Virus Corona

Jenazah Covid-19 Hilang setelah Terlantar di Jalanan Ekuador, Keluarga: Jasad Pamanku Entah di Mana

Ekuador kewalahan, jenazah Covid-19 terlantar di jalanan, bahkan ada yang hilang. Ini kisah-kisah warga Guayaquil saat hadapi sulitnya pemakaman.

Editor: Imam Saputro
Jose Sanchez / AFP
Orang-orang menunggu di samping peti mati untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai di luar kuburan di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020 - Ekuador kewalahan, jenazah Covid-19 terlantar di jalanan, bahkan ada yang hilang. Ini kisah-kisah warga Guayaquil saat hadapi sulitnya pemakaman. 

Alasannya yakni terkait tradisi di kota itu bahwa pemursalaan harus disaksikan keluarga.

Hal itu diungkapkan oleh ahli sosiologi asal Guayaqui, Hector Chiriboga kepada BBC Mundo.

"Di kota ini orang menunggu saudara mereka yang tinggal dan kerja di Eropa untuk kembali. Jenazah lalu dimandikan dan didandani. Sedangkan kremasi sangat dipandang buruk oleh Gereja Katolik,” kata Hector Chiriboga.

“Pemakaman massal itu pukulan bagi masyarakat yang punya ritual dalam kematian dan pemakaman. Mereka Kristen atau Katolik dan mereka akan sakit hati seandainya ritual pemakaman tidak dijalankan,” lanjutnya.

Warga Tolak Pemakaman Mantan Anggota DPRD Sulsel: Kalau Masih Ingin Hidup Enak Jangan Kubur di Sini!

Sementara penolakan serupa juga disampaikan Jorge Wated selaku kepala gugus tugas pemakaman yang dibentuk Presiden Lenin Moreno.

Ia mengaku tak akan menerima tugas dari presiden apabila diperintahkan untuk membuat pemakaman massal.

"Saya menerima tugas ini untuk membawa mereka yang meninggal dari rumah dan rumah sakit di Guayaquil, dan mereka yang tak bisa mendapat layanan pemakaman bisa dimakamkan dengan layak secara Kristen, di halaman gereja di kota ini," katanya.

Namun, Jorge Wated menyatakan keluarga korban tidak boleh menghadiri pemakaman.

Seorang pria (R) yang mengenakan masker sedang menunggu jenazah kerabatnya di sebelah seorang pekerja kesehatan di luar rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020.
Seorang pria (R) yang mengenakan masker sedang menunggu jenazah kerabatnya di sebelah seorang pekerja kesehatan di luar rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020. (Enrique Ortiz / AFP)

Kontainer jadi kamar mayat darurat

Solusi kemudian datang dari Presiden Lenin Moreno untuk mengatasi membeludaknya jenazah di kota itu.

Dikutip dari CNN, dalam pidato kenegaraannya pada Kamis (2/4/2020) menyerukan keterbukaan data di semua tingkat pemerintahan mengenai jumlah kasus virus corona di setiap wilayah.

"Sangat penting untuk mengatakan yang sebenarnya, jumlah kasus dan kematian, catatannya tak mencukupi," kata Presiden Lenin Moreno.

Video Tenaga Medis Teriaki Warga saat Bawa Jenazah Covid-19: Jangan Lempar Batu, Kita Juga Manusia!

Jorge Wated mengatakan, bahwa para ahli memperkirakan antara 2.500 hingga 3.500 kematian akan terjadi beberapa bulan mendatang hanya di Provinsi Guaya saja.

Lebih lanjut, beberapa kontainer telah tiba di Kota Guayaquil untuk dijadikan kamar mayat sementara untuk menampung mayat yang belum sempat dimakamkan.

Pihak berwenang juga mengatakan, mereka berencana akan membuat ruang untuk 'pemakaman yang lebih bermartabat'.

Tetapi untuk saat ini, beberapa orang yang tinggal di Kota Guayaquil tetap terjebak dalam mimpi buruk, tanpa ada cara untuk meratapi orang yang mereka cintai, bahkan melalui pemakaman yang layak.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved