Viral Media Sosial

Viral Video Pasien Positif Covid-19 Adu Mulut dengan Tim Medis, Tolak Diisolasi karena Merasa Sehat

Adu mulut dengan tim medis, pasien positif Covid-19 klaster Ijtima Ulama Sedunia enggan diisolasi karena merasa sehat. Videonya viral di media sosial.

Editor: Imam Saputro
Tangkapan Layar Instagram @instalombok_
Adu mulut dengan tim medis, pasien positif Covid-19 klaster Ijtima Ulama Sedunia enggan diisolasi karena merasa sehat. Videonya viral di media sosial. 

TRIBUNPALU.COM - Sebuah video menjadi viral di media sosial lantaran seorang pasien positif Covid-19 terlibat adu mulut dengan tim medis yang bermaksud menjemputnya untuk diisolasi.

Video berdurasi 60 detik itu diunggah oleh akun Instagram @instalombok_, pada Rabu (29/4/2020) malam.

Dalam video tersebut memperlihatkan pasien positif yang mengenakan gamis panjang itu berteriak kepada tim medis ber-APD lengkap dan petugas lainnya yang mencoba membujuk.

Viral Video Petugas Berpakaian APD tak Kuat Angkat Peti Jenazah Pasien Covid-19, Jatuh Beberapa Kali

Tampak pasien tersebut berdiri di halaman rumah menjelaskan bahwa ia tidak mau diisolasi karena merasa dirinya dalam keadaan sehat.

"Ini tidak ada tanda-tanda orang sakit, Pak. Tidak bisa kayak gini, ini dirusak nama Islam kalau begini," katanya membantah tim Satgas Covid-19.

Sambil mematuhi jarak aman, para petugas pun mencoba membujuk pasien tersebut.

"Ini pemerintah meminta secara baik, jadi tenang ya," kata petugas.

Namun, pasien berusaha untuk menyanggah pembicaraan petugas tersebut tetapi tidak berhasil.

Didominasi Pasien OTG, Kota Kecil di Italia Ini Berhasil Atasi Penyebaran Covid-19 dengan 2 Cara Ini

Ditilik dari keterangan unggahannya, kejadian itu terjadi di Cakranegara, Mataram, NTB.

"Petugas medis lengkap dengan APD dibantu petugas kepolisian dan TNI menjemput pasien Rapid Test di Cakranegara, Mataram.

Setelah pendekatan persuasif, petugas berhasil membawa yg bersangkutan dengan mobil ambulance yg sudah disiapkan sebelumnya.

Yg bersangkutan masih menunggu hasil test Swab, dan untuk langkah antisipasi petugas membawa yg bersangkutan untuk di karantina sampai hasil test swab keluar," tulis @instalombok_ pada keterangan unggahannya.

Hingga saat ini, video tersebut sudah ditonton sebanyak 23,1 ribu tayangan dan dikomentari sebanyak 600-an pengguna Instagram.

Video Tenaga Medis Teriaki Warga saat Bawa Jenazah Covid-19: Jangan Lempar Batu, Kita Juga Manusia!

Dikutip dari Kompas.com, pasien tersebut merupakan pasien positif Covid-19 nomor 229 yang berasal dari Kelurahan Cakranegara Barat, Kota Mataram.

Pria berinisial S itu mempunyai riwayat pernah mengikuti Ijtima Ulama Sedunia yang digelar di Gowa, Sulawesi Selatan.

Saat dikonfirmasi, Camat Cakranegara, Erwan membenarkan peristiwa yang terjadi pada Rabu malam itu.

Menurut Erwan, S yang berusia 57 tahun itu awalnya dinyatakan positif Covid-19 sesuai informasi dari Pemprov NTB di hari yang sama.

Namun, setelah pemeriksaan swab, S tidak melapor kepada ketua lingkungan ataupun lurah sehingga tidak ada yang mengetahui bahwa S positif Covid-19 dan harus diisolasi.

Tim medis dan Satgas Covid-19 kemudian bermaksud menjeput S di kediamannya.

Tetapi, pasien tersebut sedang tidak berada di rumah sebab diketahui ia berada di masjid Lingkungan Karang Kemong sedang melakukan salat tarawih.

Viral Ibadah di Rumah Sendiri Justru Diamuk dan Dibubarkan Tetangga, Korban Maafkan Pelaku

Erwan mengaku sempat bersitegang dengan S karena enggan menuruti perintah Satgas Covid-19.

Pasien S merasa dirinya tidak terpapar virus corona karena tak menimbulkan gejala apapun.

"Sempat bersitegang dengan kami karena dia menganggap sehat tidak ada gejala," kata Erwan saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (30/4/2020).

Namun, setelah adu mulut yang cukup panjang, akhirnya S melunak dan menuruti arahan Satgas Covid-19 untuk menjalani isolasi di RSUD Mataram.

Video Tenaga Medis Teriaki Warga saat Bawa Jenazah Covid-19: Jangan Lempar Batu, Kita Juga Manusia!

Mewabahnya Covid-19 atau virus corona di Indonesia memang menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebih di masyarakat.

Sayangnya, sikap paranoid ini justru menimbulkan perlakuan buruk dan stigma negatif baik pasien maupun jenazah positif virus corona.

Informasi yang simpang siur terkait penularan virus corona memicu penolakan pemakaman jenazah Covid-19 dibeberapa wilayah di Indonesia.

Lunturnya empati masyarakat terhadap korban virus corona juga sangat memprihatinkan.

Muncul Penolakan Pemakaman Jenazah Korban Corona, Dokter Tegaskan Virus Tidak Menyebar dalam Tanah

Sama halnya dengan kejadian yang ada dalam video yang menjadi viral belakangan ini.

Dalam video tersebut, tampak kerumunan warga di sebuah wilayah di Provinsi Jawa Tengah menolak pemakaman jenazah korban virus corona yang berada di tempat tinggal mereka.

Video itu diunggah oleh akun @entebahluuul itu memperlihatkan perlakuan tidak menyenangkan masyarakat kepada petugas medis yang hendak menguburkan jenazah.

Akun tersebut mengunggah tiga video serangkaian penolakan warga yang begitu keras.

Bahkan, kepada daerah sekitar pun turun tangan untuk menghadapi penolakan warga.

Hingga akhirnya jenazah pasien positif virus corona tersebut dipindahkan keesokan harinya.

Ramai Masyarakat Tolak Jenazah Pasien Covid-19, Dokter: Virus tak Dapat Bertahan di Tubuh yang Mati

Pada video yang pertama, tampak warga memblokade jalan agar ambulans tak bisa memasuki wilayah pemakaman tersebut.

Dari kejauhan, warga meneriaki ambulans tersebut dengan bermaksud mengusirnya.

"Putar arah!" teriak seorang warga diikuti teriakan dan lemparan kayu ke arah ambulans.

Bahkan seorang petugas medis turun ke jalan berusaha membujuk warga.

Hingga akhirnya ambulans tersebut mengalah dan berputar arah.

Di video yang kedua, sang bupati wilayah tersebut sampai turun tangan untuk mengurai keributan warga tersebut.

Ia didampingi pihak kepolisian berusaha memberikan edukasi kepada warga agar menerima pemakaman jenazah virus corona di wilayah tersebut.

Adu mulut pun berlangsung panas lantaran warga terus membantah apa yang dibicarakan sang bupati.

"Saya di dalam ambulans, saya gak takut," kata bupati yang berpakaian hazmat lengkap itu kepada kerumunan warga.

"Bapak gak takut, tapi warga sini takut, pak," timpal salah seorang warga.

Kejadian lebih tragis terlihat di video ketiga, yakni saat petugas medis membongkar kembali makam tersebut dan membawa jenazah pasien virus corona menuju ambulans.

Tampak lebih dari lima orang petugas medis yang mengenakan hazmat lengkap keluar dari area pemakaman.

Namun apa yang terjadi, mereka justru dilempari batu oleh warga yang menyaksikan proses evakuasi tersebut.

Melihat reaksi warga yang mulai anarkis, seorang petugas medis tampak geram.

Petugas medis dengan hazmat warna biru itu berteriak kepada warga.

"Jangan lempar batu, kita juga manusia, Bro!" teriaknya.

Tak berhenti di situ, kejadian memprihatinkan kembali terjadi saat ambulans dan rombongan petugas keamanan meninggalkan lokasi pemakaman tersebut.

Sorak sorai warga seakan puas karena berhasil 'mengusir' jenazah virus corona tersebut.

Rupanya, lokasi kejadian tersebut berada di Kabupaten Banyumas, tepatnya Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen.

Akibat kejadian yang tak mengenakkan ini, Bupati Banyumas, Achmad Husein lantas meminta maaf kepada masyarakat.

Ia menyampaikan permohonan maafnya melalui unggahan video akun Instagram pribadinya.

"Saya mohon maaf kepada seluruh warga masyarakat atas kejadian pemakaman hari ini. Mungkin karena kami kurang sosialisasi dan mengedukasi masyarakat dengan baik," kata Achmad Husein, Rabu (1/4/2020) malam.

Ia juga berpesan agar masyarakat menoleransi korban virus corona.

"Tapi saya juga memohon kepada masyarakat untuk mengerti," lanjutnya.

Dokter Tirta Tanggapi Penolakan Tenaga Medis dan Jenazah Covid-19: Yang Harus Diedukasi itu Society

Achmad Husein juga menjelaskan jika penularan corona lebih berbahaya antara orang yang masih hidup dari pada jasad yang mati.

Pasalnya, penularan bisa terjadi melalui aktivitas-aktivitas kecil manusia seperti berbicara, bersin, dan batuk.

"Sebab orang hidup itu bisa bicara, bisa batuk dan bisa bersin. Sedangkan orang meninggal tidak bisa sama sekali," ujar Achmad Husein.

Ia juga berharap hal serupa tak terjadi di wilayahnya.

"Virus itu kalau orangnya meninggal, maka dalam waktu tujuh sampai sembilan jam akan mati. Jasadnya tidak ada virus. Kita itu sudah jelaskan berkali-kali, ilmu itu ada. Saya doakan almarhum husnul khotimah," lanjutnya.

Diwartakan Kompas.com, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (31/3/2020) malam, tetapi terpaksa dipindah ke lokasi lain.

Pembongkaran makam dipimpin langsung Achmad Husein, Rabu (1/4/2020) pagi karena adanya penolakan dari warga desa setempat dan desa tetangga, yaitu Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

(TribunPalu.com, Kompas.com/Idham Khalid)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved