Detik-detik Menanti Update KRI Nanggala-40, Diperkirakan Batas Oksigen Hanya Sampai Pukul 03.00 WIB
tantangan terbesar dari proses pencarian ini adalah kawasan yang tidak mudah dijangkau oleh kapal-kapal pencari.
Kalau saat kapal di bawah permukaan (di air penuh) komunikasi melewati sonar (ada mekanisme bergetar) frekuensi ini yang dirambatkan melalui air.
"Kalau media komunikasi lewat air maka kualitas komunikasi tergantung dari karakter air. Misalkan arusnya tinggi, maka media komunikasi akan terbawa mengikuti arus air. Belum lagi parameter media komunikasi yg lain," terang Wisnu kepada surya.co.id, Kamis (22/4/2021).
Disebutkan, semua parameter media itu berinteraksi dengan satu sama lain. Maka bisa terjadi resultan nol yang sampai ke penerima. Ini yang dinamakan black out atau hilangnya kontak.
"Pada kasus Kapal Selam Nanggala ini harus dilihat dari beberapa sisi. Apakah akibat media air yang resultannya nol ataukah kerusakan peralatan teknis," katanya.
Terkait terkait ditemukannya ceceran minyak, menurut Wisnu, bisa jadi merupakan minyak dari KRI Nanggala-402
Dijelaskan, dalam kapal selam, desain konstruksi ada yang namanya tangki pemberat (ballast tank).
Untuk kapal selam yang didesain tahun 1980-an, maka kedalaman yang memungkinkan adalah 380 meter. Tapi sekarang kemungkin itu hanya 300 meter.
"Jika dipaksa lebih dari itu, tangki pemberatnya ini seperti diremas karena ada gaya hidrostatik dari air yang meremas kapal selam. Kalau sampai ada oli dan cairan minyak di permukaan air ini Indikasi tangki pemberatnya rusak," katanya.
Jika sudah 300 meter strukturnya mulai berbunyi dan kollaps. Tangki rusak semua minyak keluar.
"Semua penyebab harus diidentifikasi. Apakah kesalahan sistem, mesin atau pengemudi. Jika kesalahan bisa diidentifikasi nantinya bisa menetralisir masalah. Tetapi, selama KRI Nanggala-402 tidak bisa kontak maka tidak bisa menetralisir masalah," katanya.
Menurut Wisnu, jika mengacu pada kecelakaan kapal asing Kurf tenggelam di Rusia sampai dua bulan baru bisa ditangani. Jadi kapal selama mengalami kecelakaan nuklirnya meledak.
"Sementara di Indonesia ini kasus yang pertama, saya pikir ini menjadi refleksi pemerintah. Menilai diri sendiri apa yang kurang dari (alutsista) Indonesia. Kemungkinan pertama, prosedur operasi sudah bagus atau tidak. Jika mau bagus, harus dipastikan sebelum berangkat. Kalau tidak berangkat, oke berarti prosedur operasi belum lengkap. Saat ini harapannya, tim angkatan laut semaksimal mungkin bagaimana dengan cepat bisa menyelamatkan seluruh kru KRI Nanggala-402," ujarnya.
BPPT: Kemungkinan Kapal Terbawa Arus ke Arah Timur
Sementara, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan dari hasil pemodelan arus laut, ada kemungkinan kapal selam KRI Nanggala-402 terbawa arus ke timur, ke perairan lebih dalam.
"Melihat dari hasil pemodelan BPPT itu agak ketarik ke arah timur," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho kepada ANTARA, Jumat.