Kesehatan

Markis Kido dan Christian Eriksen Kolaps di Lapangan, Begini Pertolongan Pertama saat Henti Jantung

Kasus kolaps di lapangan terjadi pada Markis Kido dan Christian Eriksen, diduga akibat henti jantung. Begini cara lakukan pertolongan pertamanya.

Kolase TribunPalu.com - Instagram Christian Eriksen x Markis Kido
Kasus kolaps di lapangan terjadi pada Markis Kido dan Christian Eriksen, diduga akibat serangan henti jantung. Begini cara lakukan pertolongan pertamanya. 

TRIBUNPALU.COM - Kabar meninggalnya pebulutangkis legendaris Markis Kido menggemparkan jagad bulutangkis dunia.

Sebab, peraih medali emas Olympic Beijing 2008 bersama Hendra Setiawan ini meninggal dalam usia yang terbilang muda, yakni 36 tahun.

Markis Kido tutup usia setelah terjatuh saat bermain bulutangkis di GOR Petrolin, Tangerang, Senin (14/5/2021) petang.

Saat ia tersungkur, Markis Kido sempat mendapatkan pertolongan pertama oleh rekan-rekannya, termasuk legenda ganda putra Indonesia, Candra Wijaya.

Namun nyawa Markis Kido tak terselamatkan di perjalanan saat menuju Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan.

Hendra Setiawan/Markis Kido merebut medali emas Olimpiade Beijing 2008.
Hendra Setiawan/Markis Kido merebut medali emas Olimpiade Beijing 2008. (zimbio.com)

Baca juga: Kronologi Markis Kido Ambruk dan Meninggal Dunia di Lapangan Bulu Tangkis, Rekan: Tidak Normal

Sebelumnya, kasus yang sama terjadi pada laga pembuka grup B antara Denmark kontra Finlandia di ajang bergengsi Euro 2020, Sabtu (12/6/2021) pukul 23.00 WIB.

Dikutip dari BolaSport, pertandingan terpaksa dihentikan setelah berjalan 43 menit karena insiden serius yang menimpa gelandang andalan Denmark, Christian Eriksen.

Pemain Inter Milan itu tiba-tiba kolaps ketika hendak menerima bola lemparan ke dalam.

Wasit Anthony Taylor langsung bertindak cepat dengan meniupkan peluit untuk menghentikan laga.

Setelah mendapat perawatan medis di lapangan, Eriksen lalu meninggalkan lapangan dengan brankar.

Gelandang 29 tahun itu dibawa ke rumah sakit terdekat.

Sementara itu, UEFA juga mengonfirmasi jika Eriksen telah sadar dan berada dalam kondisi stabil.

Momen Christian Eriksen Kolaps saat Denmark vs Finlandia, Sabtu (12/6/2021)
Momen Christian Eriksen Kolaps saat Denmark vs Finlandia, Sabtu (12/6/2021) (Jonathan NACKSTRAND / AFP / POOL)

Baca juga: EURO 2020: Petugas Medis Ungkap Christian Eriksen Sempat Alami Hilang Denyut Jantung

Dari dua kejadian tersebut, maka muncul pertanyaan apakah olahraga malah memicu kematian mendadak?

Lalu apakah penyebabnya karena jantung berhenti atau serangan jantung?

Dikutip dari Kompas.com, rupanya serangan henti jantung berbeda dengan serangan jantung biasa.

Persamaannya, keduanya kondisi ini bisa menyebabkan jantung gagal berfungsi sebagai mana mestinya dan meyebabkan kematian.

Serangan henti jantung atau istilah medisnya disebut dengan sudden cardiac arrest (SCA) adalah berhentinya detak jantung secara medadak yang disebabkan adanya gangguan aliran listrik di jantung, sehingga menghambat aktivitas pemompaan darah dan menghentikan sirkulasi darah dalam tubuh.

Umumnya seseorang yang terkena serangan henti jantung saat berolahraga dikarenakan telah memiliki riwayat penyakit jantung ini, hanya saja mereka tidak menyadari hal tersebut.

Sedangkan, serangan jantung atau heart attack kebanyakan disebabkan oleh penyakit jantung yang berlangsung kronik dalam waktu lama.

Serangan ini terjadi karena adanya penyumbatan mendadak di dalam pembuluh darah koroner sehingga aliran darah ke otot jantung menjadi terhambat dan akhirnya merusak otot jantung.

Orang dengan riwayat serangan jantung sebelumnya akan memiliki risiko untuk mengalami henti jantung mendadak.

Sering marah-marah berdampak pada kesehatan jantung.
Ilustrasi (medan.tribunnews.com)

Baca juga: Tips Kesehatan: Ini Tanda Jantung Anda Tak Berfungsi dengan Baik, Rasa Nyeri hingga soal Pernapasan

Tips menghindari henti jantung saat berolahraga

Sesuai yang sudah dijabarkan di atas, itu sebabnya sangat penting bagi kita untuk melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan jantung.

Terutama jika memang memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung dan kerap merasakan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, pusing, dan lemas.

Mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, ada baiknya untuk selalu melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berolahraga.

Mulailah melakukan olahraga dengan aktivitas yang ringan-ringan dahulu.

Pasalnya hal tersebut akan membantu jantung menyesuaikan aktivitas secara perlahan.

Setelah selesai olahraga, jangan lupa untuk melakukan pendinginan secara perlahan-lahan dengan memperlambat kecepatan.

Jangan berhenti tiba-tiba.

Langsung duduk, diam berdiri, ataupun berbaring setelah berolahraga bisa membuat kita merasa pusing atau bahkan jantung berdebar-debar.

Hal yang terpenting lainnya adalah memperhatikan faktor apa saja yang memicu seseorang terkena serangan jantung.

Seperti menghilangkan kebiasaan merokok, makanan yang tidak sehat, malas berolahraga, stres, kurang tidur, minum alkohol ataupun hal lainnya.

Itu sebabnya sangat penting untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kamu memiliki penyakit jantung, bukan lantas kamu tidak boleh berolahraga sama sekali.

Konsultasikanlah dengan dokter mengenai seberapa berat intensitas olahraga yang boleh dilakukan.

Selama tidak melebihi kapasitas jantung, kamu dapat berolahraga dengan aman.

Christian Eriksen ditandu keluar lapangan usai kolaps di laga Denmark vs Finlandia, Sabtu (12/6/2021)
Christian Eriksen ditandu keluar lapangan usai kolaps di laga Denmark vs Finlandia, Sabtu (12/6/2021) (WOLFGANG RATTAY / AFP / POOL)

Baca juga: Penelitian Terbaru Sebut Konsumsi Lele Berlebih Bisa Picu Serangan Jantung

Pertolongan pertama pada korban henti jantung

Mengutip Kompas.com Health, gangguan irama jantung (aritmia) bisa merupakan penyebab umum henti jantung mendadak.

Sistem elektrikal berfungsi mengontrol laju dan ritme detak jantung.

Jika terjadi kesalahan, jantung bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.

Biasanya, kondisi henti jantung membuat ventrikel atau ruang bawah jantung bergetar sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh.

Pada akhirnya, seluruh fungsi dalam tubuh pun terganggu.

Gejala henti jantung

  • Gejala henti jantung di antaranya adalah:
  • Napas memendek atau terputus secara tiba-tiba saat berolahraga
  • Denyut nadi atau detak jantung tidak bisa ditemukan
  • Hilang kesadaran
  • Pupil mata masuk ke tengkorak kepala
  • Warna kulit berubah menjadi pucat kebiruan

Baca juga: Cara Cek Kesehatan Tubuh: Deteksi Penyakit Jantung dengan Menyentuh Ujung Jari Kaki

Lantas bagaimana cara memberikan pertolongan pertama kepada orang yang mengalami henti jantung?

Saat mendapati orang mengalami henti jantung, segera hubungi layanan medis.

Selama menunggu layanan medis datang, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan memompa jantung dan memberi napas buatan.

Dikutip dari artikel dr. Felix Chikita Fredy di Kompas.com, cara tepat melakukan pompa jantung dan napas buatan adalah sebagai berikut.

  1. Posisikan penderita hingga berbaring telentang di atas landasan yang cukup keras, seperti lantai.
  2. Posisi kepala sedikit menengadah karena dalam posisi ini saluran napas terbuka lebar dan lurus.
  3. Penolong berlutut di samping penderita.
  4. Pompa pada dinding dada dilakukan dengan kedua telapak tangan yang saling bertumpu. Tidak semua telapak tangan menyentuh dinding dada, hanya bagian tumit telapak tangan yang menumpu pada dinding dada.
  5. Selanjutnya posisi telapak tangan, siku, hingga bahu lurus. Hal ini agar tenaga yang dihasilkan besar, dan penolong tidak kelelahan.
  6. Sumber tenaga untuk memompa adalah sendi bahu. Jadi, gerakan memompa bukan berasal dari tenaga lengan bawah ataupun lengan atas, tetapi dari gerakan naik turunnya bahu.
  7. Tumit tangan diletakkan di tulang tengah dada, di pertengahan setengah bawah tulang dada. Pada laki-laki posisinya kira-kira sejajar puting, sedangkan pada perempuan sejajar lipatan kulit bawah payudara.
  8. Pompa diberikan berirama dengan kecepatan 100 kali per menit.
  9. Pompa diberikan dengan kekuatan yang menyebabkan dinding dada terdorong sejauh 5 sentimeter.
  10. Setiap 2 menit, periksa kembali nadi penderita apakah sudah teraba atau belum.
  11. Napas buatan boleh diberikan. Namun, sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa napas buatan tidak perlu dilakukan bila penolong adalah orang awam.
  12. Pemompaan terus diberikan hingga bantuan medis datang. Bila penolong lelah, tindakan ini dapat digantikan oleh penolong lain.
  13. Pemompaan dapat dihentikan bila petugas medis datang, penolong kelelahan dan tidak ada penolong lainnya, atau tindakan ini telah diberikan dalam waktu 20 menit tanpa perbaikan (penderita masih tidak sadar, napas, dan nadi tidak ada).

(TribunPalu.com/Kompas.com/BolaSport.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved