Lagi Sibuk Perang di Ukraina, Rusia Mendadak 'Senggol' Israel Usai Serangan di Masjid Al-Aqsa

Ketika sedang sibuk berperang di Ukraina, Rusia dibuat geram dengan kelakukan Israel yang menyerang masjid Al-Aqsa Palestina.

Handover
Ilustrasi - Pasukan Militer Israel. 

TRIBUNPALU.COM - Ketika sedang sibuk berperang di Ukraina, Rusia dibuat geram dengan kelakukan Israel yang menyerang masjid Al-Aqsa Palestina.

Israel tiba-tiba serang Palestina saat Rusia dan Ukraina masih berperang pertahankan keinginan masing-masing.

Kini Rusia mengutuk keras Israel karena melakukan tindakan anti-Rusia, setelah ikut memberi voting menangguhkan keanggotaan Moskow di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB.

Pernyataan itu muncul setelah Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid membela keputusan negaranya tersebut.

Kementerian Luar Negeri Rusia bahkan menuduh Israel gunakan penyerangan Rusia ke Ukraina sebagai pengalihan masalah Palestina.

Baca juga: Tiru Serangan Israel ke Palestina, Rencana Kotor Pasukan Militer Ukraina Dibongkar Rusia!

Mereka juga menegaskan pernyataan Lapid tersebut sangat disesalkan.

“Kami telah membuat catatan terkait pernyataan agresif Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid,” bunyi pernyataan Kemenlu Rusia dikutip dari Middle East Eye.

“Pernyataan Kementerian Luar Negeri menimbulkan penyesalan dan penolakan.

Adanya usaha kamuflase mencoba memanfaatkan situasi di Ukraina untuk mengalihkan perhatian komunitas internasional dari konflik lama yang tak terselesaikan, yaitu Palestina dan Israel,” katanya.

Moskow juga mengecam Israel atas pendudukan Tepi Barat dan blokade di Jalur Gaza.

Mereka menegaskan bahwa usaha tersebut didukung oleh Amerika Serikat (AS).

“Perlu dicatat bahwa pendudukan terlama setelah sejarah perang dunia, dilakukan dengan kerja sama diam-diam oleh negara-negara terkemuka dukungan Amerika Serikat,” kata pernyataan tersebut.

Pada awal bulan ini, Dewan Jenderal PBB menangguhkan keanggotaan Rusia dari Dewan HAM PBB atas laporan pelanggaran dan penyalahgunaan hak asasi manusia yang sistematis dan mengerikan di Ukraina.

Menurut Lapid, pembunuhan dari warga sipil yang tak bersalah menjadi alasan Israel memilih untuk menangguhkan Rusia dari Dewan HAM PBB.

Baca juga: HAMAS SIAGA 1, Perang Bakal Pecah Setelah Israel Terpancing dan Gempur Jalur Gaza!

Namun, Lapid menegaskan voting itu tak membuat opini Israel berubah terkait Dewan HAM PBB, yang menurutnya radikal, tak bermoral, bias dan Badan Anti-Israel.

Cara warga lindungi masjid Al-Aqsa

Masjid Al-Aqsa kembali diserbu pasukan Israel pada Minggu (17/4/2022) pagi.

Selain menyerang warga Palestina, pasukan juga memblokade jamaah Muslim yang berada di dalam aula masjid.

Setelah itu, para pasukan Israel mempersilakan pemukim Israel memasuki Masjid yang berada di Yerusalem Timur itu untuk diduduki.

Iklan untuk Anda: Ular boa Serang seekor jaguarundi! Kelanjutannya kejutkan Semua
Advertisement by
Penyerangan terjadi pada pukul 07.00 waktu setempat.

Kala itu, ratusan polisi Israel memasuki halaman masjid dan mulai menyerang warga Palestina yang merayakan Ramadhan.

Mereka kemudian memaksa warga Palestina keluar dari masjid.

Ada juga laporan tentang granat kejut yang dikerahkan.

Sementara, di aula kiblat berkubah perak, pasukan Israel menembakkan gas air mata ke jamaah dan memblokir mereka di dalam ruangan selama hampir empat jam.

Puluhan orang terjebak di dalam dan tidak dapat mengevakuasi mereka yang mengalami luka ringan.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, petugas medisnya juga dilarang memasuki masjid untuk memberikan pertolongan pertama.

Baca juga: Rusia Ingin Hapus Ukraina dari Peta Dunia, Pengamat: Berpotensi Gunakan Senjata Nuklir

Jamaah yang terjebak di dalam aula Qibli memohon bantuan menggunakan speakar masjid.

Mereka mendesak warga Palestina untuk datang dan melindungi masjid.

Saat mendengar hal itu, pasukan Israel dilaporkan mencoba mengakses ruang audio untuk mematikan sistem suara.

Namun sistem tersebut akhirnya berhasil diperbaiki oleh sukarelawan masjid.

Di dalam aula Dome of the Rock di tengah kompleks masjid, jamaah wanita juga diblokade dan tidak diizinkan keluar dengan cara yang sama.

"Kami ingin pergi ke luar untuk melindungi al-Aqsa tetapi polisi menutup pintu untuk kami," kata Sahar Natsha, seorang wanita Palestina yang terperangkap di dalam Dome of the Rock selama empat jam, mengatakan kepada Middle East Eye.

Ia menambahkan, penjaga masjid juga mengatakan kepada jamaah untuk tidak membuka pintu dan berusaha untuk pergi.

Hal itu karena khawatir pasukan Israel akan menembakkan granat kejut yang dapat membakar karpet.

"Kami merasa hancur dan marah. Tapi pada akhirnya kami juga senang bahwa kami hadir."

"Jika kami meninggalkan ruang shalat, polisi akan memaksa kami keluar dari masjid sama sekali. Kami memutuskan untuk tetap teguh melindunginya," tambahnya.

Bongkar rencana kotor Ukraina

Ukraina masih terus berusaha mempertahankan wilayahnya di tengah gempuran pasukan militer Rusia.

Bahkan, Ukraina kini tak sepenuhnya dalam mode bertahan.

Sesekali pasukan militer Ukraina melancarkan serangan untuk menghancurkan Rusia.

Hanya saja, serangan Ukraina ke Rusia malah disebut biadab oleh Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev.

Bahkan cara menyerang Ukraina sama persis saat Israel serang umat Muslim di Palestina yang sedang beribadah.

Ukraina ternyata berencana melakukan pembunuhan massal, menembaki gereja-gereja selama perayaan Paskah Ortodoks.

Rusia pun membongkar perilaku biadab tentara Ukraina tersebut.

Rencana keji ini akan dilakukan di Ukraina selatan dan timur.

Strateginya, usai serangan biadab tersebut Rusia akan disalahkan, menjadi kambing hitam.

Diberitakan Rusia Today, Kementerian Pertahanan Rusia membongkar rencana kotor tersebut.

“Batalyon nasionalis akan membentuk lebih dari 70 kelompok bergerak yang dilengkapi dengan mortir dengan tujuan untuk menembaki gereja-gereja Ortodoks pada Minggu Paskah,” kata Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.

Orang-orang Kristen Ortodoks akan merayakan hari raya pada tanggal 24 April, seminggu setelah pesta itu diadakan di sebagian besar dunia Barat.

Menurut Mizintsev, serangan itu direncanakan di wilayah Zaporozhye, Nikolaev, Odessa, Sumy, dan Kharkov. Rencananya nanti “menuduh pasukan Rusia melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil pada hari suci ini,” katanya.

Mizintsev menegaskan bahwa "beberapa negara Barat" membantu Kiev dalam persiapan "provokasi mengerikan yang canggih dengan banyak korban."

Kementerian Pertahanan mengatakan pihaknya memiliki bukti atas klaim tersebut. Ia meminta PBB, OSCE, dan Komite Internasional Palang Merah "untuk mempengaruhi rezim Kiev" untuk mencegah dugaan serangan yang direncanakan.

Ukraina belum mengomentari tuduhan tersebut. Baik Kiev dan Moskow telah berulang kali membantah membunuh warga sipil dan saling menuduh melakukan kampanye disinformasi.

Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.(*)


(Sumber: Tribun-Timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved