Penangkapan Buaya Berkalung Ban

Kali Ini, Giliran Discovery Chanel Bawa Pakar Satwa Bantu Selamatkan Buaya Berkalung Ban di Palu

Televisi asal Amerika Discovery Chanel yang akan membawa pakar biologi satwa liar Forest Galante untuk membantu menyelamatkan buaya berkalung ban.

Penulis: Haqir Muhakir |
NANANG/AFP
Buaya berkalung ban 

TRIBUNPALU.COM, PALU -- Setelah pakar buaya asal Negara Australia gagal menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu, giliran televisi asal Amerika Discovery Chanel yang akan membawa pakar biologi satwa liar Forest Galante untuk membantu menyelamatkan buaya berkalung ban.

Keterlibatan Discovery Chanel itu diketahui dengan adanya surat keputusan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI yang diterima Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah pada Rabu (19/2/2020) sore.

Kepala Satgas Penanganan Buaya BKSDA Sulteng, Haruna Mengatakan, pihaknya sudah menerima surat pemberitahuan atas izin keterlibatan Discovery Chanel tersebut dalam upaya penyelamatan buaya berkalung ban di Kota Palu

Jika tidak ada aral melintang, surat itu akan dibalas dengan pemberitahuan bahwa pihaknya sedang dalam tahap recovery satwa buaya berkalung ban agar tidak terjadi perubahan perilaku.

"Proses recovery itu kurang lebih sekitar 2 sampai 3 minggu," jelas Haruna.

Berkaca dari Kasus Buaya Berkalung Ban, Pemkot Palu Siapkan Lahan untuk Penangkaran

Update Penyelamatan Buaya Berkalung Ban: Sempat Kena Jerat tapi Kembali Lolos karena Riuhnya Warga

Ahli Satwa Asal Australia Sebut Buaya Berkalung Ban di Sungai Palu Sulit Ditangkap

Tentu kata Haruna, waktu recovery itu digunakan atau bisa dimanfaatkan oleh Discovery Chanel untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan produksi program televisi di Kota Palu.

Sebab lanjut Haruna, lembaga industri seperti Discovery Chanel harus ada sejumlah persyaratan administrasi yang harus dipersiapkan sebelumnya, termasuk koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

"Dia perlu koordinasi dengan pihak ahli satwa, ada juga kameraman, tentu membutuhkan waktu, kalau dari jakarta, informasinya akan kerja dalam 2-3 minggu ke depan," jelas Haruna.

terkait program televisi yang akan diproduksi di ini, Haruna menjelaskan, hal itu jika sudah dipersentasikan di jakarta, dan pihak kementerian menyetujui, pihaknya tidak mempermasalahkan.

"Yang penting buaya bisa ditangkap dan ban bisa dilepaskan, kemudian buaya kembali dilepasliarkan," terang Haruna.

Keterlibatan pihak asing dalam upaya penyelamatan buaya berkalung ban itu sudah kali kedua.

Sebelumnya, ahli buaya dari Negara Australia Matt Wright dan Cris Wilson, telah mencoba menyelamatkan buaya berkalung ban tersebut.

Namun hampir sepekan lamanya sampai izin kunjungan keduanya habis, buaya berkalung ban belum juga dapat diselamatkan. 

Ahli Satwa Asal Australia Sebut Buaya Berkalung Ban di Sungai Palu Sulit Ditangkap

Proses penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah masih berlangsung.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah membentuk tim satuan tugas (satgas) Penanganan Satwa Liar untuk melepaskan ban yang membelit leher buaya berukuran empat meter tersebut.

Pada 2018 lalu, BKSDA Sulawesi Tengah sempat menggandeng ahli satwa untuk melakukan proses penyelamatan buaya berkalung ban.

Namun, usaha tersebut belum juga berhasil.

 6 Terduga Penyalahguna Narkoba di Tatanga, Kota Palu Ditangkap Polisi

 Setelah Jalani Observasi Virus Corona di Natuna, Sejumlah WNI Tak Langsung Pulang ke Daerahnya

 Betrand Peto Disunat Hari Ini, Ucapannya ke Thania di Atas Kasur Bikin Ruben Onsu Terharu

 Di ILC tvOne, Ganjar Pranowo Singgung Politik Identitas, Bagaimana Reaksi Anies Baswedan?

Buaya berkalung ban
Buaya berkalung ban (NANANG/AFP)

Terbaru, BKSDA Sulawesi Tengah menggandeng dua ahli buaya asal Australia untuk bergabung dengan Tim Satgas Penanganan Satwa Liar.

Yakni, Mattew Nicolas Wright atau Matt Wright dan Chris Wilson.

Pada Selasa (11/2/2020) lalu, Tim Satgas Penanganan Satwa Liar memasang perangkap besi yang berisikan umpan dan berukuran 3 x 1,2 meter di sekitar Jembatan Palu II, di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kota Palu.

