggal di sekitar kawasan yang terbakar.

Kebakaran semak di New South Wales, Australia.
Kebakaran semak di New South Wales, Australia. (news.sky.com)

Akibat kebakaran ini, lebih dari 600 sekolah di Australia ditutup.

Tiga orang tewas, 30 orang terluka, dan hampir 200 bangunan properti hancur semenjak kebakaran menjadi semakin intens di New South Wales dan Queensland sejak Jumat pekan lalu.

Pemerintah setempat pun mengatakan, "Australia akan menghadapi pekan kebakaran semak paling berbahaya yang pernah terjadi di negara itu."

Para ahli pun membandingkan kondisi kebakaran kali ini dengan peristiwa kebakaran semak Black Saturday tahun 2009 di Victoria, di mana saat itu 173 orang tewas.

Peneliti Harvard-Columbia Sebut Asap Kebakaran Hutan dan Gambut Percepat Kematian Dini di Indonesia

Satelit NASA Tangkap Citra Perubahan Dramatis Gletser Greenland yang Mencair Akibat Krisis Iklim

Korban jiwa akibat kebakaran semak kali ini pun bukan hanya dari manusia, tetapi juga sejumlah satwa yang tinggal di kawasan.

Dikutip dari The Sydney Morning Herald, sebagaimana diwartakan Kompas.com, sekitar 350 ekor koala di Lake Innes Nature Reserve diperkirakan tewas.

Padahal di taman nasional itu, ada 600 ekor koala yang ditangkarkan.

"Menurut kami, semua binatang yang ada di sana terbakar. Ini seperti kremasi," kata Presiden Koala Conservation Australia, Sue Ashton.

Sejauh ini, baru 16 ekor koala yang sudah berhasil diselamatkan.

Diwartakan sky.com, para perawat satwa di Port Macquarie Koala Hospital, lokasi di mana para koala dirawat, meyakini bahwa dibutuhkan setidaknya 10 hari untuk memeriksa dampak kebakaran ini terhadap populasi koala.

Koala yang menjalani perawatan setelah menjadi korban kebakaran semak di Port Macquarie Koala Hospital, Australia.
Koala yang menjalani perawatan setelah menjadi korban kebakaran semak di Port Macquarie Koala Hospital, Australia. (Stefica Nicol Bikes via sky.com)

Viral Toko Jaya Abadi, Buka Tiap Hari, Pagi hingga Sore,Tidak Menjual Apa-apa,Ini Penjelasan Pemilik

Roy Kiyoshi Bantah Klaim Geprek Bensu Milik Ruben Onsu Pakai Pesugihan

Buat Prank Jadi Pocong, 5 Siswa SMP di Semarang Ditangkap Polisi

Masih mengutip laman sky.com, sekitar 1.500 pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengatasi 70 titik api yang tersebar di New South Wales, negara bagian dengan populasi penduduk paling padat di Australia.

Ribuan orang terpaksa harus dievakuasi.

Citra satelit juga menunjukkan, asap kebakaran semak di Australia bahkan telah mencapai Selandia Baru.

Kebakaran semak atau bushfire sebenarnya merupakan peristiwa yang umum terjadi selama bulan-bulan musim panas di Australia yang disebabkan oleh iklim negara itu yang kering dan panas.

Namun, para peneliti menyebut, semakin intensnya kebakaran semak di Australia tidak bisa dilepaskan dari perubahan iklim.

Mengutip laman The Guardian, keterkaitan antara meningkatnya emisi gas rumah kaca dan risiko terjadinya kebakaran semak memang rumit, tetapi cukup jelas menurut sejumlah perspektif sains.

Perubahan iklim memang tidak menyebabkan kebakaran semak, tetapi fenomena ini malah dapat memperburuk kejadian bushfire.

Sejumlah faktor berkontribusi pada risiko kebakaran semak, termasuk temperatur, kekeringan, material yang mudah terbakar, kecepatan angin, dan kelembapan udara.

Wilayah Australia terbukti mengalami peningkatan temperatur udara.

Menurut Badan Meteorologi Australia dan CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation), Australia telah mengalami peningkatan suhu sebesar 1 derajat Celsius sejak tahun 1910.

Temperatur udara ini diprediksi masih akan terus meningkat.

Kebakaran Masif Landa Hutan Hujan Amazon di Brazil, Asapnya Dapat Terlihat dari Luar Angkasa

Kebakaran Hutan dan Lahan 2019, Apa Saja Komentar Para Pejabat dan Tokoh Politik?

Masifnya Kebakaran Amazon hingga Pecahkan Rekor, Peta Ini Tunjukkan Parahnya Sebaran Titik Api

Periode antara tahun 2019 hingga musim panas 2020 menjadi periode dengan suhu panas dan kering yang tak biasa di sebagian besar wilayah Australia.

Temperatur di atas rata-rata juga telah terjadi hampir sepanjang tahun ini.

Sementara, tahun 2019 memiliki awal tahun terkering dan terpanas, serta menjadi tahun terkering di Australia sejak tahun 1970.

Bulan Januari 2019 menjadi bulan terpanas, bulan Juli menjadi bulan terpanas ketiga, dan beberapa hari dalam bulan Oktober 2019 juga tercatat hari yang paling panas di beberapa wilayah.

Mengutip BBC, otoritas setempat juga mengonfirmasi 2018 dan 2017 tercatat sebagai tahun terpanas ketiga dan keempat di Australia.

Laporan State of the Climate 2018 yang dikeluarkan Badan Meteorologi Australia menunjukkan, perubahan iklim telah menyebabkan adanya peningkatan dalam serangkaian fenomena suhu panas ekstrem.

Serta mememperburuk dampak dan intensitas sejumlah bencana alam, seperti kekeringan.

Bahkan jika temperatur global hanya meningkat sebesar 2 derajat Celsius di atas level temperatur udara pada masa pra-industri (batas yang disetujui di Persetujuan Paris 2015), para ilmuwan meyakini Australia bakal menghadapi situasi berbahaya.

Tahun lalu, laporan PBB menyebutkan Australia gagal dalam upaya mengurangi emisi gas CO2.

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved