Mengenal Lebih Dekat, Apa Itu Fomo? Simak Juga Bahaya dan Cara Mengatasinya

Kata Fomo telah menjadi perbincangan hangat banyak orang. Fomo merupakan sifat manusia yang selalu takut ketinggalan sesuatu.

Verywell / Nusha Ashjaee
Fomo merupakan salah satu sifat manusia yang selalu merasa takut ketinggala informasi. 

Mengenal Lebih Dekat, Apa Itu Fomo? Simak Juga Bahaya dan Cara Mengatasinya

TRIBUNPALU.COM - Apakah kamu sering mendengar kata Fomo akhir-akhir ini?

Dikutip dari laman Badan Pendidikan Kristen Penabur, kata Fomo telah menjadi perbincangan hangat banyak orang.

Fomo merupakan sifat manusia yang selalu takut ketinggalan sesuatu.

Fomo menjadi satu fenomena nyata yang semakin umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Bahkan Fomo juga bisa menyebabkan stres yang cukup signifikan.

Sifat tersebut bisa memengaruhi semua orang, baik tua maupun muda.

FOTO ILUSTRASI: Seseorang yang mengalami ketakutan berlebih saat kehilangan informasi
FOTO ILUSTRASI: Seseorang yang mengalami ketakutan berlebih saat kehilangan informasi (freepik)

Baca juga: Apa Itu Depresi dan Bagaimana Cara Mengatasinya? Berikut Penjelasan Psikolog Analis Widyaningrum

Baca juga: Dampak Psikologis Pertanyaan Kapan Nikah Menurut Ustaz dan Psikolog

Namun beberapa kalangan memang memiliki risiko yang lebih besar.

Lalu apa itu Fomo?

Pengertian Fomo

Dilansir dari laman Very Well Mind, Fomo merupakan singkatan dari Fear of Missing Out.

Fomo memiliki pengertian yaitu rasa takut ketinggalan yang mengacu pada perasaan atau persepsi tentang orang lain yang mempunyai hidup lebih indah dari pada Anda.

Dikatakan dalam artikel tersebut, bahwa Fomo ini melibatkan rasa iri yang mendalam dalam diri seseorang terhadap pencapaian orang lain.

Sifat ini juga akan memengaruhi harga diri seseorang dan sering memburuk dengan hadirnya situs media sosial, seperti Instagram, TikTok, Twitter dan Facebook.

Fomo bisa berlaku dalam banyak hal.

Tidak hanya tentang gaya hidup saja, tetapi juga kecerdasan dan perasaan seseorang.

Baca juga: Kondisi Psikologis Seseorang saat Ditanya Kapan Nikah? Psikolog: Bisa Menimbulkan Stress

Baca juga: Melawan Stigma Kesehatan Mental, Psikolog: Stop Judging, Start Supporting

Sehingga ketika melihat orang lain yang memiliki kapasitas lebih dalam hal tersebut, Anda akan merasa kehilangan sesuatu yang besar dalam diri Anda.

Dalam beberapa penelitian sosial, Fomo memiliki dampak yang tidak baik untuk perkembangan mental seseorang.

Fomo mempunyai dampak negatif yang lebih banyak dirasakan oleh seseorang.

Bahaya Fomo bagi Kesehatan Mental

Selain meningkatkan perasaan tidak bahagia, Fomo juga bisa menimbulkan ketakutan dan kehilangan sebuah informasi dari media sosial.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Computers and Human Behavior menemukan bahwa Fomo dikaitkan dengan gangguan mengemudi, yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.

Oleh karena itu Fomo memiliki dampak yang cukup serius untuk kehidupan seseorang.

Sebagai orang yang menginginkan segalanya baik-baik saja, maka Anda harus berusaha untuk menghindarinya.

Baca juga: Cara Cek Kesehatan Mental: Kapan Seseorang Harus Konsultasi ke Psikolog? Ini 7 Tanda Deteksi Dini

Baca juga: Psikolog Sebut Perhatian pada Kesehatan Mental di Palu Masih Rendah Pasca TrioBencana

Cara Mengatasi Fomo untuk Diri Sendiri

1. Mengubah Fokus

Berfokus dengan kekurangan diri sendiri memang sangat menyiksa.

Lebih baik memberikan perhatian yang lebih terhadap kelebihan apa yang Anda miliki.

Di media sosial, memang segala informasi dari aktivitas orang lain bisa diketahui dengan cepat.

Jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan rasa insecure dalam diri.

Cobalah memilih pergaulan yang baik untuk mendukung segala aktivitas Anda.

Jauhi hubungan-hubungan toxic yang cenderung membuat rendah diri dan tidak mendukung.

2. Melakukan Journaling

Kegiatan ini bisa dilakukan dnegan cara menuliskan segala kejadian yang menyenangkan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan dikerjakan.

Journaling ini bisa dilakukan untuk konsumsi pribadi, atau juga bisa untuk konsumsi publik melalui unggahan di media sosial.

Namun biasanya, seseorang akan memikirkan 'apakah pengalamannya tersebut bisa mendapatkan validasi dari orang lain'.

Baca juga: Jangan Terjebak Lingkaran Depresi, Psikolog: Kesehatan Mental Harus Lebih Diperhatikan

Baca juga: Rafathar Ungkap Keengganannya untuk Shooting, Psikolog Anak: Biarkan Anak Senang Tanpa Ada Paksaan

FOTO ILUSTRASI: Kesehatan mental yang bisa saja terganggu karena adanya toxic di media sosial
FOTO ILUSTRASI: Kesehatan mental yang bisa saja terganggu karena adanya toxic di media sosial (freepik)

Jika masalah tersebut Anda alami, maka Anda bisa mencobanya dengan membuat jurnal secara offline yang bisa dikonsumsi pribadi saja.

Journaling ini juga bisa mengalihkan fokus seseorang dari komentar publik menuju apresiasi pribadi dari hal-hal yang membuat hidup lebih merasa hebat.

Langkah ini bisa membantu seseorang yang ingin keluar dari siklus pergulatan media sosial dan Fomo.

3. Mencari Koneksi yang Nyata

Kesepian merupakan cara otak manusia untuk memikirkan ulang bahwa ia ingin mencari dan meningkatkan hubungan dengan orang lain.

Sayangnya kehadiran media sosial tidka selalu menjadi solusi terbaik.

Padahal media sosial menyuguhkan berbagai teman dari kalangan yang bermacam-macam.

Daripada menjalin hubungan yang banyak dengan orang-orang di media sosial, Anda bisa mencobanya dengan menjalin koneksi dengan orang di dunia nyata.

Baca juga: 5 Manfaat Berkebun Skala Rumahan, Bisa Bantu Jaga Kesehatan Fisik hingga Mental

Baca juga: Ramalan Zodiak Sabtu 10 April 2021: Pisces Hati-hati Bicara, Libra Jaga Kesehatan Mental

Mislanya saja berencana untuk hang out dengan teman dekat atau liburan bersama mereka jauh lebih efektif.

Namun apabila Anda tidak memiliki wkatu yang lebih untuk bertemu dnegan mereka, maka media sosial bisa digunakan dengan bijak.

Misalnya mengunggah kebersamaan bersama teman-teman dan menjalin silaturahmi virtual, baik audio maupun visual.

4. Bersyukur

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan rasa syukur dapat mengangkat semangat Anda serta semua orang di sekitar Anda.

Kegiatan bersyukur misalnya membuat jurnal rasa syukur, atau sekadar memberi tahu orang lain apa yang Anda hargai tentang mereka.

Sebagian besar orang memang merasa kekurangan dalam segala hal yang dibutuhkan.

Bersykur akan menghaislkan efek yang positif bagi kesehatan mental dan emosi manusia.

(TribunPalu.com/Hakim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved