Singgung Tingkat Kematian akibat Virus Corona, Anies Baswedan: Pertanyaannya Mau Dirawat di Mana?

DKI Jakarta kini menjadi pusat penyebaran Virus Corona terbanyak di Indonesia.

Capture Youtube Kompas TV
ILUSTRASI - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mengumumkan kegiatan sekolah di Jakarta diliburkan selama dua pekan terkait merebaknya Virus Corona, Sabtu (14/3/2020). Selain sekolah, Pemprov DKI juga menutup seluruh tempat wisata dibawah kewenangannya. 

TRIBUNPALU.COM - DKI Jakarta kini menjadi pusat penyebaran Virus Corona terbanyak di Indonesia.

Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (17/3/2020), Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah persiapan secara bertahap.

Anies Baswedan menegaskan dirinya tak mau bertindak secara eksesif, atau melakukan hal yang melampaui kebiasaan atau ketentuan.

"Nah langkah yang kita lakukan adalah bertahap, kami mengikuti dari awal tapi kami tidak mau bertindak eksesif."

"Di setiap fase kita bertindak sesuai dengan masalahnya," kata Anies.

Dampak Lockdown di Jakarta dan Daerah Lain Versi Tito Karnavian dan Anies Baswedan

Anies Baswedan Ungkap Pemprov DKI Beri Insentif Rp 215.000 Per Hari bagi Petugas Medis Corona

Lalu, ia menyebut saat ini DKI Jakarta sudah memasuki fase untuk membangun kesadaran masyarakat terkait Covid-19, bahwa ini bukan sekedar penyakit.

Secara medis, penyakit ini memang tidak memiliki risiko kematian yang tinggi dibanding kecelakaan maupun kanker.

"Pada fase ini kita harus membangun kesadaran publik bahwa masalah dihadapi bukan sekedar penyakitnya."

"Kalau soal penyakitnya saja, kita semua tahu teman-teman dari dokter menceritakan case vatality-nya tiga persen empat persen artinya kalau dari 100 kasus maka yang mungkin meninggal tiga orang, empat orang itu lebih rendah dibandingkan meninggal karena kecelakaan, meninggal karena kanker, itu semua lebih tinggi," jelas dia.

Namun, Anies menegaskan bahwa penyebaran Covid-19 ini yang harus menjadi perhatian.

Seperti di Wuhan China yang menjadi asal virus, 10.000 ribu orang sakit dalam bersamaan.

"Yang jadi unik adalah dia jadi serempak karena penyebarannya, penularannya, jadi ini dari sisi public policy, bila kasus ini berkembang bukan nanti yang meninggal sedikit."

"Yang seperti di Wuhan ada 10.000 orang mendadak sakit, bahkan ada kalau di Tiongkok bisa lebih dari 100 ribu orang mendadak sakit," ucapnya.

Sehingga jika orang sakit bersamaan, yang menjadi masalah adalah tempat perawatan dan pengobatannya.

"Pertanyaannya mau dirawat di mana? Jumlah tenaga kesehatannya di mana? Jumlah rumah sakitnya ada tidak," ucap Gubernur 50 tahun ini.

Sehingga, jika membahas soal tingkat kematian biarlah menjadi urusan tenaga medis.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved