Palu Hari Ini
3 Kali Ramadan di Huntara, Ini Kisah Penyintas Bencana Palu yang Ingin Lebaran di Huntap
2 tahun 7 bulan pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu, Sulawesi Tengah, sejumlah penyintas masih menempati huntara.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - 2 tahun 7 bulan pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu, Sulawesi Tengah, sejumlah penyintas masih menempati hunian sementara (huntara).
Hal itu seperti yang terlihat di Huntara Pacuan Kuda, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu.
Salah satu penghuni Huntara, Astuti mengungkapkan, sebagian besar korban bencana di Huntara Pacuan Kuda Tawaeli, memilih hunian tetap (huntap) mandiri ketimbang huntap yang disediakan pemerintah di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Alasannya, lokasi huntap tersebut jauh dan berpengaruh dengan pekerjaan mereka yang berjualan di Pasar Tawaeli.
Baca juga: Banggai Kena Dampak Siklon Tropis, BMKG Luwuk: Tetap Waspada
Baca juga: Diusulkan Jadi Kabupaten Baru di Sulteng, Ini Alasan Tompotika Lepas dari Kabupaten Banggai
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Harga Kebutuhan Pokok, Pemkot Palu akan Gelar Operasi Pasar
Baca juga: Gelar Operasi Wilayah, Polisi Minta Masyarakat Terbuka Berikan Informasi DPO MIT Poso
Lagipula, kata Astuti, lokasi rumah sebelumya tidak masuk dalam zona merah sehingga lahan tersebut bisa kembali digunakan.
"Di sini ada sekitar 20 kepala keluarga (KK). Kebanyakan mengambil huntap mandiri, termasuk saya. Mau ambil huntap tapi terlalu jauh. Apalagi suami saya kerja di Pasar Taweli, repot lagi harus bolak-balik huntap," ujar Astuti, Kamis (15/4/2021).
Selama dua tahun lebih, Astuti bersama suami dan kedua anaknya, terpaksa tinggal di huntara sejak rumah mereka hancur dihantam gempa dan tsunami.
Untuk membantu sang suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Astuti pun membuka kios di huntara, sambil menunggu pembangunan huntap mandiri miliknya selesai.
Baca juga: Larangan Mudik, Polisi akan Surati Agen Perjalanan Di Luwuk Banggai
Baca juga: Banyak Kos-kosan di Tondo Melanggar Ketertiban, Lurah akan Panggil Pemiliknya
"Kios ini sebenarnya dari modal bantuan yang diberikan sejak awal-awal pasca bencana. Tetapi sekarang tidak bisa terus mengharapkan bantuan," ujarnya.
Astuti, bersyukur karena kondisi maupun fasilitas huntara masih tergolong baik.
Meski begitu, ibu dua anak itu merindukan rumah saat perayaan Ramadan dan Lebaran.
Kata Astuti, pemerintah menjanjikan akan menyelesaikan pembangunan huntap mandiri dalam dua minggu.
Namun, sejak pembangunan dua bulan lalu, pembangunan huntap mandiri tak kunjung usai dan sekarang tengah terhenti.
Baca juga: Dapatkan BLT UMKM Rp 1,2 Juta, Cek Penerima di eform.bri.co.id/bpum, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Baca juga: Larangan Mudik Berlaku 6 - 17 Mei 2021, Bolehkah Mudik Sebelum 6 Mei 2021? Ini Kata Polisi
"Ini sudah tiga kali Ramadan di huntara. Suka tidak suka harus dijalani, karena bingung juga mau ke mana. Inginnya huntap saya sudah selesai. Saya harap pemerintah baru perhatikan nasib penyintas," ucap Astuti.