Lokasi tersebut diyakini sebagai tempat buaya berkalung ban kerap menampakkan diri.

BKSDA Sulawesi Tengah juga menggunakan drone untuk mengirim umpan ke tengah sungai agar dapat memancing kemunculan sang buaya berkalung ban.

Umpan tersebut berupa seekor ayam.

Diharapkan, pengiriman umpan ayam dengan drone tersebut dapat membuat buaya menampakkan diri.

Sehingga dapat diketahui lokasinya dan tim penyelamat bisa melakukan penyelamatan buaya berkalung ban.

Meski begitu, upaya ini juga belum berhasil.

 Sosok Matt Wright, Pakar Buaya dari Australia yang Bantu Selamatkan Buaya Berkalung Ban di Kota Palu

 Penyelamatan Buaya Berkalung Ban, Ahli Buaya Asal Australia Pasang Perangkap Besi di Sungai Palu

 Warga yang Berdiri hingga Bibir Sungai Palu Jadi Kendala Utama Penyelamatan Buaya Berkalung Ban

Matt Wright saat memasang perangkap untuk buaya berkalung ban di Sungai Palu, Sulawesi Barat.
Matt Wright saat memasang perangkap untuk buaya berkalung ban di Sungai Palu, Sulawesi Barat. (Kompas.com)

Buaya yang diduga sudah terlilit ban pada lehernya sejak sebelum tahun 2016 tersebut tidak mudah ditangkap.

Hal ini diakui oleh sang ahli buaya asal Australia, Matt Wright dan Chris Wilson.

Dilansir tayangan Kompas TV Live, buaya berkalung ban lolos dari harpun Matt Wright pada Jumat (14/2/2020) malam.

Padahal, sebelumnya buaya berkalung ban sempat berhadapan dengan harpun tersebut.

Sehingga, upaya penyelamatan lagi-lagi tak membuahkan hasil.

Pada hari keempat, proses pencarian buaya berkalung ban sebenarnya hampir berhasil.

Sang buaya berkalung ban sempat berenang di permukaan air sungai.

Matt Wright dan Chris Wilson pun menanti saat yang tepat untuk melemparkan harpun.

Matt sempat melemparkan harpunnya dua kali, tetapi gagal, karena sang buaya kembali masuk ke dalam sungai.

Rekan Matt Wright, Chris Wilson, mengakui proses penangkapan buaya berkalung ban ini sangat sulit.

Belum lagi, banyaknya warga yang berkumpul semakin mempersulit proses evakuasi.

"Ini menjadi penangkapan yang sulit. Saat buaya muncul di sungai, sempat dipancing dengan umpan ayam dan bebek. Tetapi, tidak berhasil," kata Chris Wilson.

"Apalagi saat buaya akan ditangkap, warga berkumpul, berteriak, dan mengambil foto. Meski kondisi ini menarik, buaya tersebut jadi kabur," lanjutnya.

Selengkapnya, simak video berikut:

Ahli sekaligus pemerhati buaya asal Australia Matthew Nicolas Wright (Matt Wright) dan Chris Wilson, bergabung dengan tim penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu.

Keduanya bergabung atas surat keputusan Direktur KKH Kementerian LHK kepada Kepala Balai KSDA Sulawesi Tengah Nomor : 8.110/KKH/AJ/KSA2/02/2020 tanggal 10 Februari 2020.

Izin yang diperoleh kedua ahli buaya dari Australia itu diperoleh setelah keduanya melakukan observasi di habitat buaya berkalung ban di Sungai Palu pada Minggu, 9 Februari 2020 lalu.

Setelah melakukan observasi, salah seorang dari mereka yakni Matthew Nicolas Wright berangkat ke Direktorat KKH dan berhasil mengantongi izin.

Kini, masa tugas Matt Wright dan Chris Wilson telah berakhir dan keduanya kembali ke negara asal mereka, Australia.

Melalui unggahan pada Sabtu (15/2/2020) di akun Instagram BKSDA Sulteng, Chris Wilson menyampaikan terima kasih setelah delapan hari bergabung dengan Tim Satgas Penanganan Satwa Liar untuk menyelamatkan buaya berkalung ban.

Chris Wilson juga berharap, semoga buaya tersebut bisa segera terselamatkan.

Tim BKSDA Sulawesi Tengah pun ikut balas mengucapkan terima kasih.

Sementara itu, di akun Instagramnya, Matt Wright mengungkapkan betapa dia sudah mendapatkan perjalanan yang hebat dalam upaya penyelamatan ini.

Ia merasa senang telah membagikan ilmu kepada tim dan menunjukkan cara menangkap dan melepaskan buaya air tawar dengan metode yang tepat.

Matt Wright mengungkapkan, dirinya sangat berharap semoga buaya berkalung ban dapat segera diselamatkan.

Selain itu, Matt Wright sangat bersemangat karena telah menjadi bagian dari tim penyelamatan buaya berkalung ban.

(TribunPalu.com)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved