Tambang Parimo Longsor
Buntut Longsor Tambang Parimo, Massa Desak DPRD dan Polda Sulteng Usut Pemodal PETI
Aliansi Peduli Lingkungan Parigi Moutong berunjuk rasa di depan markas komando Kepolisian Daerah alias Polda Sulawesi Tengah, Senin (1/3/2021).
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Puluhan pemuda mengatasnamakan Aliansi Peduli Lingkungan Parigi Moutong (Parimo) berunjuk rasa di depan markas komando Kepolisian Daerah alias Polda Sulawesi Tengah, Senin (1/3/2021) siang.
Aksi yang berlangsung di jl Sam Ratulangi Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, itu buntut dari tragedi longsor tambang di Desa Buranga, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Rabu (24/2/2021) malam.
Sampai dengan Senin siang, sebanyak 7 orang dilpaorkan tewas dan 23 orang lainnya luka serius atas tragedi itu.
Koordinator aksi, Fandi Alang mengatakan, aksi ini menuntut aparat kepolisian menertibkan usaha pertambangan tanpa izin (PETI) di Desa Buranga, Kabupaten Parigi Moutong.
"Kepolisian harus melakukan penyelidikan, mencari tahu siapa aktor-aktor di balik aktivitas tambang. Kami mengharapkan respon dari Kapolda Sulteng," tegasnya.

Sebelumnya berunjuk rasa di depan Mako Polda Sulawesi Tengah, mereka menggelar aksi di depan Kantor DPRD Sulteng.
Massa aksi mendesak DPRD membentuk panitia khusus (pansus) terkait tambang ilegal maupun legal di Parigi Moutong.
"Kami minta ada sikap DPRD terkait hadirnya aktivitas tambang di Desa Buranga. DPRD Sulteng harus mengawal kebijakan-kebijakan di Parigi Moutong, karena di sana sudah ada korban," ungkapnya.
Baca juga: Update Covid-19 Sulteng, Senin 1 Maret 2021: Ada Tambahan 74 Kasus Baru yang Tersebar di 8 Daerah
Baca juga: Akui Gunakan Psikotropika untuk Cegah Kecemasan, Millen Cyrus Dikembalikan ke Tempat Rehabilitasi
Baca juga: Nama Mulan Jameela Muncul Masuk Bursa Calon Bupati Garut yang Diusulkan Partai Gerindra
Baca juga: Dipecat AHY, Jhoni Allen: Pertama Kali di Dunia Bapaknya Ketua Umum, Anaknya Sekretaris Jenderal
Ada beberapa tuntutan yang disampaikan pendemo, di antaranya :
- Usut tuntas pemilik dan pemodal di balik tambang ilegal
- Pertanggungjawabkan korban kecelakaan tambang di Kecamatan Ampibabo
- Copot Kapolres Parimo dan Kapolsek Ampibabo
- Mendesak pemerintah desa kecamatan dan kabupaten untuk menolak tambang ilegal dan legal di wilayah Parimo
- Mendesak DPRD Sulteng dan DPRD Parimo membuat pansus terkait tambang ilegal dan legal
- Copot dan penjarakan oknum pejabat yang terlibat praktek tambang ilegal
Sebelumnya, Longsor Tambang Parimo Rabu (24/2/2021) malam.
Berikut detik-detik kejadian berdasarkan keterangan saksi: David (43), Nahir (60), Marten (52), dan Agus Nenkopi (41) yang pada saat kejadian berada di lokasi tambang.
Kejadian bermula pada pukul 08.00 Wita di lokasi tambang milik Baba.
Baca juga: Longsor Tambang di Parigi Moutong, Korban Dievakuasi ke Puskesmas
Baca juga: Longsor di Tambang Emas Desa Buranga Parimo, Hasil Evakuasi Awal Ada Tiga Petambang Terjebak
Baca juga: BREAKING NEWS: Pekerja Tambang Emas Parigi Moutong Tertimbun Longsor Viral di Medsos
Saat itu di lokasi bekerja 4 eskavator dengan sistem rilei material (1 eskavator menggali dan 3 eskavator berada di atas memindahkan material ke talang untuk diolah).
Kemudian pada pukul 09.00 Wita warga pendulang mulai berdatangan sekitar 100 orang dan turun ke lubang galian.
Hingga sore hari mereka terus berdatangan karena hasil emas di lubang galian saat itu cukup banyak.
Warga bahkan sampai berhimpitan untuk mendapatkan material dengan diameter 30 meter.
Sekitar pukul 17.30 Wita material galian mulai longsor disebabkan air dari talang mengalir menuju lubang galian.
Dari kejadian tersebut, sesama penambang mengingatkan kepada warga lainnya untuk naik keatas, namun sebagian penambang naik dan lainnya masih bertahan mendulang pada sisi tumpukan dan sudut galian tanah yang terjal.
Baca juga: Utang Pemerintah Indonesia Tembus Rp 6.000 T, Ternyata Begini Rinciannya
Baca juga: Penertiban Anak Jalanan Bisa Masuk Pelanggaran HAM, DP3A Palu: Petugas Harus Hati-hati
Baca juga: Transportasi Laut Terdampak Pandemi Covid-19, Pelni Palu: Penumpang Kapal Turun 60 Persen
Sekitar pukul 18.30 Wita warga yang mendulang tertimbun tanah tumpukan material yang berada pada sudut galian terjal dengan ketinggian material mencapai kurang lebih 20 meter.
Diperkirakan sekitar 30 orang tidak bisa menghindar dan terjatuh saat akan menyelamatkan diri.
Akibatnya sekitar 30 orang tersebut tertimbun dan belum bisa dievakuasi karena galian lubang yang cukup dalam.
Air yg berada dilubang galian cukup banyak dan tanah tumpukan material yang berada di lokasi korban tertimbun memang sering terjadi longsor.
Saat kejadian warga yang mendulang berada di lokasi longsor dengan posisi duduk.
Sebagian warga sedang mengambil material dan ada juga yang mengantri pengambilan material.
Karena berlumpur, maka sulit bagi mereka untuk berlari menyelamatkan diri. (*)